Chapter 6

281 22 7
                                    

Melihat Ryosuke kepedasan sampai seperti itu, anak kecil yang lain jadi penasaran, seberapa pedasnya kah ramen yang kini ada di tangan Daiki.

"Kak Dai, Yuto cobain lamennya dong," pinta Yuto.

"Pedes banget ini, kamu ga liat Ryo sampe kaya gitu," tolak Daiki, khawatir kejadian tadi terulang lagi.

"Dikit aja, sesuap," pintanya lagi.

"Nih, cobain, pedes kan," jawab Daiki sambil menyuapkan kuah ramen ke mulut Yuto.

"Enakkkk, Yuto mau agi,"

"Kan sesuap doang," meskipun berkata begitu ia tetap membiarkan Yuto mengambil sendiri ramen di mangkuknya.

"Keto juga mau cobaa," dari sudut meja terdengar suara Keito. Ia turun dari kursinya lalu berjalan ke mangkok Daiki dan ikut menyuap sesendok kuah ramen ke mulutnya. Daiki cuma bisa terdiam pasrah melihat ramennya jadi serbuan. Bahkan, setelah itu Ryutaro ikutan turun dari pangkuan Yabu hanya untuk mencoba ramen Daiki. Sementara Chinen yang pada dasarnya memang tidak suka pedas asyik menikmati gyozanya.

"Fuahhhh pedes juga, fuuuuhhhh," mulut Keito mulai mendesis-desis.

"Fuhhhhhhhhh hahhhh..." desis Ryutaro tak kalah kepedasan.

"Gimana? Pedes kan? Udah sana balik-balik," usir Daiki kepada tiga anak itu. Keito kembali ke kursinya dan meminum kuah ramen miliknya banyak-banyak. Ryutaro juga sudah juga naik lagi ke pangkuan Yabu. Namun, Yuto masih menikmati ramen Daiki dengan khidmatnya.

"Balik sono Yut, ntar ramen lu nggak habis," suruh Daiki. Benar saja, beberapa saat kemudian...

"Fuahhhhh pedesss, ailll" akhirnya Yuto menyerah. Ia menyambar segelas air mineral milik Hikaru yang tinggal setengah dan langsung meminumnya habis.

"Pinter lu yut, air gue lo abisin. Ntar gue kudu minum apa?" Hikaru bertanya layaknya orang yang bakal nggak makan tiga hari.

"Minum es klim Keto dong, ni masi banyak," jawab Keito sambil menyodorkan es krimnya yang mayoritas sudah mblenyek-lenyek meleleh.

"Makasih Ket, lu baek banget deh," lagi-lagi Hikaru bicara dengan nada alay.

Setelah insiden-insiden di atas, semuanya makan dengan tenang tanpa adanya permasalahan yang berarti. Saat acara makan itu selesai, ternyata sudah sore. Mereka pun pulang dengan Yabu yang membayar. Kenapa? Alasannya sepele. Ia kalah main jankenpon.

Suasana di mobil tidak semeriah tadi. Meskipun Hikaru tetap menyetel lagu-lagu Hey! Say! JUMP, bocah-bocah itu hanya duduk kekenyangan menikmati pemandangan.

"Tumben cuma diem, ga mau nyanyi lagi nih?" tanya Hikaru menggoda mereka. Mereka hanya diam sambil sesekali mengerjapkan matanya mengantuk. Sepertinya mereka sudah capai, karena begitu sampai rumah, mereka langsung tertidur di kamarnya.

Setelah tidur sekitar tiga jam, Chinen bangun disusul Keito dan Yuto. Mereka hanya bermain sambil menonton tivi di ruang tamu. Kali ini ditemani Daiki, karena mereka takut kejadian tadi pagi terulang lagi yang mengharuskan mereka untuk bersih-bersih. Apalagi jiwa Daiki kan juga bocah, nyambung deh sama mereka.

Jam makan malam hampir tiba, Yabu selaku leader mengumpulkan seluruh anggota rumah untuk mengajak makan. Kali ini ia dan Inoo sudah membeli makan di luar, tidak mau pusing-pusing mengajak lima bocah itu ke restoran. Apalagi jika harus dia lagi yang membayar. Ryutaro pun turun dari kamarnya ke ruang makan sambil merenggangkan badannya dan menguap beberapa kali.

"Kita mamam apa cih?" tanya Ryutaro masih dengan muka bantal.

