𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧

98 11 5
                                    

"Kunci pintu dan jangan biarkan orang lain masuk selain aku dan Luciana."

Itulah kata-kata Harry yang masih teringat di kepalaku. Pun aku langsung mengambil sapu yang tersender di tembok ujung pintu, berjalan perlahan ke arah dapur sambil sesekali menengok ke belakang. Dapur rumah  Harry berada di ujung sebelah kiri setelah meja makan dan lorong sebelah kanan yang menuju kamar Harry. Saat semakin kesana, suasana semakin senyap di tambah tidak ada penerangan cukup jelas selain dari cahaya yang menembus langsung ke arah pintu kaca yang mengarah pada taman belakang rumah.

Aku mengeratkan pegangan sapu ketika melihat sebuah gelas plastik menggelinding ke arahku. Dan hanya gelas, aku tidak menemukan seseorang disana. Bahkan ketika aku menaruh gelas kembali ke tempat semula dan memeriksa pintu belakang rumah, aku kembali mendapati pintu itu juga tengah terkunci.

Lantas, bagaimana seseorang bisa masuk dan keluar rumah memberikan surat ini?

Aku menggengam erat kertas yang baru ku dapati, memeriksa kembali tulisan surat itu sebelum ketakutanku memuncak.

Jangan bilang ini Dave atau suruhan Sara...

Harry bilang setelah kejadian itu Dave menghilang bukan?

Pun aku kembali menyapu seluruh dapur mencari surat-surat lainnya. Aku yakin disini ada sebuah teka-teki lagi. Aku yakin teka-teki ini tidak akan terhenti sampai aku di dapur dan tertangkap oleh pengirim surat itu. Pada saat aku membuka penutup panci, seperti yang sudah ku harapkan. Pun akhirnya aku menemukan surat lagi.

Aku langsung membuka surat itu cepat, sambil memeriksa ke arah pintu dan  ruang tengah.

"Kau memang terlalu payah dan sangat lamban. Andai saja kau cepat, mungkin kau akan menemukanku.

Bagaimana sekarang kita gantian? Aku yang akan mencarimu?"

Deg!

Aku menyobek surat itu dan berlari dengan sekuat tenaga ke kamar, menguncinya. Nafasku sudah tersenggal-senggal ketika aku berpikiran untuk mengumpat di lemari sehingga aku memutuskan untuk berjaga di depan pintu seakan-akan orang itu berhasil menemukanku di kamar dan berusaha masuk ke dalam sini.

Di dalam kamar sunyi dengan berbagai macam pikiran, aku mendengar suara dengan seksama. Aku mendengar saklar di nyalakan. Namun ketika aku menempelkan telingaku pada daun pintu, aku merasa ada yang janggal. Seketika bulu kundukku berdiri ketika menyadari sekelilingku yang terang.

Itu bukan suara yang berasal dari luar,

Keringatku membanjiri ke takutanku ketika mendengar suara langkah seseorang. Ia berhasil menyalakan radio yang berada dekat lemari. Aku berani taruhan kalau Harry hanya memiliki satu radio yang berada di kamarnya. Dan itu ada di mana aku berada!

Aku merasakan tubuhku dari atas hingga bawah bergetar. Tanganku sudah berkeringat ketika memegang gagang sapu cukup kuat sebelum akhirnya aku memutuskan untuk berbalik—

Kamarku menyala. Seluruh ruangan kamar berbeda dari sebelum kulihat— sangat indah karena di terangi oleh lampu yang berkelap-kelip di sekeliling ruangan. Aku menengadah ke bawah dan mendapatkan taburan kelopak mawar yang masih harum berserakan di lantai hingga kasur. Bukan hanya itu, aku juga menemukan sebuah meja bundar dengan taplak berwarna putih yang berada di dekat jendela dengan dua bangku berhadapan. Di atasnya terdapat dua lilin yang bernari-nari tertiup angin akibat jendela terbuka lebar.

Tiba-tiba munculah Harry dari balik tirai putih dengan menggenakan setelan jas dan mawar cantik di sakunya. Ia berjalan ke arahku, meraih tanganku sebelum membungkukkan badannya untuk mencium tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Without A Name [EDIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang