Chapter 8

268 19 12
                                    

"Hik, sini," panggil Yabu.

"Kenapa?"

"Si Ryo, itu, anu," Yabu tidak jadi melanjutkan kata-katanya ketika melihat tiga bocah itu menatapnya dengan wajah penasaran. "Anterin mereka tidur dulu deh," putusnya.

"Lyo kenapa? Tambah sakit ya?" tanya Yuto.

"Kita mau tengok Lyo, tadi kan Chii udah," pinta Keito.

"Tapi sebelom bobo Chii mau liat Lyo lagi," ucap Chinen.

"Tapi kalian jangan berisik, jangan lama-lama, karna kalian dan Ryosuke harus istirahat sekarang," pesan Hikaru.

Di kamar Ryosuke.

Ryosuke masih menggigil sambil mengigau dan bergumam tak jelas. Sementara Inoo yang baru bangun mengompres dahi Ryosuke dengan raut khawatir.

"Lyo cepet sembuh ya, Keto tidul dulu. Muah," Keito melayangkan kiss bye di tangannya lalu menempelkannya ke pipi Ryosuke.

"Yuto dateng, Lyo. Lyo isitilahat yang benel ya, bial besok kita bisa main lagi," Yuto ikut menempelkan kiss bye-nya ke pipi Ryosuke yang satunya.

"Chii balik lagi. Lyo cayang cepet sembuh, nanti Chii kangen loo," kata Chinen, lalu mencium kedua pipi Ryosuke layaknya seorang ibu.

"Nah, yuk bobo sama kak Hika," ajak Hikaru

"Badannya udah panas banget. Mendingan kita panggil dokter aja. Dia masih kecil, bukannya mikir yang nggak-nggak tapi aku takut dia kenapa-napa," saran Inoo. Yabu yang bingung memanggil dua member BEST lainnya di bawah.

"Kalo gue sih setuju aja, gue takut ini bukan demam biasa," kata Daiki.

"Onii chan... Aishiteru," Ryosuke kembali mengigau tidak jelas.

"Lu ga liat kondisinya sekarang gimana Yab?" tanya Inoo sambil mengecek kembali suhu tubuh Ryosuke yang sepertinya masih memanas.

"Kalo dicurigai dokter kita harus bilang apa?" tanya Yabu.

"Bilang kalo kita member BEST lagi liburan bareng ponakan," jawab Daiki lagi.

"Iya nih Yab, tadi kan udah dikasi obat penurun panas sama dikompres, tapi panasnya ngga turun-turun. Sekarang badannya malah menggigil. Apa perlu gue telponin?" tanya Yuya.

"Emang lu punya nomernya?" tanya si pengu.

"Nggak,"

"Bodoh," Daiki melayangkan tangannya telapak ke kepala Yuya.

"Jangan bikin gue tambah pusing deh, yaudah, cariin dokter gih," sang leader berbicara.

"Di mana?" tanya Daiki polos.

"Ya di buku telpon lah, itu," kata Yabu menunjuk meja yang atasnya ada buku telpon. "Cari yang spesialis anak," tambahnya. Sebentar kemudian,

"Moshi-moshi, bisa saya bicara dengan dokter Amakusa Ryuu?"

"Saya sendiri, tapi..." belum sempat orang yang di seberang sana bicara, sudah dipotong Daiki.

"Dokter, bisa tolong ke sini? Ke jalan..."

''Gue bukan dokter, gue ini detektif!'' terdengar suara kesal lalu teleponnya mati.

"Gimana Dai?" tanya Yabu penasaran.

"Aneh, dokternya marah-marah ga jelas," jawab Daiki.

"Siapa sih nama dokternya?"

"Amakusa Ryuu,"

"Bodoh! Jelas-jelas Amakusa Ryuu itu detektif," ingin rasanya Yabu menampol muka Daiki agar bodohnya itu hilang.

"Udah, biar gue yang telpon," Yabu mengambil alih telpon dari tangan Daiki. 'Tutttt tuttt tuttttt tutttt tut tut tut' suara telpon yang pendek-pendek menandakan tidak diangkat pemiliknya.

Parents for Hey! Say! 7 [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang