3 KM

7.4K 927 132
                                    

Sudah di kilometer ketiga dan saatnya aku berhenti di booth yang telah disediakan. Tak dapat dipungkiri, aku sangat haus dan aku butuh sebotol air mineral. Bukan sebuah minuman rasa buah atau penambah ion, karena itu bukanlah kesukaanku.

Tampak para pelari mulai menepi ke arah booth yang menyebabkan booth berukuran tak terlalu besar itu penuh. Oh Tuhan, aku benci keramaian. Mereka menyebalkan.

"Waktu untuk istirahat hanya 10 menit." beritahu seorang perempuan yang tampak seperti penunggu booth ini.

Sial, hanya 10 menit? Kurasa menunggu antrian berkurang saja bisa sampai 1 jam. Lalu bagaimana dengan nasibku? Aku butuh air mineral atau tidak aku akan kalah.

"Air mineral habis!" teriak seseorang yang berdiri di antrian paling depan dan tampak sedang didesak oleh orang-orang di belakangnya.

Serius? Apakah sebegini buruknya nasibku? Oh ayolah, gadis sepertiku tak pantas seperti ini. Aku harus mendapat apa yang kumau. Harus.

"Ah bodohnya aku. Kenapa aku mengambil dua buah air mineral?" aku menoleh begitu mendengar seseorang menggeram dan berceloteh tak jelas. "Aku hanya butuh satu. Apa ada yang mau ya?" dia mengusap tengkuknya lagi-lagi berbicara sendiri.

Oh, mengapa harus Liam untuk keadaan seperti ini?

Aku mendesah dan mengusap wajahku. Tidak, aku tak mungkin menghampirinya lalu meminta dengan lembut air mineralnya. Saat ini rasa gengsi sedang merajaiku dan aku benci keadaan seperti ini.

"Atau ku buang saja?"

"Hei!"

Aku menutup mulutku, mengutuk keluarnya suara beroktaf yang cukup tinggi. Liam menoleh padaku yang tengah berdiri dengan tampang bodoh, lantas ia tersenyum lebar dan dengan tunggang langgang menghampiriku.

"Apa aku tak salah? Kau barusan menyorakiku!" pekiknya tertahan dan terlihat senang.

"Um...ah..." aku tak dapat berucap. Sialan. Kenapa aku bisa begitu ceroboh seperti ini?

"Jadi ada apa?" tanya Liam tetap bertahan dengan senyumannya. Aku tak menjawab dan lebih memilih melirik air mineralnya sembari menelan ludah, ingin. "Kau mau ini?" tanya Liam mengayunkan botol plastik dengan isi air itu di hadapanku.

Aku menarik nafas panjang. Baiklah, sekali ini saja, D. Lagipula ini untukku sendiri, bukan? "Ya. Bisakah?" tanyaku begitu berat.

"Tentu! Aku akan dengan senang hati memberikannya kepadamu." Liam menyodorkan air mineralnya padaku. Dengan cekatan dan cukup enggan, aku meraihnya lalu membuka tutup botol dengan terburu-buru dan meneguknya perlahan. Oh, ini menyegarkan...

"Kau suka?"

Aku menyudahi minumku dan menatap Liam sebentar. "Apa yang patut disukai dari sebuah air mineral?" dustaku.

"Entahlah. Kau tampak sangat menikmatinya," Liam mengendikkan bahunya. "Oh apa jangan-jangan ini karena dariku, makanya kau suka?"

Aku terbatuk mendadak. Mendengar ucapan Liam membuat perutku mual dan jumpalitan seketika. Dengan segera aku kembali meneguk air mineral pemberian Liam sampai habis.

"Kau harus tahu, pemandangan seperti ini memang sangat indah." Liam mengguman.

"Apa maksudmu?" tanyaku mengangkat sebelah alisku.

"Aku suka melihat seorang gadis cantik dengan keringat yang mengalir meminum air dengan kerennya. Aku bisa saja menjadi pria nomor satu yang ingin berkencan dengannya."

Aku tertawa keras, amat keras. Benarkah? Benarkah sepayah itu kesukaannya? Oh man, jika kau bisa tahu apa yang kukatakan ini, kuharap kau mengerti "aku tak mempan dengan rayuan".

"Waktu istirahat selesai! Diharapkan kepada para peserta untuk segera berlari kembali."

"I have to go."

Aku berbalik bermaksud meninggalkan Liam. Tetapi tiba-tiba dia menghambatku. "Kau lupa kata kunci."

Aku mengerutkan keningku. Apa yang dikatakannya? Sebuah lelucon kah? Jika ia, mulai saat ini aku akan memutuskan jika aku bukan bagian dari lelucon.

"Kata 'terimakasih' karena minum, mungkin?" katanya lagi memainkan jarinya dan tersenyum harap.

Oh ya, aku lupa-atau lebih tepatnya sebenarnya aku tak pernah ingat.

"Oh, terimakasih." kataku tanpa ekpresi.

"Sama-sama," Liam lagi-lagi tersenyum, membuat kedutan pada bagian bawah matanya. "Hmm, apa aku boleh tahu nomor ponselmu?"

++

Hii there. Maaf ya late update. Gue lagi kehilangan mood dan emak juga lagi sensitif. Megang hp atau komputer dikit aja gue langsung diceramahin soal UN. Aku lelah mak, cukup -,-

Oh ya, nanya lagi,

Penulis fav kalian siapa? (Entah itu penulis internasional, nasional, wattpad or whatever)

Juga baca ss baru gue judulnya "London 1938", itu zerrie ff.

Hoho im zerrie af bye

Payne GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang