#TELUH# #DENDAM#

3K 84 3
                                    

#TELUH#(SANTET)
*********************
#DendamPart9#

_________________________________________

*********

Aroma parfum tajam menusuk itu tiba - tiba hinggap , bau yang di ciumnya semakin santer dirasakannya. Langkah kakinya terhenti , tubuhnya terasa kaku ketika suara yang sangat dikenalnya memanggilnya !,

"Kikan .. !.

Pelan - pelan Kikan membalikkan badannya melihat kearah pemanggil namanya.

" Assalamualaikum Pak !".

" Waalaikumsalam !, jawab lelaki itu

Di depan Kikan berdiri sosok Pak Sekdes, yang entah dari mana datangnya tiba - tiba sudah mengikuti Kikan, padahal Kikan sama sekali tidak melihat Pak Sekdes dimanapun ketika dia berjalan tadi.

" Jalan - jalan ya dek Kikan ?".

"Iyya Pak !

" Sampai berapa lama dek Kikan dan dek Mira liburan di Kampung kita ?" tanyanya.

" Minggu depan kami sudah kembali ke Kota pak", jawab Kikan sekenanya.

" Ooo begitu !".

Mata itu...
Kikan melihat mata hitam Pak Sekdes seperti mengecil menyerupai mata ular lalu membesar kembali seperti biasa, jantung Kikan seakan berhenti berdetak, dirinya seperti dihipnotis.

"Assalamualaikum !".

Tiba - tiba suara berat terdengar menyapa mereka.

Kikan tersadar, Alhamdulillah.

" Waalaikumsalam !".jawab Kikan, hampir tidak bersamaan Pak Sekdes akhirnya menjawab juga.

Kedatangan Pak Imam Mesjid telah menyelamatkan Kikan , syukurlah Kikan akhirnya merasa normal kembali, tubuh kakunya pelan - pelan dialiri darah lagi.

" Waduh lagi pada ngobrol ya ?", kata Pak Imam mesjid.

" Iyya nih Pak , kebetulan saya lewat mau melihat sawah saya dan bertemu dek Kikan ", kata Pak Sekdes menjelaskan.

" Alhamdulillah ya Pak , sawah bapak luas dan subur ", kata Pak Imam Mesjid.

" Iyya pak , eh iyya , saya pamit dulu Pak ! dek Kikan !", kata Pak Sekdes mengakhiri percakapan.
Sepertinya Pak Sekdes tidak ingin berlama - lama berbincang dengan Pak Imam Mesjid.

" Iyya Pak"Pak Imam menjawab.
Kikan hanya mengangguk, Lidahnya masih terasa kelu.

Kepergian Pak Sekdes masih meninggalkan aroma tajam menusuk, entah parfum apa yang digunakannya , akan tetapi parfum itu selalu datang fan pergi ?.

" Ayoo nak Kikan !", ajak Pak Imam Mesjid.
" Ada yang ingin saya berikan ",

Sepanjang jalan menuju rumah Pak Imam Mesjid, banyak kisah yang diceritakan olehnya, dimulai dari kedatangannya dikampung tersebut karena perintah lewat mimpi seorang Ibu Tua dan Lelaki Kuntet yang meminta pertolongannya agar kiranya dapat menetap di Kampung Kedaung dan menolong warga .

Kisah pun mengalir tentang awal mula kuburan bayi yang baru lahir dibongkar juga sejumlah gadis perawan di 3 kampung yang meninggal secara mengenaskan dengan dimakannya jantung mereka.
Para gadis Perawan tersebut meninggal dalam kondisi tertidur lelap tetapi organ bagian dalamnya lenyap secara gaib.

Pihak Kepolisian sudah dilibatkan akan tetapi karena tidak adanya saksi mata maka kasus ini menjadi buta.
Pak Imam Mesjid menghembuskan nafasnya.

Akhirnya mereka tiba dirumah Pak Imam mesjid yang di depan rumahnya sudah menunggu Ummi ( panggilan Kikan untuk istri Pak Imam Mesjid ) di pagar rumahnya , pagar yang hanya terbuat dari bambu setinggi 1 meter.
Kedatangan Kikan disambut dengan pelukan hangat Ummi yang telah menganggapnya seperti anak sendiri.

Pak Imam lalu memetik buah kelapa kuning yang di tanam dihalaman rumahnya, kemudian mengambil parang dan membukanya.
Dibacanya air kelapa tersebut dan meminta Kikan untuk meminumnya..

" Untuk berjaga - jaga nak !" , katanya

" Bismillahirahmanirrahim ..!" Kikan pun meminum air kelapa kuning tersebut.

Tiba - tiba tanpa sepengetahuan Kikan setelah meminum air kelapa tersebut asap tipis putih keluar dari ubun - ubunnya.

Asap putih tipis itu menggeliat keluar dan berhenti mendadak seperti sedang menatap Pak Imam Mesjid.

Butiran tasbih dan mulut Pak Imam Mesjid berkomat kamit membaca sesuatu, dan asap tipis itupun terbang menghilang.

Pak Imam berpaling memandang wajah istrinya dan menganggukkan kepalanya,Ummi pun sama menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

Kikan lalu bersama mereka berdua di bawa ke mesjid untuk melaksanakan sholat 2 rakaat.

***

Hari kedua setelah pernikahan Mira, akhirnya diiringi isak tangis, Eko dan keluarganya berpamitan pada keluarga Mira.

Mira untuk sementara tidak ikut, karena atas permintaan Abah dan Ummi Mira agar kiranya Mira bersama mereka dulu sampai proses penyembuhannya selesai.

Walaupun keluarga Eko sangat berharap agar kiranya Mira bisa ikut serta akan tetapi mereka mengerti akan kondisi Mira yang sedang sakit.

"Jaga baik -baik Anak kita ya sayang !", bisik Eko ditelinga Mira.

Mira tersenyum .Ayah Eko pun memeluk Mira sambil berbisik ' Ayah akan datang ya nak menjemputmu dan calon cucu Ayah, agar ada yang menemani Ayah di Kota"!.

Ayah Eko telah tau bahwa saat ini Mira telah mengandung cucu dari anaknya Eko, Dokter Jecky dan Eko telah menceritakannya semalam.
Betapa bahagia Ayah Eko putra satu - satunya telah memberikannya cucu, ya ! sejak Ibu Eko meninggal dunia ia hanya tinggal berdua dengan Eko.

" Kami pamit dulu ya nak Kikan !, tolong jagakan menantu saya Mira" , Kata Ayah Eko.

" Insya ALLAH , saya akan menjaganya Yah !", jawab Kikan.

" Terima kasih ya Kikan atas bantuannya !, kamu memang sahabat dan saudara yang terbaik, jangan lama - lama ya pacarannya, harus sudah menikah sepulang saya dari Papua", kata Eko

" Tenang saja bro.. secepatnya saya resmikan, saya tidak mau Kikan diambil orang, saya tidak rela, iyaakan Dek? ( sambil melirik Kikan )" , jawab DokterJecky.

"Aaminn.. ! ", serentak semua yang ada mendoakan mereka.

Kikan tersipu malu.

Nun jauh dari seberang sepasang mata merah memandang kearah mereka semua, sosok itu memperhatikan dari balik pepohonan.

Aroma tajam dirasakan lagi oleh Kikan, bulu kuduknya merinding seketika...

.. Bersambung

**

#Teluh_Dendam#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang