skip beberapa minggu setelah jihoon keluar dari rumah sakit.Jihoon sekarang sudah mulai membaik, tapi itu sebelum semuanya terjadi. Semua terjadi karena ulah Jung Chaeyeon dan teman temannya yang dikenal sangat tidak menyukai Jihoon. Chaeyeon dan geng-nya terkenal dengan keanggunannya, kekayaannya, dan kecantikannya membuat para siswa-siswi dan anggota sekolah tunduk dan takut kepadanya.
Meskipun ada sebagian yang tidak suka dengan Chaeyeon, karena ia terlalu sombong dan tinggi hati, sama halnya ia kepada Jihoon."Hey, itu bukan sih, si anak haram itu?" bisik seorang siswi ketika Jihoon berjalan melewatinya. "iya, benar banget." jawab salah satunya sambil menganggukkan kepalanya dengan semangat.
Chaeyeon dan teman temannya lah yang menyebar rumor tidak baik (ya walaupun sebenarnya, iya) ke seluruh penjuru sekolah. Soonyoung dan Daehwi sudah terpengaruh, ia menjauh dari Jihoon. sebenarnya Daehwi sudah mengetahui semuanya, tetapi karena ajakan Chaeyeon untuk menjauhi Jihoon pun tidak main main, akhirnya Daehwi pun terpengaruh. Sama halnya kepada Soonyoung Chaeyeon sudah lama menyukai bahkan mencintai Soonyoung sebelum ia kenal kepada Jihoon, sejak itulah ia sangat benci kepada Jihoon menjadi berkali kali lipat.
Jihoon mau tak mau menerima kenyataan tersebut, ia sampai diusir dari apartemen Soonyoung, untung saja lelaki malaikat yang diutus Tuhan untuk turun bernama Jeonghan datang, ia membantu Jihoon dikala dirinya sedang jatuh, ia selalu ada saat Jihoon membutuhkannya, bahkan ia rela menjadikan bahunya tempat bersandar Jihoon.
Sekarang pukul tiga pagi, Jihoon belum juga tidur. Nampaknya ia sedang menulis sebuah surat. Sesekali air matanya turun namun bibirnya tetap tersenyum.
"Untuk Soonyoung, Daehwi, Jeonghan, dan Seungcheol... oke selesai!" gumam Jihoon.
Tok tok tok!!
Pintu kamar Jihoon diketuk, Jihoon segera menyembunyikan suratnya dengan tergesa-gesa.
Jeonghan masuk, "Hoon, kau belum ada tidur?" Tanyanya. Jihoon menggeleng pelan, Jeonghan menghela nafasnya kasar, "baiklah, bersiap-siaplah, aku akan memasakkan sarapan untukmu" ujarnya sambil tersenyum lembut penuh ketulusan. Jihoon mengangguk, Jeonghan pun keluar dari kamarnya.
Jihoon pergi bersiap siap untuk sekolah. Setelah siap, ia segera turun untuk sarapan.
Di tempat makan, sudah ada Jeonghan yang rapi dengan seragamnya. Jihoon duduk di depannya.
Menyadari akan wajah Jihoon yang pucat dan lengan putihnya dipenuhi oleh luka bekas cutting membuat Jeonghan terkejut tidak main, "k-kau... m-melakukanya?.." tanya Jeonghan dengan ragu. Jihoon menunduk dan mengangguk ragu. Jeonghan segera bangkit dari tempat duduknya dan memeluk tubuh mungil Jihoon, Jihoon pun membalas pelukannya.
"Hoon, kalau ada masalah, cerita saja ke hyung... Hyung yakin bisa memberikan saran terbaik.." ujar Jeonghan dengan suara yang bergetar. "Ne, hyung... semua sudah berakhir.." balas Jihoon dengan suara yang bergetar. "dengan kepergianku..." lanjutnya dalam hati.
"Yausdah, ayo pergi ke sekolah" ajak Jeonghan sambil melepaskan pelukannya. Jihoon pun mengangguk lalu pergi ke sekolah bersama Jeonghan.
Selama Jihoon menelusuri lorong sekolah, ia selalu saja menatap tatapan jijik dan bisik bisik di belakangnya. Jihoon sudah terlalu biasa.
Skip
Sekarang pukul tiga sore, sebagian besar murid murid sudah kembali ke rumahnya kecuali yang mengikuti ekstrakurikuler. Jihoon sudah berada di taman belakang sekolah, kebetulan juga pohon sakuranya sedang berguguran.
"Hari yang indah..." gumam Jihoon sambil menghirup udara segar. Ia pun duduk di bawah salah satu pohon sakura disana, nampaknya ia sedang menuliskan sesuatu di buku hariannya.
"Okei, selesai!" Ujarnya penuh dengan semangat. Ia memeluk buku hariannya sambil bergumam 'maafkan aku' tanpa suara.
Setelah itu, semua berakhir. Semua cerita berakhir, semua penderitaan berakhir dengan tragis, semua perasaan terpaksa mati dengan tragis. Jihoon benar benar pergi untuk selamanya.
Inilah akhir cerita dan hayat seorang remaja tanpa dosa yang harus menerima ini semua. Ia terlalu fragile, perlu dilindungi, dan harus ada yang menemaninya. Kenapa dunia begitu tidak adil baginya? Ia lelah, ingin mengakhirinya dengan cepat. Ia terpaksa mengambil jalan ini agar semuanya bahagia tanpanya. Karna menurutnya, ia hanya parasit bagi masyarakat sekolah dan keluarganya. Ia pantas menerima ini.
END
"Breaking new. Jasad manusia berinisial LJH ditemukan penuh dengan darah dan luka di taman belakang SMA XXX pada pukul tiga sore. Tidak ada saksi mata, namun polisi yakin ia mati bunuh diri bukan dibunuh. Meskipun begitu, polisi dan tim lainnya tetap menyelidiki kasus ini. Sekian dan selamat malam."
Soonyoung segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke tempat yang dimaksud sang presenter TV tersebut dengan tergesa-gesa.
Sepanjang perjalanan hanya ada Soonyoung yang selalu meneteskan air matanya.
Di tempat kejadian sudah ada Daehwi yang nampak frustasi, Jeonghan yang menangis terisak dengan Seungcheol yang mencoba menenangkannya. Soonyoung langsung turun dari motornya, ia menatap wajah Daehwi yang frustasi dan penuh dengan air mata dengan tatapan 'apa yang terjadi?'. Seolah Daehwi mengerti, Daehwi hanya bisa diam dan menggeleng lemah.
Tanpa babibu, Soonyoung melewati garis polisi yang terikat diantara pohon pohon sakura.
Soonyoung membeku, ia berlutut tanpa mengatakan apa apa. Seketika angin malam menyapa dan membuat sisa guguran daun sakura berterbangan.
Ia memeluk tubuh Jihoon yang dingin dan pucat. Soonyoung tak bisa berkata apa apa, ia hanya bisa menangis.
Nampaknya Jihoon memeluk sebuah buku harian. Soonyoung membukanya dan menemukan empat surat dengan nama Daehwi, Soonyoung, Jeonghan, dan Seungcheol di masing-masing surat.
"kita bertemu saat pohon sakura berguguran namun berpisah juga pada saat pohon sakura yang sama. Skenario yang di tata Tuhan memang tidak disangka." -ksy
Hai, akhirnya selesei:v
Special chap yas/nay?
hehe, ending yang tidak terduga nampaknyajangan lupa vote dan komennya manteman:v
-ran( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
sakura ; soonhoon ✔️
Fanfiction"semuanya sudah terlambat." completed story © ruinedtown