Chapter - 16

1K 90 30
                                    

Bantu tandai typo/ kesalahan menulis nama ya?

**

*

**

" Udah sayang. Biarin dia pergi" Cegah Ali, dengan mencekal tangan Sisi. Namun Sisi segera melepasnya

" Enggak Mas, aku harus susul Kak Prilly"

Dengan keras kepala, Sisi mengejar Prilly yang setengah berlari menuju parkiran sebrang. Tidak perduli walau hujan sedang turun, padahal itu sangat berbahaya dan licin

" Kak.. Tungguuu"

Prilly tetap tidak merespon

Ali terus mengikuti langkah Sisi

" KAKKKK..." Panggil Sisi sekali lagi dan


































BRRUKKK...

Suara benturan keras menghantam seseorang dan jatuh tersungkur diaspal.

Dua orang itu menoleh secara bersamaan, dan diam terpaku.

Sedetik kemudian Ali berlari menuju Sisi

" SISI.... "

Teriak Ali dengan sangat kencang, dan segera menghampiri Sisi

Astagaaaa! Kenapa dia telat menyelamatkan istrinya?

Terlihat jelas darah segar mengalir diatas aspal, dan bercampur dengan air hujan.

Ali segera memangku Sisi dipahanya dengan perasaan cemas, Ali khawatir dengan keadaan Sisi dan calon anak yang didalam kandungan Sisi. Sementara, darah terus mengalir dihidung dan kepala Sisi. Benturannya sangat keras, hingga Sisi hampir kehabisan darah

" Kak... To - long ma - afin aa..ku.." Ucap Sisi terbata-bata karena menahan sakit

Pandangan Sisi mulai meredup, melihat suaminya yang menangis dibawah derasnya air hujan. Sisi tau itu.

Sisi mengangkat tangannya dengan sangat berat, membelai wajah suaminya dan terseyum kecil.

" Mas.."

" A..aku baik - baik a...ja kok"

Sedetik kemudian, mata indah Sisi tertutup rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedetik kemudian, mata indah Sisi tertutup rapat

Diseberang sana, Prilly masih terpaku, dan meyakinkan bahwa ini hanya mimpi, dan jika benar ini mimpi, tolong bangunkan dia sekarang jugaa!

Tapi.. Ini nyata, Prilly menampar dirinya sendiri. Sakit. Itu yang Sisi rasakan.

Sisi berlari menuju Sisi yang kini tengah dipeluk erat oleh Ali. Hatinya memang sakit melihat Ali memeluk Sisi, tapi lebih sakit lagi, ketika saudara kandungnya, kembarannya, satu ibu dan satu ayah, terkulai lemah didepan matanya.

BERBEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang