"Jadi katakan padaku, kenapa kau menangis?"
Aku menarik nafasku panjang. Aku berlari dengan ritme yang pelan setelah kejadian Liam yang memelukku tadi. Sekarang kami tepat berada pada kilometer ke depalan. Dan tak dapat dipungkiri garis finish semakin dekat, namun Liam masih saja berada di sampingku. Aku harus bisa membuatnya menjauh dan membiarkanku menang.
"Tak ada. Bukan urusanmu."
"Ayolah Deborah, katakan padaku. Aku akan mendengar apapun ceritamu." Liam tetap memaksa.
Pun aku menghembuskan nafas keberatan. "Aku benci diremehkan. Mengerti?"
"Kenapa?"
"Karena aku bukanlah orang yang pantas diremehkan. Aku selalu menang."
Liam terdiam setelah mendengar perkataanku. Beberapa menit kami terdiam karena Liam yang tak kunjung berkomentar. Kepalanya tampak menunduk dengan kening yang mengerut.
"Kenapa kau begitu percaya diri?"
"Karena tak ada yang bisa benar-benar meruntuhkan kepercayaan diriku."
Lagi. Liam terdiam. Aku tak terlalu memikirkan untuk apa dia terdiam. Karena sejauh ini aku sadar jika semua orang selalu terdiam ketika mendengar perkataanku yang terdengar sangat memiliki kadar kepercayaan diri yang begitu tinggi.
Namun tiba-tiba aku tersentak ketika sebuah tangan mengenggam tanganku begitu erat. Memandang ke arah tanganku, aku menangkap pemandangan dimana Liam mengenggam tanganku begitu erat.
"Kau makin keren dengan kepercayaan dirimu." Cengirnya ke arahku.
Dan entah setan mana yang menghampiriku, pipiku terasa sangat panas. Aku merona malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Payne Game
Fanfic❝ Dia, Liam Payne, hanya laki-laki tolol dengan seribu gombalan sampah ❞ Copyright © 2014 by ratukuaci All Rights Reserved