Apa sih Islam? Pasti banyak di antara kita yang sudah hapal definisinya. Ya, Islam adalah dien yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad saw kepada umat manusia, yang diwahyukan melalui perantaraan malaikat Jibril.
Dalam Islam saling berkaitan antara keimanan dan ketaatan dengan akidah dan syariah. Islam berisi sekumpulan khithab syar'i, yaitu seruan Allah SWT sebagai pembuat hukum syariat.
Apa saja sih cakupan hukum syariat Islam? Cakupannya ada tiga macam. Pertama mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (hablu minalLah), sekitar 5 %. Terdiri dari akidah dan cara beribadah kepada Allah SWT. Kedua, hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablu minannafs), sekitar 5 %. Misalnya, cara kita makan, minum, berpakaian muslimah, akhlak, dan lain-lain. Sedangkan yang ketiga, berisi aturan tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablu minannas), sekitar 90 %. Di antaranya, meliputi sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, pidana, sampai urusan politik dalam dan luar negeri, ada cara untuk mengaturnya.
Ada yang tahu siapa saja yang kudu memakai syariat Islam? Ada subyek atau pelaku syariat yang telah tertentu, biar bisa kokoh diterapkan. Yaitu, individu, kelompok, dan negara.
Ambil contoh terkait ibadah, makanan, minuman, pakaian, dan akhlak bisa saja langsung dipakai oleh masing-masing individu, kita sendiri. Sedangkandari segi mu'amalah dan berdakwah bisa juga dilakukan oleh kelompok tertentu. Namun, hanya parsial alias sebagian. Perlu peran penting negara. Biar semua hal tadi, dapat dilaksanakan secara sempurna.
Misalnya, dengan bantuan negara yang memberikan sanksi buat orang yang nggak mau shalat, pasti semua orang mudah melaksanakan ibadah ini, nggak bolong-bolong lagi. Terus, dalam pakaian, makanan, dan mu’amalah, ketika diwajibkan negara harus sesuai syariah, maka nggak takut lagi terkonsumsi yang tidak halal, terambil riba, atau terkena dosa paparan aurat. Karena, menurut Islam semua itu wajib diatur oleh negara. Terlebih lagi, dalam dakwah. Ini menjadi sebuah misi negara untuk menyebarkan indahnya ajaran Islam.
Tapi, hari ini kita saksikan banyak orang yang berani melanggar aturan Allah SWT. Kok, bisa? Betul, sebab standar yang kini digunakan manusia adalah pendapat orang banyak. Adat, tradisi, maslahat, kebebasan, dan aturan yang mendatangkan keuntungan, kesenangan atau kenikmatan sesaat sudah dipegang kuat oleh masyarakat.
Nah, hari ini kebanyakan juga masih belum menjadikan syariat sebagai tolok ukur berbuat. Padahal, seorang Muslim haruslah selalu terikat dengan hukum Islam. Sehingga segala pandangan yang tidak tepat tadi harus dicabut dari pemikiran. Segeralah buang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan Islam tersebut.
Apalagi sebagai hamba Allah SWT, kita mesti melihat pada syariat sebelum bertindak. Tidak boleh sembarangan atau asal-asalan. Sebab, perbuatan akan dinilai sebagai amal shalih. Persyaratan supaya jadi amal shalih, yaitu didasarkan pada ikhlas karena Allah SWT saja dan dilakukan benar secara syariah. Kelak setiap perbuatan kita akan dinilai dan dimintai pertanggungjawaban di yaumil hisab, hari perhitungan.
Kita, umat Islam seluruhnya telah diperintahkan untuk berhukum (dalam urusan apapun) kepada apa yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Firman Allah SWT: “... Maka putuskanlah (perkara) mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu....” (QS. Al-Maidah: 48).
Islam merupakan ideologi penebar rahmat. Yang namanya ideologi atau pedoman hidupa wajar bila kita jadikan sebagai panduan. Apalagi hanya Islam ideologi shahih (benar), yang diberikan Al-Khaliq, Yang Maha Mengatur. Harus kita pakai dalam menjalani kehidupan ini secara keseluruhan. Khususnya, dalam keseharian kita, dalam keluarga, bermasyarakat, sampai bernegara.
Banyak sekali hikmah saat diterapkan syariat menyeluruh. Di antaranya, syariah akan menjaga akal, harta, jiwa, keamanan, kehormatan, keturunan (nasab), keragaman, dan kesejahteraan bagi umat manusia seluruhnya. Bahkan, berkah di perut bumi dan kolong langit, dengan sains dan teknologi bisa mudah ditundukkan untuk kemaslahatan umat. Gimana luar biasa kan?
Memang, kita generasi yang hidup di zaman ini belum pernah sekalipun menyaksikan dengan mata dan kepala kita, bagaimana sih keadaan ketika negara menerapkan syariat Islam. Sebab, kita hidup pada masa sistem Islam telah berhasil diruntuhkan Barat. Kita mungkin hanya bisa menyaksikan sedikit dari sisa-sisa peninggalan saat kejayaan Islam.
Kita mungkin hanya ingat sebagian nama ilmuan dan ulama seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Imam Syafi’i, dan Muhammad Al-Fatih yang kehebatannya diakui dunia. Namun, tidak tahu mereka sebenarnya hidup pada masa apa. Tidak lain, mereka hidup pada masa syariat Islam diterapkan secara menyeluruh (kaffah).
Ditambah sebagian pemikiran kaum muda sudah terbajak oleh tsaqofah Barat yang rusak. Sekularisme, liberalisme, dan hedonisme sangat menguasai benak pemuda. Sehingga, agak sulit bagi generasi Muslim masa kini untuk memperoleh gambaran tentang pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya.
Namun, yang harus jadi perhatian kita adalah kembalinya penerapan syariah Islam bukanlah khayalan. Telah terbukti berhasil dan tercatat sejarah selama 13 abad lamanya. Ini merupakan sebuah kenyataan. Pernah tegak di masa lalu, dan akan tegak kembali di masa depan. Sesuai kabar gembira Rasulullah saw.
“Permulaan agama kalian adalah kenabian dan rahmat, kemudian Khilafah yang mengikuti metode kenabian... kemudian akan kembali lagi Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian.”
Nah, yang mampu dilakukan para pemuda sekarang adalah mengikuti apa yang telah dilakukan Rasulullah saw dan para sahabat. Teladanilah kehidupan mereka yang dekat dengan pengamalan syariat. Jangan pernah kita bosan membina diri dengan ilmu dan tsaqofah Islam.
Mari ambil bagian dalam perjuangan meniti jalan dakwah mewujudkan penerapan syariah secara kaffah. Agar Islam kembali menerangi dunia dan memberikan rahmat kebaikan bagi seluruh makhluk-Nya. Mungkin saja, itu bisa terwujud lewat tangan kita.[]
Dimuat di: VOA Islam
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Muslimah
Saggistica(COMPLETE) √ "Jalani hidup dengan berpedoman pada petunjuk aturan-Nya. Lakukanlah yang kita bisa. Menulis misalnya. Dan ciptakan tulisan yang dapat dibanggakan kelak di hadapan-Nya. Itulah, sebaik-baik tujuan seorang penulis." Nah, kalau melihat ke...