3. Dia lagi

3.4K 108 3
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Zoya menyampirkan tas nya di pundak kanannya lalu melangkah keluar dari kelasnya. Matanya menatap ke arah lapangan yang cukup ramai karena di isi siswa yang sedang mengikuti ekstrakulikuler nya.

Entah itu eskul basket, volly, dan karate. Ngomong-ngomong tentang eskul, Zoya belum memilih eskul apa yang akan ia pilih. Zoya masih bingung dan tidak ingin memikirkannya kembali.

Zoya memilih untuk mendudukan dirinya di kursi halte yang berada di dekat sekolahnya untuk menunggu mang Ujang. Banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang di depannya dengan menggunakan kendaraannya masing-masing.

"Hai Zoya"

Mendengar suara sapaan seseorang, Zoya menoleh kesampingnya dan menatap Dimas yang sedang berdiri dengan tatapan datar. Pria yang berpakai seragam tak rapih itu, menduduki dirinya di sebelah Zoya.

Dari samping aja cantiknya minta ampun apalagi dari depan, begitulah fikiran Dimas saat itu.

"Sendirian aja?"

"Kok belum pulang?"

"Lagi tunggu jemputan ya?"

"Kalau mau yuk, gue anter lo pulang juga gapapa kok. Gue ikhlas lahir dan batin"

"Eh kok gue bawel banget ya!," kekeh Dimas seraya menguncir rambut ikalnya dengan karet bewarna hitam yang ia ambil dari saku bajunya.

Zoya memutar bola matanya, hei! Apakah Dimas baru sadar kalau dirinya itu bawel?. Sebenarnya Zoya agak risih dengan Dimas---ralat tapi ia memang di buat sangat risih karena Dimas selalu mendekatinya. Mungkin Dimas ingin akrab dengan Zoya, tapi apakah Dimas tidak melihat dari gerak-gerik Zoya yang tidak nyaman akan kehadiran dirinya?.

"Zoya lo itu orangnya pendi-" belum saja Dimas melanjutkan perkataannya, Zoya terlebih dahulu masuk ke dalam mobil bewarna putih.

"Bye Zoya, hati-hati!," Dimas melambaikan tangannya walaupun ia tau kalau yang ia lakukan itu tidak akan di balas oleh Zoya.

••••••••

Kaki Zoya mulai menuruni anak tangga rumahnya---setelah mengganti seragam sekolah dengan baju rumahannya. Gadis itu memutuskan sore ini untuk jalan-jalan mengelilingi komplek perumahannya. Zoya menepuk pelan bahu bi Sarti---Art baru di rumahnya yang sedang menyapu di ruang makan.

"Bi, Zoya mau keliling komplek"

"Mau bibi temani?," tawar bi Sarti yang di balas gelengan kepala dari Zoya.

"Engga usah bi, lagian Zoya inget kok jalan pulangnya," Setelah berpamitan, Zoya melangkahkan kakinya keluar dari gerbang rumahnya. Ia menyusuri kompleknya dan sesekali Zoya membalas sapaan tetangganya dengan ramah.

Zoya menghentikkan langkahnya ketika melihat pedangan siomay, tiba-tiba saja cacing perutnya demo minta diisi. Zoya kembali melangkah---menuju pedagang siomay yang kebetulan pembeli hanya ada dua orang saja.

"Pak, siomay pedas satu makan disini," ucap Zoya. Pedagang siomay mengangguk lalu membuatkan pesanan untuk Zoya.

"Hai Zoya, lo lagi ngapain?," Tanya pria berkaos hitam itu. Zoya mendongakkan kepalanya dan memutar bola matanya malas, dia lagi, dia lagi huft.

"Pak, siomay nya satu gak pedes, makan disini ya," ucap Dimas seraya duduk di depan Zoya.

"Jadi lo suka siomay ya?"

"Gue juga suka siomay lho, emang dasarnya kita itu udah di jodohkan oleh Tuhan"

"Oh iya rumah lo di komplek ini ya?, Kalau iya jalan apa?, nomor berapa?, cat rumahnya warna apa?, Kebetulan gue juga rumahnya disini," tanya Dimas beruntun.

My Stupid Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang