Chapter 10

301 9 1
                                        

.

Wendy POV

"Unnie! Tolong hentikan!" ucapku. Aku berusaha mengeraskan suaraku, tapi efek tatapan Irene Unnie sangat kuat.

"Ack...AARGH!" erang Chanyeol. Aku tak tahu harus berbuat apa.

Dengan kekuatan yang tersisa, aku menautkan jari-jariku di antara jari-jari milik Chanyeol. Kugunakan perisai pelindung yang sudah lama tak kugunakan. Setidaknya walau tatapan itu masih bisa menembus perisai ini, rasa sakit yang dirasakannya akan berkurang.

"Wendy-ssi, kau telah melakukan kesalahan yang besar." gertak Irene unnie tanpa melepaskan tatapannya pada Chanyeol.

Chanyeol perlahan bisa berdiri walau dirinya masih menggenggam erat kepalanya.

"Unnie berhenti, aku juga mengetahui rahasia mu akhir-akhir ini. Mengenai anak bernama Taehyung itu!" teriakku.

Irene unnie segera menatapku tajam tapi tidak dengan efek menyakitkan seperti sebelumnya. Seulgi dan yang lain langsung menatap bingung Irene unnie. Sepertinya, hit the spot.

"Apa maksudmu, Wendy-ssi?" nada Irene unnie masih terdengar tenang.

"Apa aku harus menceritakannya di depan semuanya, unnie?" tanyaku lagi menantang.

Ini pertama kalinya aku menantang Irene unnie. Sebelumnya, aku bahkan tidak berani meninggikan suaraku. Irene unnie terlihat bingung lewat sorot matanya. Begitu pula dengan Seulgi dan yang lainnya. Mereka terlihat jelas mempertanyakan penjelasan.

"Aku...aku mengetahui segalanya. Irene unnie, Seulgi, Joy, dan Yerim. Aku mengetahui segalanya." ujarku lagi.

Kali ini mereka semua menatapku bingung, dan sorot mata Seulgi menunjukan rasa takut yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Tanpa kata-kata lagi, mereka pergi meninggalkanku bersama dengan Chanyeol yang kembali berlutut menyeimbangkan kembali tubuhnya.

"Apa kau baik-baik saja, Chanyeol-ssi?" tanyaku yang ikut berlutut di sampingnya.

Ia malah tertawa tanpa alasan, "Apa ada yang lucu, Chanyeol-ssi? Kau tahu, kau bisa saja mati karena kejadian tadi." jelasku.

Ia menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Tidak, bukan begitu Wendy. Aku tak tahu bagaimana atau apa yang telah terjadi. Aku sangat menikmati genggaman tanganmu."

Seketika diriku menarik kembali tanganku, "Kau bisa menggenggamnya lebih lama kalau kau menginginkannya." godanya.

Aku hendak berbalik badan tapi Chanyeol meneriaki namaku. Dan anehnya aku menuruti panggilan itu.

"Terima kasih, aku tahu kau menggenggamku karena sesuatu yang kau sebut 'kekuatan' aneh, akan menghalangi rasa sakit di kepalaku." ujarnya.

Aku menatapnya bingung. Dia menyadari hal itu dengan begitu cepat, "Chanyeol-ssi. Apa kau tahu makhluk monster apakah aku? Kau masih mau menggangguku?"

Ia malah berjalan mendekat sampai tepat di hadapanku, "Wendy-ssi, kalau mengganggumu bisa menjadi dekat denganmu, makhluk apapun dirimu, itu tak masalah untukku." ujarnya sambil menggenggam kedua lengan atasku.

Ia...benar-benar sedang menatap mataku. Tatapan macam apa yang ia gunakan, "Cha-Chanyeol-ssi, aku takkan memperingatimu jika hidupmu mulai dalam bahaya karena berurusan denganku. Apalagi, aku telah meninggikan nada bicaraku pada Irene unnie. Artinya suatu hal akan benar-benar terjadi." jelasku.

Perlahan tangan miliknya mencoba mengambil tanganku, biasanya orang lain akan merasakan aliran listrik yang kuat karena efek kekuatan perisai miliku, tapi pria ini menggenggamnya tanpa masalah.

"Aku mengerti mengapa kau bertanya saat pulang sekolah tadi. Apapun dirimu, seganas apapun tipe vampir macam dirimu atau teman-temanmu. Aku tetap takkan meninggalkan dirimu. Entah sejak kapan aku merasakan hal seperti ini terhadap dirimu, tapi aku bahkan akan merelakan darahku terkuras habis." jelasnya panjang lebar.

Pria ini...dia benar-benar aneh. Sangat aneh. Dalam seketika ia terjatuh dan terbaring menyamping.

"Chanyeol-ssi!"

"Maaf, tanganmu berhasil menguras diriku." jelasnya.

Baru kusadari tanganku masih menggenggamnya. Aku kembali menariknya setelah mengerti apa yang terjadi. Pria ini berusaha menahan kejutan kuat dari tanganku. Jadi, kejutan itu masih berlaku pada siapapun. Kukira ia tak menyadari ataupun malah merasakannya.

"Kau tak seharusnya membiarkan dirimu tersengat listrik. Mengapa kau lakukan hal itu?" tanyaku.

Chanyeol tertawa kecil mendengarkan perkataanku, "Aku ingin meyakinkanmu. Awalnya tak terasa, tapi lama-kelamaan sengatan tanganmu mulai menusuk. Aku tak berencana untuk terbaring di sini." ujarnya.

Aku tak mengerti kalimat akhirnya tapi aku yakin sekarang ia masih merasa sakit.

"Aku harus segera kembali, Chanyeol-ssi. Irene unnie takkan suka diriku melakukan dua kesalahan. Selamat tinggal." ujarku yang langsung berlari menjauh.

"Hey! Jangan tinggalkan aku walau kau mengatakan selamat tinggal!" teriaknya.
Benar-benar pria aneh!

TBC

Yup i'm back! Lama kali ya tuhan ngga up maafkan hamba. Pokoknya saya minta maaf untuk yang kesekian kali. Secepat mungkin akan up cerita yang lain. Dan untuk LUCKY RUNNER mohon maaf di unpublish untuk proses revisi yang pastinya akan sedikit lama. Karena ngga ada yang mau diomongin lagi, jadi bye?

Zalen & Eva

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang