Chapter 5

266 23 3
                                    

"Konnichiwa," sapa dua anak itu.

"Eee? K-Konnichiwa," jawab Daiki kaku.

"Kakak ngapain di sini?" tanya si cowo.

"Nemenin adek kakak. Tu..." Daiki menunjuk ke kelima bocah yang masih asik bermain.

"Wahhh adek kakak ada lima?" kali ini gantian si cewe yang bertanya.

"Iya..." jawab Daiki agak ragu.

"Tadi aku udah kenalan sama yang itu, yang imut itu," kata si cowo sambil menunjuk Chinen.

"Dia emang imut, kayak kalian hehe," lama-lama Daiki jadi gemes juga. Mereka berdua emang imut banget. Setelah dipuji Daiki, merekajadi bersemu malu. Pipinya yang montok jadi merona, gemes deh.

"Kalian ke sini sama siapa?" tanya Daiki.

"Sama orang tua, tapi mereka masih di dalem," jawab si cowo.

"Oohhh..." jawab Daiki manggut-manggut. "Oiya, nama kamu siapa?" tanyanya lagi.

"Aku Shunsuke Michieda. Biasa dipanggil Michi," jawabnya.

"Kalo aku Risako Mayu. Biasa dipanggil Mayu,"

"Wahhh so kyutt... Kalo kakak namanya Arioka Daiki, bias.."

"Apa? Tapioka?" tanya Michi memotong perkenalan Daiki.

"Arioka, bukan tapioka. Panggil Dai-niichan juga gapapa," kata Daiki.

"Hehe..." pipi Michi jadi merona lagi.

"Dai-niichan, mau maen bareng ga? Kita gerakin ayunannya bareng-bareng biar bisa ngayun cepet," ajak Mayu semangat.

"Boleh-boleh," kata Daiki menyambut gembira.

Tak lama, datang lagi dua anak kecil, laki-laki semua kira-kira berumur lima dan dua tahun. Mereka ikut bermain bersama Daiki, Michi, dan Mayu. Saking asyiknya bermain, Daiki jadi tidak ingat umur. Dia ikut bermain bersama empat anak kecil yang lain. Mereka tertawa bersama saat ayunan itu mengayun tinggi sekali. Tak terasa Daiki sudah bermain selama hampir 15 menit.

Sementara itu, di dalam restoran, masakan yang disajikan sudah hampir lengkap, oleh karena itu Yabu memilki inisiatif untuk menjemput Daiki dan kelima bocah itu di luar. Namun, betapa kagetnya Yabu saat menemukan 5 anak itu duduk di mainan putaran dengan tenang, sementara Daiki malah bermain dengan hebohnya di ayunan. Parahnya, ia juga tidak menyadari kehadiran Yabu dan tetap bermain sambil tertawa-tawa.

'Astajimm Dai lu ngapain main di situ! Malu-maluin gue aja sih' teriak Yabu dalam hati. Ia menghampiri lima bocah itu lalu membisiki Yuto.

"Yut, panggilin Daiki ke sini dong," Yabu gengsi kalo harus memanggil Daiki yang lagi dikerubuti anak kecil.

"Males, Yuto capek," tolak Yuto.

"Kalo gitu Chii aja yang panggilin," Chinen segera berlari menuju ayunan.

"Dai-chan! Ayo tulun, Yabu-niichan udah jemput," kata Chinen sambil menunjuk Yabu.

"Oh haiii, Chinen," sapa Michi ke Chinen sambil tersenyum manis.

"Haiii Michi-chan, Chii pelgi dulu," balas Chinen dengan senyum yang tak kalah manis sambil 'dada-dada' ke Michi. Jiwa gemes Daiki jadi timbul lagi melihat kekawaiian dua makhluk itu. Sambil menggandeng Chinen ia berjalan menuju tempat Yabu berdiri.

"Dai, lu gimana sih? Gue suruh jagain bocah-bocah malah lu sibuk mainan sendiri. Untung mereka ga kenapa-napa," sungut Yabu.

"Gue juga ga sengaja main sama mereka kok, lagian mereka yang datengin gue," elak Daiki tanpa rasa bersalah.

Kini mereka telah sampai di meja yang penuh makanan. Ramen milik Chinen juga telah dibagi dua untuk Yuto.

"Itadakimasu," ucap mereka berbarengan. Semuanya makan dengan lahap, namun baru beberapa menit mereka makan.

"Huh hahh... Fuahhh fufu..." keluar suara kepedasan dari mulut mungil Ryosuke. Ia segera meminum milshakenya. Namun, karena milshake itu dingin tentu saja malah akan menambah rasa pedasnya.

Sementara Ryosuke kepedasan, Chinen asyik menikmati gyozanya.

"Ini yang namanya gyoza? Enak banget, ini bakal jadi makanan favolitku," kata Chinen senang.

"Enak? Aku mau coba dong," pinta Yuto.

"Nggak! Ini gyoza punya Chii! Kamu mamam lamen yang gede itu aja," tolak Chinen.

"Tapi Yuto pengen ngelasain gyoza satu aja," muka Yuto memelas. Tanpa ijin Chinen,ia mengambil satu gyoza dengan sumpitnya. Ryutaro yang dari tadi cuma disuapin Yabu ikut menyomot sebuah gyoza.

"Nggak mau! Balikin gyoza Chii!" teriak Chinen dengan suara melengking. Mau tidak mau semua member BEST sibuk melerai perseteruan itu.

"Udah Chii, mereka cuma ambil dua kok," bujuk Hikaru.

"Iya. masih ada empat lagi tuh gyozanya," tunjuk Yabu ke gyoza yang tersisa.

"Tapi ini mau Chii sisain telus bawa pulang," Chinen beralasan.

"Udah dihabisin di sini aja, ramennya nanti nggak kemakan lo," kata Daiki.

"Pokoknya Chii mau gyozanya utuh!! Yang pesen ini kan Chii, kok cemuanya minta?" mata Chinen mulai berair. Tak mau masalah tambah runyam, Yabu segera memesankan seporsi gyoza untuk dibungkus dan dibawa pulang.

"Udah dipesenin gyoza lagi sama Yabu tuh, besok-besok jangan pelit ya Chii," pinta Yuya. Chinen cuma mlengos sambil tersenyum senang.

Setelah itu, semuanya makan dengan tenang. Tapi kemudian terdengar suara yang tidak asing lagi dari bibir ranum Ryosuke.

"FUHHH..FFUAHHH...FUUUUUH," ternyata ia sudah tidak kuat dengan rasa pedasnya. Kasihan, bibir dan mukanya sampai merah semua. Kembali ia meminum milshakenya.

"Huaaaa.... Pedesss, Lyo mau tusuuu," tangisnya pecah sambil mengeluarkan lidahnya berharap rasa pedas itu segera hilang.

"Salah sendiri ngeyel, dasar chibi," cibir Yuya. Ia sebenarnya sudah antisipasi memesan segelas susu murni, dan perkiraannya memang benar. Sejurus kemudian tangan Ryosuke sudah siap mengambil segelas susu milik Yuya. Namun Yuya segera mengambil susu itu lalu meminumnya. Sengaja, ia ingin mengerjai bocah yang satu ini.

"Udah deh Yan, kasian lu kerjain, nanti dia sakit perut kita juga yang berabe," kata Yabu tidak tega melihat muka Ryosuke yang semakin memerah, bahkan air liurnya sudah menetes, saking pedasnya.

"Hehe.." tawa Yuya sambil menyeringai layaknya iblis. Diberikannya susu yang tinggal tiga per empat itu ke Ryosuke. Ryosuke langsung menenggak susu itu sampai habis. Setelah itu, sepertinya rasa pedas di lidahnya sudah reda. Ia hanya duduk memegangi perutnya sambil sesekali tetap mendesis kepedasan.

Inoo yang duduk di samping Ryosuke memunculkan jiwa keibuannya. Ia mengambil tisu lalu melap wajah Ryosuke yang sudah banjir oleh air mata dan air liur.

"Makanya, besok-besok kalo dikasi tau jangan ngeyel," nasehat Inoo sambil tetap membersihkan wajah Ryosuke yang masih sangat kacau. Sementara yang dinasehati cuma diam cemberut.

Sementara Hikaru yang duduk di sebrang mereka cuma bisa berpikir sambil bergidik ngeri, "kuharap 'besok' saat mereka masih menjadi kecil itu tidak akan pernah ada".

Oleh karena itu, ramen pedas milik Ryosuke ditukar ramen cumi-cumi milik Daiki. Ketika Ryosuke melihat ramennya berwarna hitam, ia hendak protes. Namun melihat tatapan Yuya yang horor, ia hanya diam sambil memakan ramennya.

Melihat Ryosuke kepedasan sampai seperti itu, anak kecil yang lain jadi penasaran, seberapa pedasnya kah ramen yang kini ada di tangan Daiki.

TBC~

.

.

.

A/N: Hai, makasih udah mau baca cerita ini ^^ Dan jangan lupa vomments ya, vomments kalian sangat berarti ^^

Parents for Hey! Say! 7 [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang