"Jangan merasa di salahkan karna kau yang merasa jatuh cinta melainkan akulah orang pertama yang mencintaimu."
-Harry
Harry styles POV
Aku memandang kosong kearah api yang berkorbar di tengah hutan. Aroma daging menyeruak nemun rasanya tidak berselera untuk di makan.
"Apakah ia benar mengatakan itu?" Adalah sebuah pertanyaan yang merumiti pikiranku.
Aku menoleh pada Gracia yang kelihatannya sudah tertidur.
Apakah aku telah menyakitinya?
Apakah kau pria yang baik untuknya?
"Sudah cukup!" Aku mengelus wajahku beberapa kali. Kenapa batinku tidak berhenti bicara omong kosong dan memikirkan hal yang dapat membantuku sih?
Aku menghembuskan nafas kasar, bangkit berjalan menuju tempat yang menurutku lebih baik di banding di situ. Duduk di antara tebing yang di bawahnya terdapat lembah.
Throwback.
London, 1919
"Gracia!" Panggilku terus mengejar perempuan itu berlari lebih cepat di bandingkan diriku.
"Kau jahat Harry!" Teriaknya tidak mempedulikanku yang mengejarnya.
"Gracia biarkan aku menjelaskannya."
"Tidak, Auww.." Gracia terjatuh karena akar pohon yang besar. Dengan cepat aku menyusulnya.
"Tidak, berhenti disitu!" Dan aku pun berhenti.
"Gracia," aku menggaruk rambutku sangat furstasu. Kenapa sih perempuan itu sangat keras kepala. Aku selalu tidak tahan ketika ia terluka sedikitpun. Kenapa ia tidak tahu betapa aku takut dia kenapa-kenapa.
"Kenapa kau sama jahatnya seperti Alex? Kenapa kau meninggalkanku?" Ia berteriak dan menangis dengan kencang.
Ah, Gracia.
Aku langsung berlari kearahnya dan membantunya membersihkan sisa-sisa daun kering yang menempel. "Aku tidak meninggalkanmu."
"Ini semua karena Ny. Sara. Maafkan aku." Kataku dengan kecewa setelah harus bilang sejujurnya dengan Gracia padahal aku tidak di perijinkan untuk memberitahunya.
"Mom? Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal?" Pun aku langsung memeluknya erat.
Kupikir ini adalah terakhir kali aku memeluknya.
"Maaf, mom sakit keras. Ny, Sara bilang kalau dia akan membawa banyak penyakit jika tinggal disini. Tapi kumohon jangan bilang padanya."
Gracia melepas pelukan sepihak padahal aku masih ingin memeluk tubuh mungilnya itu. Ia langsung menangkup pipiku pada tangannya dan menatapku dalam. "Berhentilah minta maaf Harry. Justrunya aku yang harus minta maaf padamu. Yang aku kesal kenapa kau begitu egois, kenapa kau tidak bilang padaku dari awal kalau kau akan pergi. Kau tahu— aku tidak bisa secara tiba-tiba melepasmu seperti ini." Pun ia mulai menangis kembali dan menutup wajahnya dengan tangannya.
Kenapa aku merasa kehilangan?
Apakah aku menyukainya?
Apakah ini rasa cinta yang dikatakan semua orang?
"Gracia," aku meraih dagu perempuan itu, menatap lurus tepat di pupilnya yang retak bagaikan kaca. Ada tanda ke kecewaan dia kepadaku. Dan semakin ia seperti ini, aku benar-benar tidak mau kehilangannya.
"Bolehkah aku memintamu untuk berbuat permohonan?"
Perempuan itu menaikkan alisnya dengan nada sesengukan. "Permohonan?"
Aku mengangguk. "Aku ingin kita sama-sama membuat permohonan." Kataku sambil menancapkan senyum yang yang berat.
Gracia menatapku ragu namun langsung aku membantunya mengatupkan tangannya dan menyuruhnya menutup mata. Ia pun mengikuti tanpa protes. Dan saat itu juga aku mengeluarkan sebuah benda dari sakuku. Memasangkannya pada leher Gracia dengan manis.
Saat ia selesai membuat permohonan, ia sangat terkejut melihat pemberianku. Ia menyentuh kalung itu dan kembali padaku.
"Itu adalah janjiku terhadap permohonanmu." Ujarku tanpa harus ia bertanya. "Itu adalah benda spesial yang tidak mewah namun sangat berarti."
"Dan kau hanya perlu menjaganya saja hingga kita bertemu kembali."
"Harry?"
Aku membuka kelopak mataku perlahan. Seketika tempo jantungku menjadi cepat. Mataku teramat perih dan apa ini? Air mata. Cepat aku langsung menoleh pada seorang yang memanggilku. Dan itu dia, wanita cantik yang selalu ku rindukan tengah menatapku dengan penuh ke khawatiran.
Dan menyadarkan ku kembali bahwa semua kejadian itu sudah lewat belasan tahun.
"Harry kau pasti mimpi buruk." Katanya pelan dan cepat, aku langsung meraih lengannya, memeluknya erat seakan-akan takut kehilangannya.
Gracia gilbert POV
"Har, ini—"
Ah, tidak Graci.
Jangan berharap banyak olehnya.
Dia hanya memeluk bukan?
Aku mengesah nafas panjang. Membiarkan Harry membenakan dirinya padaku. Aku mengelus punggung Harry dan menepuknya pelan seperti yang mom ajarkan ke padaku ketika aku masih kecil. Dan disisi lain aku juga suka di saat aku memeluk Harry karena rasanya sangat hangat dan aku menyukai aroma dari tubuh Harry. Andai Harry tahu betapa aku menganggapnya lebih dari sekedar teman.
Pun beberapa saat ke heningan menyelimuti kami, hari kembali menarik dirinya dariku. Ia tersenyum lebar melihatku dan aku juga melakukan hal yang sama. "Tadi aku mimpi panjang. Dan aku merasa bersalah telah meninggalkannya begitu lama." Katanya dengan suara serak dan tentu saja aku langsung mengetahui apa yang ia mimpikan.
"Tenang, aku sudah berada di depanmu." Kataku meyakinkannya namun Harry sepertinya tidak menanggapi perkataanku. Ia hanya melihat sesuatu yang lain dari diriku sebelum akhirnya ia meraih kalung yang di leherku.
"Kau sangat cantik memakai kalung itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Without A Name [EDIT]
Ficção Adolescenteif you feel alone in the dark and look for someone who loves you Im harry, will be by your side [Pure inspiration] © 2018 by itscaptainrogers Cover by Itscaptainrogers