𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭𝐦𝐚𝐫𝐞 𝐢𝐧 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟

66 28 0
                                    

Aku percaya siang dan malam telah berganti, hari demi hari terlewatkan bagaikan angin, dan tidak ada yang berubah selain aku dan ruangan yang sempit tanpa ada sedikitpun ventilasi.

Hingga saat itu mereka tidak memberitahuku alasan mereka mengurungku. Setiap hari mereka hanya memperlakukanku layaknya binatang tanpa dosa. Aku di siksa, di beri makanan yang dihinggapi lalat, dan mengurungku di tempat yang mirip dengan kandang.

Aku sangat merindukan mom dan Luciana. Bagaimana kabar mereka sekarang? Apakah Margaretha telah tertolong? Apakah ia sudah sehat? Apakah dia merindukanku juga?

Aku selalu memikirkan mereka semua..

Namun aku tidak berpikir bahwa aku berharap salah satu keluargaku menjemputku kemari.

Bahkan aku tidak sanggup melihat diriku ketika menatap cermin nanti. Dari bayangan hitam saja aku sudah terlihat sangat kurus. Luka-luka yang tidak terobati itu bernanah dan aku hanya membiarkan ketika lalat mulai menghinggapinya. Tubuhku begitu tidak berdaya ketika lebam berwarna keunguan mulai terasa.

"Sudah ku bilang aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir Herbert. Bagaimana dia berpikir untuk menyuruh bocah laki-laki itu masuk ke dalam perusahaan kita!"

Aku terdiam ketika mendengarkan suara pria yang berteriak di luar ruangan. Ia tampak begitu marah dengan seseorang. Siapa Herbert? Apakah yang mereka bicarakan ada kaitannya denganku?

"Seharusnya dia memprioritaskanku karena aku adalah saudaranya! Seharusnya aku telah naik pangkat! Aku benar-benar penasaran siapa bocah laki-laki itu."

Tiba-tiba seorang penjaga membuka rantai gembok di pintu yang membuatku kembali seperti biasa seakan aku tidak mendengar pembicaraaan yang menyebutku. Pun masuklah seorang pria bertubuh besar dengan bau rokok yang begitu menyengat. Di belakangnya terdapat seorang pria botak yang mengikutinya sambil menunduk. Dan kurasa pembicaraan yang ku dengar berasal dari mereka—

Pria berbadan besar itu melihatku dengan eksperesi jijik sebelum ia tertawa padahal tidak ada satupun hal yang lucu. "Kau tuan Styles!" Katanya yang membuatku mengangguk ragu.

"Dia putra Jeremy?" Pria berbadan besar itu bertanya pada pria botak yang membuat pria botak itu menggangguk cepat dengan takut.

"Bagaimana bisa." Pria besar itu bergumam sambil menyesap rokoknya sebelum kembali ke arahku. "Bagaimana Mr. Herbert bisa mempertahankan kau?" Tanyanya padaku seakan aku bisa menjawab pertanyaannya.

"D— dia be– lum bertemu Mr. Herbert tuan." Kata pria botak itu dengan pelan.

Pria berbadan besar itu kembali tertawa. "Bagaimana bisa! Bagaimana bisa Herbert menaruh kepercayaan padanya!" Katanya di sela-sela tawa hingga tiba-tiba masuklah dua orang pria berseragam hitam dan langsung mengangkat tubuhku untuk bangun.

"Kau telah di panggil Mr. Herbert." Kata salah satu dari pria berseragam hitam itu sebelum kembali pada pria berbadan besar yang tengah asik menyesap rokoknya. "Halo Mr. Dave, sudah lama kita tidak bertemu."

Mr. Dave tertawa. "Louis? Kau kah itu? Kau masih seperti terakhir yang ku lihat." Pria bernama Louis itu tersenyum dan ia melirikku.

"Cepat bawa dia Argus. Mr. Herbert sangat menantinya." Ujar Louis mengintruksi salah satu pria yang sedang menahanku. "Sampai jumpa Mr. Dave." Katanya seraya pergi meninggalkan Dave yang menatapnya remeh dan di lanjutkan dengan Argus yang membawaku.

Aku terus berpikir siapa itu Hebert? Apakah dia bos dari segalanya hingga Dave dan anak buahnya terus meributkannya? Kalaupun dia bos dari segalanya— dia berarti mengenal Jeremy! Dan ia musuhku juga.

Dan pertanyaanku akhirnya terjawab ketika kami memasuki ruangan dengan papan nama Mr. Herbert. Pada saat kami masuk aku melihat seorang pria sedang duduk mengecek beberapa dokumen. Ketika menyadari aku datang ia merapikan dokumen itu dan menyambutku dengan ramah.

Ia adalah Mr. Herbert.

Pria bernama Argus itu menduduki ku di kursi dan mereka pergi seperti biasa berdiri di tengah sudut ruangan mengawasiku tentunya.

"Harry, jadi kau yang bernama Harry Styles? Senang melihatmu." Ia menjabat tangannya padaku namun aku mengabaikannya— hingga ia, Mr. Herbert langsung menurunkan tangannya dengan canggung namun ia tetap memasang senyumnya.

"Kau terlihat sungguh berbeda. Apakah kau sakit?"

Harry memutar bola matanya. "Ya kau bodoh dan pikun. Kau telah memisahkan aku dengan keluargaku dan kau telah menyuruh anak buah mu untuk menyiksaku." Salah satu anak buahnya menghampiriku, ingin kembali melayangkan pukulannya itu namun ia tidak jadi melakukan hal tersebut ketika Mr. Herbert menghentikannya.

Herbert tertawa. "Anak buahku? Aku tidak menyuruhnya!" Ia menatap tajam ke arah anak buahnya yang tengah menunduk. "Aku menyuruh mereka untuk bersikap baik pada tamu." Ia menekan setiap kalimatnya kepada para anak buahnya yang menunduk takut.

"Dan kurasa ini ulah Louis atau tidak Dave?" Seketika aku merasa familiar dengan kedua nama yang ia sebut.

"Kumohon maafkan ke lancangan anak buah ku, aku tahu mereka mungkin sulit menerimamu namun aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menerimamu."

Aku mengangkat sebelah alisku. "Menerima apa?"

Ia membenarkan kacamatanya sebelum meneguk teh yang sudah dingin.

"Jadi, aku adalah bos di Julyherbert. Perusahaan bir terbaik di dunia. Jeremy adalah klien terbaikku. Aku begitu menyayanginya dan aku begitu percaya padanya hingga aku mendengar kabar bahwa... pria itu berkhinat padaku.

Terakhir kabar yang ku dengar dari anak buahku— dia mencuri semua berkas keuangan kantor ini dan pergi tanpa bicara padaku. Maksudku, sebenarnya ia tidak perlu melakukan itu kalau ia bicara padaku karena aku bisa membantunya. Namun— belum sempat ia menjelaskan semuanya kepadaku, Dave bilang bahwa Jeremy telah meninggal." Mr. Herbert menyesap rokoknya sambil menerawang jauh ke luar jendela. Dari matanya dia begitu mempercayai Jeremy dan bagiku mempercayai Jeremy adalah hal yang bodoh.

"Jadi apa hubunganku disini." Tanyaku yang langsung ke intinya hingga pria itu kembali padaku dan tertawa.

"Hoho, ku dengar kau begitu membenci ayahmu bukan? Jeremy memang orang yang jarang sekali menceritakan kondisinya ke sembarang orang. Bahkan kepada orang terdekatnya sekalipun. Karena kau anaknya, aku akan memberitahukan semua hal yang ku maksud dari cerita tadi." Mr. Herbert mendekatkan tubuh padaku.

"Kau tahu aku begitu mempercayai Jeremy. Dan Dave— dia saudaraku. Aku tidak begitu mempercayai Dave karena ia begitu serakah dan egois. Jadi aku mempercayakan perusahaan ini pada Jeremy. Dan kau tahu maksudku bukan?"

"Dave menjebak Jeremy?" Kataku dengan serius seakan ke bencianku dan semua teori Mr. Herbert telah menjadi sebuah ancaman besar.

"Pintar, kau memang sejenius Jeremy. Dan makanya aku membutuhkanmu disini agar kau mengungkap rahasia Dave selama ini."

Aku menaikkan alisku, berpikir keras tentunya. Perang batin bergejolak di pikiranku. "Apa imbalannya? Aku tidak bisa mempercayaimu ketika kau membunuh ibuku." Kataku dingin hingga menyebabkan wajah Mr. Herbert  berubah drastis.

"Aku tidak tahu bahwa ibumu meninggal?" Katanya dengan wajah kecewa. "Lagi dan lagi, Louis!!! Antony cepat panggilkan Louis. Aku harus berbicara padanya." Pun Antony salah satu anak buah Mr. Herbert keluar ruangan memanggil Louis. Terlihat wajah Mr. Herbert yang memerah, tangannya mengepal erat dan ia berusaha menahan emosinya dengan menarik nafasnya dalam-dalam.

"Apa yang terjadi?" Kataku yang tidak mengerti dengan kondisi yang terjadi.

"Apakah kau lihat? Dave telah memanipulasi semua bawahanku! Sekarang, dengarkan aku Harry! Musuhmu sebenarnya bukanlah Jeremy melainkan Dave!"

Without A Name [EDIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang