🖤7🖤

948 59 7
                                    

Jungkook terbangun jam sepuluh pagi dia mengedarkan tatapnya ke setiap penjuru ruangan. Dirinya bangkit duduk lalu sesuatu jatuh ke pangkuan nya.

Sebuah handuk kecil basah yang dirinya yakini adalah kompresan karena keningnya basah Saat dirinya sentuh. Suhu tubuhnya lumayan turun. Jungkook menghela nafas lega, pada dasarnya dia paling tidak suka jika sakit, karena pasti akan selalu bermimpi buruk. Seperti tadi contohnya.

Dia turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Berjalan sangat pelan karena kakinya memang masih terasa lemas. Saat jungkook akan membuka pintu kamarnya, dia menahan niatnya saat tahu ada seseorang yang membuka pintunya dari luar. Pintu itu pun terbuka. Jungkook melihat seorang namja yang memakai kaos lengan panjang itu menatapnya.

"Kookie" panggil taehyung berusaha merangkul pundak dirinya seolah takut ia akan terjatuh.

"Kenapa kau bangun? Kau masih sakit. Ayo!" ajak taehyung dan kembali ke ranjang.

Taehyung menuntun jungkook untuk duduk di ranjang lalu menyelimutinya. Tak lupa ia juga menyentuh kening namja itu dan merasa lega karena panasnya sudah menurun. Sedangkan jungkook memperhatikan tingkah dan wajah taehyung yang nampak khawatir. Dia merasa senang karena akhirnya ada seseorang yang mengkhawatirkannya.

"Kau ingin makan apa?"tanya taehyung

"Aku ingin makan denganmu" jawab jungkook taehyung tertegun mendengar hal itu.

"Bolehkan?"

"Baiklah kita akan makan bersama" jawab taehyung setelah cukup lama berpikir.

"kau ingin makan dimana?"

"Di sini saja" taehyung pun pamit keluar untuk mengambil sarapan untuknya dan jungkook. Setelah dia melakukannya. Dia kembali ke kamar dan menata sarapannya di meja kecil di hadapan jungkook di ranjang.

"Kenapa kau tidak memakannya?" tanya taehyung melihat jungkook

jungkook's pov

Aku begitu senang ketika melihat taehyung yang aku kenal kembali ada di pandanganku. Namun tak dapat ku pungkiri bahwa aku masihlah merasa sedih kala dirinya mengataiku bersikap selayaknya jalang.

Mengapa dia bisa semarah itu kemarin dan dari mana hipotesa itu. Tapi mengapa rasa marah ku lenyap perlahan kala bayangan itu masih menghantuiku. Sebuah mimpi yang masih tergiang dalam benakku kala namja yang ada di hadapan ku ini menghilang dari pandanganku tanpa sebuah kata selamat tinggal.

"Hyung.."

"Kookie"

"Hyung duluan saja"

"maafkan hyung ya, maaf sudah membentakmu, maaf sudah bertindak keterlaluan padamu, kau bisa marah pada hyung, kau bisa pukul orang jahat ini kookie. Tapi hyung mohon... Hyung mohon jangan Menangis lagi. Jangan sakit lagi. jika hyung sudah keterlaluan seperti semalam pukul hyung sebisamu jangan membuat dirimu tertekan karena orang jahat ini" banyak sekali penyesalan yang ia lontarkan dari setiap kata-katanya. Tatapan tulus itu semakin membuatku tak bisa untuk membencinya. Aku bisa apa? Kala aku tak dapat menampik ada perasaan suka saat dia begitu manis seperti sekarang ini

"Hyung.. Kookie sudah maafkan hyung kok. Tapi hyung harus janji jangan pernah membentak kookie lagi. Kau tahu hyung. Aku hanyalah seorang anak angkat di keluarga jeon. Aku sudah terbiasa di hina sejak dulu. Aku selalu tak menanggapi akan hal itu. Tapi aku sedih kala hinaan yang begitu menyakitkan keluar dari mulutmu hyung-

-kau tahu, aku berusaha sebisa mungkin mencari uang agar aku tak terlalu bergantung pada keluarga angkat ku itu. Hingga semalam aku berusaha menawarkan diri untuk novel ku pada perusahaan milik orang yang aku temui semalam. Tapi saat aku ingin berbagi kebahagian ku kau malah membuatku sakit hyung."

He is my ghost boyfriend (vkook/taekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang