Aku berjalan dengan tempo pelan mendekati garis start. Gerbang yang terbuat dari dua tiang dengan sebuah spanduk bertuliskan 'start' diatasnya tampak sedikit menantang. Ya, sedikit. Kau pikir aku begitu payah menghadapi ini? Ugh, asal kau tahu, aku berkali-kali mengikuti kejuaraan semacam ini. Jadi sangat tak mungkin aku memiliki mental murahan yang mudah retak. Ingat, aku bukan seorang pecundang.
"Halo Nona Hyland."
Aku menoleh dan mendapati seorang laki-laki dengan hiasan otot besar di sisi samping tubuhnya—yang sejauh ini aku ingat sebagai Liam Payne tengah tersenyum padaku. Hell, apa yang dilakukannya dengan senyuman kekalahan itu?
"Aku?" tanyaku menunjuk diriku sendiri.
"Lalu siapa lagi jika bukanmu, Nona?" jawabnya dan dia tersenyum lagi. Sialan, hentikan senyuman menjijikan itu!
"Kau kenal aku?" oh bodohnya aku menanyakan pertanyaan macam ini. Jelas dia kenal aku—Deborah Hyland, pelari pemenang beberapa kejuaraan lari berturut-turut yang begitu disegani dan dihormati. Oh apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri, D.
"Tentu aku tahu kau!" soraknya. "Kau Deborah Hyland, pelari wanita tercepat dan tercantik di negara ini. Bahkan dunia. Bodohnya aku tak kenal kau." tawanya tak lucu.
Oh sial, aku terjebak di sebuah ruang lelucon sampah.
"Salam kenal, aku Liam Payne. Aku berfikir jika kau sedikit tak mengenalku dan...—"
"Aku memang tak mengenalmu. Sama sekali." sanggahku cepat sembari menjabat tangannya kilat.
Dia tampak menaikkan sedikit alisnya, melihatku beberapa detik hingga ia mengangguk mengiyakan perkataanku. "Well, tak apa kau tak kenal aku. Tapi disisi lain, senang berkenalan denganmu, Nona." dia mengedip padaku. Sial! Apa yang dilakukannya dengan kedipan idiot seperti itu? Oh sungguh, aku bersumpah tak akan jatuh hati pada orang macamnya kelak.
"Ya ya ya."
Aku berusaha menoleh menghindari kontak mata dengannya sembari mengerjap. Dia menjijikkan, sumpah. Aku tak pernah bertemu laki-laki seperti itu—atau aku memang tak pernah bersentuhan dengan laki-laki yang menurutku adalah penghancur hidupku dan prestasiku. Merasa keliru lah dengan prinsipku, namun menurutku memang begitu adanya.
Laki-laki adalah musuh, secinta apapun kau dengannya.
"Hei Nona, kau mau minum?" aku mendesah kesal ketika Liam kembali memanggil. Tangannya menyodorkan sebuah air mineral padaku dan tentunya aku tolak mentah-mentah. Siapa tahu dia menaruh pil atau ramuan berbahaya di dalamnya. Tentu aku tak mau mati sia-sia.
"Tidak, terimakasih."
"Oh baiklah." dia kembali berlalu.
"Kepada peserta, diharapkan untuk melakukan pemanasan dalam waktu 15 menit. Dan waktu itu dimulai dari sekarang..."
Gema suara juri dari microphone menghalau perhatianku. Dan dengan begitu, aku langsung melakukan pemanasan di tempat.
"Semoga kita beruntung, Nona Manis."
Aku bersumpah, tak ada yang lebih menggelikan dari kalimat murahan yang keluar dari mulut seorang laki-laki berotot macam Liam Payne.
Lihat nanti, dia pasti akan ku kalahkan.
kok kurang banyak yang minat yaah? atau cuma perasaan aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Payne Game
Fanfiction❝ Dia, Liam Payne, hanya laki-laki tolol dengan seribu gombalan sampah ❞ Copyright © 2014 by ratukuaci All Rights Reserved