"Nanti lihat sendiri," jawab Hikaru singkat.

"Dedek Lyu jangan bobo telus, sini makan sama Chii," ajak Chinen sambil menggandeng tangan Ryutaro ke kursinya.

"Ini bocahnya udah lengkap belum sih?" tanya Yuya merasa ada yang janggal.

"Udah," jawab Hikaru sekenanya.

"Loh, belom. Lyo masi bobo," jawab Keito.

"Oiya, Noo, lu bangunin Ryosuke ya, gue mau siapin makanannya," suruh Yabu. Inoo pun ke atas sesuai perintah Yabu. Namun ketika ia menepuk bahu Ryosuke untuk membangunkannya, ia bisa merasakan bahunya begitu hangat. Curiga, ia segera menempelkan punggung tangannya ke dahi Ryosuke. Benar saja, dahi itu panas. Dengan panik, ia segera turun ke bawah memberi tahu member BEST yang lain.

"Yab... Yabu!" panggil Inoo.

"Apa sih, Noo? Gue lagi sibuk. Ryosukenya udah lu bangunin?" tanya Yabu heran ketika melihat Inoo turun sendiri tanpa Ryosuke.

"Nah itu, si Ryo badannya panas, udah gue cek tadi,"

"Hahhh? Beneran? Yuya, lu di bawah aja jagain bocah-bocah, lainnya ikut gue," Yabu dkk segera ke atas mengikuti langkah Inoo.

"Hahhh? Lyo panas? Sakit ya? Keto mau liat," pinta Keito.

"Chii juga mau tengok,"

"Yuto juga... Kacian Lyo,"

"Lyu ikutttt,"

"Kalian di sini aja, maen bareng kak Yuya. Bentar lagi Ryo sembuh kok," jawab Yuya menenangkan anak-anak itu.

Sementara di atas, sedari tadi Ryosuke belum membuka matanya. Daiki datang sambil membawa termometer dan Hikaru membawa kain untuk mengompres.

"Tittt tittt..." terdengar suara termometer. Daiki segera mengambil termometer dari mulut Ryosuke dan mengecek suhunya, 38,2°.

"Suhunya tinggi, mau panggil dokter nggak?" tanya Inoo khawatir.

"Tapi... apa dokternya nggak heran, kok member Hey! Say! JUMP jadi kecil gini," kata Hikaru.

"Bilang kek, ini ponakan kita, adek kita, apalah," jawab Inoo.

"Bener kata Hikaru, terlalu beresiko. Bisa-bisa kita masuk berita terus jadi masalah gede, bisa-bisa kita dipecat jadi idol," kata Yabu mulai pusing.

"Beliin obat penurun panas dulu, siapa tau bisa langsung turun," Daiki memberi solusi.

"Boleh tuh. Biar gue yang beliin," kata Hikaru sambil beranjak dari tempatnya.

Sementara di bawah.

"Chii mau liat Lyo... Mau liat, mau liat," rengek Chinen.

"Yaudah ayo deh, tapi Chinen aja, kalian bertiga tunggu di sini," kata Yuya.

"Yah, kok gitu?" Yuto tidak setuju.

"Kan Ryosuke masih sakit, kasian kalo nanti dia terganggu sama keributan kalian,"

"Yadeh," Yuto akhirnya mengalah.

"Kalian jangan kemana-mana ya, tunggu di sini aja," pinta Yuya pada tiga bocah yang kini mengangguk itu.

Di tangga, Yuya bertemu Hikaru yang sudah bersiap-siap memakai mantelnya.

"Lu mau kemana?" tanya Yuya.

"Mau beliin obat buat Ryosuke, panasnya tinggi," jawab Hikaru.

Sampai di kamar yang dituju, Chinen langsung menghambur duduk di samping ranjang. Dibelainya pipi montok Ryosuke yang kini terasa amat panas dan diusapnya kepala yang sudah mulai berkeringat dingin itu. Tak lama, Ryosuke membuka matanya.

"Lyo panas? Sakit nggak?" tanya Chinen langsung. Sementara Ryosuke masih mengumpulkan kesadarannya sambil melihat sekelilingnya.

"Lyo gapapa," jawab Ryosuke lemah. Naluri kecilnya mengatakan untuk jangan membuat Chinen khawatir.

TBC~

.

.

.

A/N: Makasih yang udah mau baca cerita ini ^^ Jangan lupa vomments ya~

Parents for Hey! Say! 7 [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang