Menjadi Ibu Zaman Now

77 3 0
                                    

Sebuah anugerah terlahir sebagai wanita, terlebih wanita yang berkesempatan menjadi seorang ibu. Sungguh besar perjuangan ibu sebagai jantungnya peradaban. Ibu lah yang menjalankan misi melahirkan penerus generasi zaman ini.

Awal masa hamil, ibu merasakan mual. Sangat letih mengandung selama sembilan bulan. Terus ibu melahirkan, menyusui, menyapih dan merawat hingga anak tumbuh besar. Ibu melewati masa-masa yang berat. Namun, ibu menerima dengan keikhlasan dan ketabahan hati. Begitulah gambaran sosok seorang ibu sejak dulu. Karena ibu yang sejati sadar akan perannya akan menjalani alur kehidupan dengan penuh kesungguhan. Lalu bagaimanakah kondisi para ibu masa kini, pada ibu zaman now?

Sebuas-buasnya induk hewan tidak akan memangsa anaknya. Begitulah pengibaratan kasih ibu. Akan tetapi, kita dapati pertentangan dalam kenyataan. Banyak kasus ibu yang menganiaya anaknya hingga tewas. Seperti yang terbaru, kesal dengan anak yang mengompol lalu ibu menyemprot dengan racun serangga. Hal ini harusnya menjadi sebuah pelajaran berharga.

Ternyata banyak kasus kekerasan yang menimpa anak, dilakukan oleh anggota keluarga, khususnya ibu kandungnya. Cenderung terus mengalami peningkatan. Menurut KPAI, pada tahun 2016 tercatat 1000 kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan. Dari jumlah itu, 55 persen pelakunya adalah ibu. Hal ini sangatlah memprihatinkan. Kenapa bisa terjadi?

Menjadi ibu masa kini memang berat. Zaman yang berubah-ubah dan peradaban masih tidak karuan. Karena sistem kapitalisme telah kuat mengakar. Sehingga ada banyak tantangan yang menghadang ibu ketika menyadang statusnya.

Pertama, faktor tidak siap. Tidak sedikit para wanita yang menikah tanpa persiapan. Ada yang menikah hanya karena ingin segera menyusul teman yang menikah duluan. Ada juga yang terpaksa menikah karena kecelakaan, hamil duluan. Akhirnya, menjadi ibu tanpa bekal yang cukup untuk mengurus anak, bahkan tega menggugurkan janin karena sejak awal memang tidak diinginkan.

Kedua, faktor tekanan hidup. Ini yang sebenarnya banyak terjadi di masyarakat. Tarif listrik mencekik, harga sembako naik, biaya sekolah mahal, dan lain-lain. Biaya hidup yang terus melangit ini membuat ibu stress dan depresi. Sehingga memiliki anak pun menjadi beban. Anak ditelantarkan. Ada masalah atau konflik sedikit, maka anak lah yang menjadi korban kekerasan.

Derasnya arus sekulerisasi dan liberalisasi telah merusak tatanan kehidupan, termasuk merusak para ibu sebagai tiang negara. Jebakan femenisme dan pemberdayaan pun sengaja dipasang para Kapitalis. Untuk menjerat dan memerangkap kaum ibu. Karena jika satu ibu yang rusak, maka suaminya akan rusak, anak-anaknya akan rusak, dan keluarga muslim pun akan rusak.

Sangat berbahaya ketika seorang ibu terjangkit virus-virus ini. Ibu menjadi tidak peduli lagi dengan anaknya. Bahkan, ketika ibu mendidik anak juga menularkan virus ini. Sang ibu membiarkan anak serba bebas, semaunya, dan tidak mau diatur dengan aturan agama.

Dalam pepatah Arab ada ungkapan “Al-Ummu Madrasatul Ula” (ibu adalah sekolah yang pertama). Benar, ibu merupakan sekolah pertama bagi setiap anak. Ibulah yang pertama kali memberikan banyak pelajaran awal tentang kehidupan. Karena itu, seorang ibu haruslah menyadari peran vitalnya. Kemudian berusaha menjadi ibu sejati, ibu yang profesional bagi keluarganya. Bagaimana bisa menjadi ibu sejati, dan profesional di zaman sekarang?

Pertama, ibu harus sadar bahwa mengasuh anak adalah amanah. Status sebagai ibu dijalankan dengan ikhlas sebagai wujud ketakwaan pada Allah SWT. Ibu telah diberikan fitrah untuk melaksanakan fungsinya tersebut. Dan kelak, amanah itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Karenanya, ibu harus menyiapkan wawasan dan tsaqofah Islam sembari meningkatkan keterampilan teknis dalam pengasuhan anak.

Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).

Ibu harus mempunyai kepedulian terhadap keluarga. Apalagi di zaman sekarang, di mana al-ghazwu al-fikri berupa serangan pemikiran dan budaya yang negatif dan merusak seperti pornografi, narkoba, rusaknya moral, penyimpangan L6BT, dan pergaulan bebas terus datang menyerbu anak, khususnya remaja. Maka, kehadiran seorang ibu laksana benteng terakhir bagi anak-anaknya.

Kedua, ibu harus peka terhadap permasalahan umat. Karena ibu sejati tidak hanya peduli terhadap permasalahan yang menimpa anak dan keluarganya. Tapi, juga peduli terhadap permasalahan yang menimpa ibu dan keluarga lainnya. Ibu peduli terhadap setiap permasalahan umat.

Sabda Rasulullah saw: "Barang siapa yang bangun di pagi hari dan tidak mempedulikan urusan umat maka ia bukan termasuk golonganku."

Begitu banyak permasalahan yang menimpa umat Islam, khususnya kaum Ibu. Hampir semua kaum ibu di dalam negeri juga merasakan beratnya beban hidup yang sama. Seperti masalah kemiskinan, terlibat prostitusi, pornografi, pelecehan, kekerasan, dan menghadapi rusaknya pergaulan generasinya. Kemudian, kaum ibu Muslimah di berbagai negara lainnya juga terus mengalami berbagai kesedihan dan penderitaan. Kemiskinan kaum ibu di Bangladesh, pelecehan kaum ibu di Suriah, pengusiran dan menjadi korban kejahatan dialami kaum Ibu di Rohingya. Sehingga hari ini sebagian besar kaum ibu masih belum bisa optimal menjalankan fungsi keibuannya. 

Oleh karena itu, ibu sejati di masa kini pun harus menyiapkan waktu untuk peduli pada sesama, terlebih kondisi kaum ibu yang lainnya. Jangan malas, ragu, ataupun segan. Mengajak semua pada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Berdakwah dengan syariah kaffah. Memberikan solusi Islam kepada umat untuk diterapkan dalam kehidupan kehidupan oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Agar setiap orang bisa merasakan kesejahteraan dan kemuliaan hidup dalam naungan sistem Islam.

Sesungguhnya gambaran ideal, di mana kesejahteraan, kehormatan dan kemuliaan meliputi seluruh jagad raya pernah terwujud. Selama 13 abad lamanya, saat dunia dan kehidupan manusia dinaungi oleh negara yang menerapkan sistem Islam - Khilafah – setiap masyarakat mendapat jaminan kebutuhan hidupnya dengan adil dan merata. Sebuah negara yang bertanggung jawab penuh atas rakyatnya., baik laki-laki ataupun perempuan, anak-anak atau dewasa, muslim atau non muslim, individu per individu maupun rakyat secara keseluruhan. Khilafah tidak membiarkan seorang pun di antara rakyatnya kelaparan atau tidak memiliki tempat tinggal, terjamin keamanan, pendidikan dan kesehatan dengan sebaik-baiknya, terjaga kehormatan kaum perempuan dan keluarganya, para bapak mampu mencari nafkah untuk keluarganya, para ibu bisa menunaikan tugas utamanya membentuk generasi berkualitas dengan jaminan negara atas kecukupan nafkah bagi diri dan anak-anaknya, dan anak-anak pun bisa hidup bahagia dalam dekapan pengasuhan ibunya.

Jadi, kaum ibu Zaman Now juga bisa berhasil menjadi calon pendidik generasi yang profesional. Mampu menerjang setiap halangan dan tantangan zaman yang ada. Syaratnya, kaum ibu harus menyadari anugerah dari-Nya. Jangan sampai terbutakan oleh gambaran semu kesenangan dan kemewahan sementara. Ada yang lebih berharga yaitu, memperjuangkan harapan kehidupan keluarga yang mendapatkan berkah dengan syariah dari Allah SWT dan generasi yang tumbuh menjadi khairu ummah.[]

Dimuat di: Shalehah.net

Pena Muslimah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang