5 KM

5.9K 838 18
                                    

"Pasti kau menyukai boneka Barbie,"

"Juga menyukai manisan,"

"Soalnya kau sempurna seperti Barbie dan juga manis seperti manisan,"

"Apakah aku benar? Katakan ya, tolong."

Aku menghembuskan nafas keras. Bodoh. Liam sangat bodoh. Juga sok tahu. Dia begitu berisik dan itu sangat menganggu. Ya Tuhan, kenapa aku memperbolehkannya untuk berlari bersamaku tadi?

Mengambil ritme lari lebih cepat, aku berharap Liam bisa tertinggal dan menghilang. Lalu setelah hilangnya Liam, hidupku akan terasa tentram dan damai. Kuharap begitu.

"Jangan sok tahu,” dengusku. “Aku tak suka boneka bodoh itu. Aku juga tak suka manisan. Semua itu omong kosong. Kau penuh omong kosong." Ujarku keras seraya berlari meninggalkannya. Samar-samar suara Liam terdengar memanggilku. Berusaha mengabaikan, aku terus berlari menjauh dan mulai cukup jauh darinya. Sialan dengannya yang menganggu.

"Hei Deborah!"

Aku mendadak menoleh ketika seseorang—yang bukan Liam—memanggilku. Dia laki-laki dengan mata hitam dan tubuh tinggi. Menghembuskan nafas yang tak beraturan, pun dia mulai mengutarakan hal yang ingin disampaikannya kepadaku.

"Liam Payne, dia jatuh dan kakinya terluka."

Aku membelalakkan mataku. Bukan, aku bukan kaget karena dia yang terluka. Namun aku kaget karena laki-laki ini yang mengatakan keadaan Liam kepadaku. Apa hubungannya Liam yang terluka denganku?

"Oh maaf, kau sepertinya salah orang. Aku bukan siapa-siapanya. Kau seharusnya mengatakan ini kepada panitia." Kilahku.

"Tapi dia mengatakan jika aku harus menyampaikan hal ini kepadamu."

Keningku mengerut. "Biarkan saja dia." Aku mengibaskan tanganku tak peduli.

"Hei, kau tak bisa seperti itu. Dia mengatakan jika dia terjatuh karena mengejarmu. Itu sama saja seperti kau mencelakai peserta lainnya dan kau bisa saja didiskualifikasi dari pertandingan ini."

Mataku membelalak diikuti dengan mulutku yang membuka. Sialan. Apa mau Liam-sialan-Payne itu sebenarnya?!

NEXT

Payne GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang