Barbara Palvin as Issabella Gracia Gilbert.
London, 1914.
Aku hanya duduk di lantai balkon, melamun adalah hal yang kulakukan sedari tadi. Tumpukan boneka berserakan tanpa peduli ini semua terihat berantakan. Aku benar-benar sangat bosan setiap hari harus menghabiskan hari dengan seperti ini. Aku ingin bermain di luar seperti anak-anak lain dan kenapa itu tidak berlaku untukku.
"Hey Gracia." Tiba-tiba munculah anak lelaki yang tidak aku sukai, Alex dengan gayanya yang angkuh dan sombong itu.
"Apa yang kau mau? Jangan bilang kau ingin mengerjai ku lagi." Tatap ku tajam sambil melindungi mainan ku darinya.
"Aku hanya bosan dan ingin bermain bersamamu." Katanya sambil tertawa.
Ia mendekati boneka yang tidak aku lindungi, seketika wajahku memucat. "Dimana boneka yang rusak itu?" Ia mengambilnya dan memainkan wajah boneka itu.
"Bibi Darcy telah membuangnya dan kumohon jangan merusak yang satu itu. Itu pemberian dad." Mohon ku walaupun kata-kata itu tidak akan berguna untuk Alex.
"Jangan sedih seperti itu Graci, aku tidak akan merusak boneka ini, tapi aku akan membuang boneka ini."
Pun ia langsung melempar boneka milikku ke luar balkon, menjatuhkan boneka itu entah kemana. Aku langsung segera menghampiri Alex, menarik kerahnya. "Aku membencimu!" Teriakku tepat pada wajahnya sebelum akhirnya menginjak kakinya dan berlalu menyusul bonekaku.
Saat sudah berada di bawah, mataku awas, mencari bonekaku yang entah di lempar dimana. Aku hampir meneteskan air mata jika boneka itu tidak ada. Itu pemberian dad. Hadiah yang ku peroleh saat ia sedang bertugas ke luar kota. Boneka itu adalah satu-satunya penyalur rinduku padanya. Sampai-sampai tubuhku sekarang menjadi lemas gara-gara aku tidak kunjung menemukan boneka itu. Harapanku hilang. Aku menundukkan kepalaku, menutup wajahku dengan tangan.
Hilang sudah harapanku. Aku sangat membenci Alex.
Hingga tiba-tiba datanglah seorang anak lelaki. Aku bisa merasakan ada kehadirannya disini. Dari sela-sela jari aku melihat bayangannya di rerumputan. Lelaki itu membuka tanganku perlahan hingga akhirnya aku bisa melihat wajahnya begitu jelas.
"Jangan menangis, aku disini." Ujarnya seakan-akan dia bak malaikat.
"Apa maksudmu? Memang kedatanganmu cukup membuat perasaanku baik-baik saja." Balasku tidak peduli
"Kupikir begitu." Jawabnya datar. Kemudian ia memberikan boneka yang kucari. Boneka milikku yang terjatuh.
Aku langsung mengambil boneka itu dan memeluknya. Saat aku ingin mengucapkan terimakasih, anak laki-laki itu sudah berbalik badan meninggalkanku.
Aku yang begitu penasaran mengejarnya. Namun sebelum itu,
"Issabella Gracia! Apa yang kau lakukan di taman?" Tiba-tiba Sara datang, mencegahku mengejar anak laki-laki tadi.
"Bonekaku jatuh..." Sara tidak peduli dengan penjelasanku. Ia malah memeriksa gaunku apakah kotor atau tidak.
"Ini semua di karenakan Ale-"
"Sudah jangan banyak bicara! kau sangat kotor sekali. Aduh, dimana Darcy?"
Sara memanggil Darcy beberapa kali hingga Darcy muncul di hadapannya sambil menunduk.
"Kau ini kenapa tidak becus mengurus satu anak saja? Habis dari mana saja kau?" Tanya Sara enggak sabaran.
"Saya habis dari—"
"Baiklah, baiklah. Urus Graci! Aku masih harus mengerjai banyak tugas." Tanpa mendengar pembicaraan bibi Darcy, perempuan itu sudah pergi.
Bibi Darcy menghampiriku yang masih menunduk, ia mengelus pangkal kepalaku. "Ini ulah Alex lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Without A Name [EDIT]
Jugendliteraturif you feel alone in the dark and look for someone who loves you Im harry, will be by your side [Pure inspiration] © 2018 by itscaptainrogers Cover by Itscaptainrogers