8 KM

5.7K 866 27
                                    

"Lalu hubungannya denganku?"

Liam tampak mengusap wajahnya frustasi akan sikapku yang sering tidak mau tahu. Dia menyunggingkan segaris senyum tipis lalu menoleh padaku. "Ya, dia selalu menjadi pesaingmu yang begitu ketat dibeberapa pertandingan. Tetapi dia selalu berhasil kau kalahkan. Ini adalah kali ketiganya gadis itu ikut bertanding dengan kau yang menjadi salah satu pesaingnya. Kukira dia bisa mengalahkanmu."

Mendengar ucapan Liam, membuatku secara tiba-tiba merasakan hawa panas yang membludak. Nafasku tertarik ke dalam serta mataku menyorot Liam tajam dan tak setuju. Merasakan perubahan ekspresi pada wajahku, membuat Liam bergidik tak mengerti.

"Ada apa denganmu—"

"Sialan kau."

Aku berlari dengan kecepatan kencang yag mendadak. Sialan sialan sialan! Berani-beraninya Liam mengatakan perkataan itu. Beraninya dia berkata jika aku akan kalah! Seumur hidupku, aku tak pernah mendengar ucapan dimana aku akan kalah dari orang lain. Sampai kapanpun aku haruslah menjadi Si Pemenang. Begitulah ucapan Ibuku disaat detik-detik ia akan meninggal.

"Hei, ada apa?" Liam berhasil mengejarku. Dia memegang bahuku dan berusaha berlari menyamai kecepatanku. "Apa ada yang salah dari ucapanku?"

Aku masih diam. Tanganku mengepal dan mataku memanas. Katakanlah responku begitu berlebihan terhadap perkataan Liam. Namun begitulah aku.

Aku seorang Deborah Hyland, bukanlah gadis yang dengan cengiran menanggapi kalimat orang-orang bodoh seperti Liam tadi. Aku selalu menanggapinya dengan serius karena itu bersangkutan dengan harga diri dan kemenangan. Selamanya aku harus menang walaupun persen mustahil sangat kentara. Masa bodoh. Aku tetaplah aku. Anak gadis kebanggaan Ibu. Si Pemenang.

"Deborah…hei!"                                                                        

Aku merasakan sebuah pelukan melingkar membungkusku. Air mata marahku yang sudah dulu menetes jatuh membasahi bahu telanjangnya.

"Kenapa kau menangis?"

"Aku benci kau mengatakan jika aku akan kalah. Aku benci seseorang meremehkanku di tengah aku yang selalu berusaha untuk mendapatkan kemenangan. Aku benci kau."

Liam mendekapku lebih erat. Tak peduli jika kami berada di tengah area lari. "Jangan menangis. Aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf."

Jadi ceritanya itu si Deborah udah terobsesi tingkat dewa sama kemenangan. Entah itu penyebabnya karena orang2 terdekatnya atau rasa percaya dirinya yang tinggi. Dan kalau ada yg remehin dia, Deborah bakal marah super super marah. Ngerti kan ya?

Btw ini lebay gak sih? ._.

Payne GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang