Chapter 4

286 22 0
                                    

"Eh apa ni? Kayaknya enak," tanya Chinen tiba-tiba.

"Enggak tahu? Itu gyoza, bukanya kamu udah sering makan? Kan itu makanan kesukaan kamu?" tanya Yuya heran.

"Hahhh? Chii ga pelnah coba kok," kata Chinen bingung. Yuya baru menyadari kebodohannya, ia lupa kalau Chinen yang versi ini belum pernah makan gyoza.

"Ohiya... Yaudah kalo kamu mau pesen itu. Yuto mau pesen minumnya apa?" tanya Yuya sambil memandang Yuto.

"Yuto bingung, males mikil. Yuto pesen ail putih aja," kata Yuto sambil melengos meletakkan buku menu lalu duduk malas sambil memainkan kotak tisu.

"Beneran cuma pesen air putih ni?" tanya Daiki terkikik geli. Lucu juga melihat muka Yuto yang hopeless begitu.

"Lu kenapa sih Yut? Jangan ngambek dong," kata Yuya, mengira Yuto ngambek karena tidak diperbolehkan memesan minuman sesuai keinginannya.

"Yuto nggak ngambek. Ngantuk," jawab Yuto. Anak kecil kalo udah ngantuk emang rewel, jadi lebih baik mereka menuruti saja apa kata Yuto.

Ketiga anak itu sudah menentukan pesanannya dengan damai, kini gantian Keito dan Inoo yang terdengar lagi berdebat.

"Keto mau ini... Walnanya ada empat, ada pisangnya, ada lotinya," kata Keito.

"Itu combo banana split untuk orang empat, nanti siapa yang akan menghabiskannya?" dengus Inoo.

"Keto bisa abisin semuanya sendili,"

"Tapi ini gede banget, Ket. Ga bakalan abis kalo cuma kamu yang makan," kata Inoo berusaha sabar.

"Tapi tadi Yuto juga ga pesen minum, nanti kita beldua bisa abisin, iya kan Yut?" tanya Keito sambil menoleh ke Yuto. Yuto yang masih mengantuk hanya mengiyakan saja. Inoo menoleh ke member BEST yang lain untuk meminta saran.

"Gapapa deh, Noo, gue ga pesen minum kok. Kalo ga abis bisa gue bantuin," kata Yabu.

"Yeiiiiii kak Yabu baekkk," kata Keito semangat sambil mengarahkan bibirnya ke Yabu seperti hendak menciumnya. Yabu cuma bisa meringis tidak yakin.

"Udah pesen semua kan nih? Gua panggilin mbaknya ya," kata Hikaru.

"Udah kok," jawab Yabu sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh oknum yang semeja dengannya. Semuanya mengangguk.

"Mbak... Mbak..." panggil Hikaru sambil mengangkat tangannya.

"Mau pesan apa? Oiya, disini panggilnya 'kak' ya jangan mbak," jawab seorang pelayan.

'Ni mbak-mbak kok banyak maunya sih' batin Hikaru.

"Makanannya dua medium beef curry ramen, dua medium black squid ramen, satu mega beef curry udon, satu porsi gyoza, satu medium chicken ramen with creamy milk, satu big chicken ramen with creamy milk, dan satu medium hot spicy chicken ramen," Pelayan itu mengambil jeda sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Minumnya dua gelas teh ocha original, dua milshake cokelat, satu milshake stroberi, satu combo banana split, segelas air mineral, segelas susu murni, dan satu milshake kopi. Sudah lengkap semua?" tanya sang pelayan memastikan.

"Kalau sudah semua saya permisi dulu," katanya lagi.

"Baik, terima kasih," jawab Hikaru sambil mengumpulkan menu yang ada lalu memberikannya ke pelayan itu.

Waktu baru berjalan 5 menit sejak pelayan itu pergi, namun keempat bocah itu sudah bosan. Mereka berjalan keluar ditemani Daiki dan betapa senangnya mereka saat menemukan taman bermain di sana. Ada prosotan, ayunan, jungkat-jungkit, dan banyak lagi. Sontak mereka berlarian menaiki mainan yang mereka sukai.

"Hei, hati-hati ya!" pinta Daiki. Namun sepertinya mereka yang sudah jauh tidak mendengarnya. Akhirnya ia hanya duduk di bawah pohon rindang sambil bermain smartphone dan mengawasi anak-anak itu.

Yuto asik berayun di ayunannya. Ayunan yang sepoi-sepoi membuatnya tambah mengantuk. Keito sibuk memanjat seperti gorila, sementara Chinen dan Yamada bermain jungkat-jungkit. Namun sayang, berat badan Ryosuke dan Chinen kan beda jauh.

"Lyo-chan, aku mau tulun, ini tinggi sekali," rengek Chinen. Karena sekarang posisinya benar-benar ada di puncak jungkat-jungkit. Berat badannya tidak memungkinkan ia untuk turun ke bawah.

"Bagaimana calanya? Awal kita duduk di sini posisinya sudah begini," jawab Ryosuke ikut bingung. Ia berusaha mengangkat badannya agar Chinen bisa turun, namun jika sudah di pertengahan, pasti jungkat-jungkit yang diduduki Ryosuke langsung jatuh turun ke bawah lagi.

"Lyoooo aku mau tulunnnn," mukanya mulai memerah, tanda takut ingin menangis.

"Hei, Ryo, kau turun pelan-pelan dari jungkat-jungkitmu itu!" teriak Daiki yang dari tadi juga memperhatikan mereka. Benar saja, setelah Ryosuke menuruti saran Daiki sekarang Chinen sudah di bawah dan bisa turun.

"Yeiiii kak Dai pintelll," puji Ryosuke.

'Badan gede, pinter masak tapi otaknya kok di dengkul' batin Daiki.

"Chii nggak mau main sama Lyo lagi, nanti Chii nyangkut kayak tadi,"

"Kan Lyo juga ga tau kalo bakal jadi kayak tadi," bela Ryosuke. Chinen yang sudah tidak peduli lagi pun mencari-cari mainan lainnya. Kini ia sudah ada di atas jembatan bergoyang, yang akan menyambungkannya ke prosotan.

"Haiiiiii cmua," tiba-tiba terdengar suara si kecil Ryu.

"Eh, Ryu udah bangun?" tanya Daiki. Kalimat retoris sebenarnya karena Daiki sudah tahu jawabannya.

"Un," jawab Ryutaro singkat lalu ikut bergabung bersama teman kecilnya yang lain. Dengan susah payah ia mencoba menaiki ayunan di samping Yuto. Daiki yang melihatnya lalu membantunya duduk di ayunan, setelah itu ia kembali ke bawah pohon tadi.

Setelah 10 menit, ia mulai bosan. Matanya melihat ayunan besar menganggur yang muat untuk empat orang. 'Gapapa kali ya kalo gue duduk di situ. Ga bakal jebol juga' pikir Daiki. Ia pun berjalan ke ayunan itu dan duduk di sana. Selang beberapa menit, ada dua anak kecil mungkin sekitar empat tahunan, perempuan dan laki-laki yang datang ke sana hendak bermain ayunan. Daiki yang gengsi untuk turun hanya duduk di sana, namun dua anak itu cerewet juga, mereka mengajak Daiki bicara.

"Konnichiwa," sapa dua anak itu.

TBC

.

.

.

A/N: Makasih yang udah mau baca cerita ini ^^ Jangan lupa vomments ya~

Parents for Hey! Say! 7 [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang