DEAR ROSE

11.4K 1.1K 153
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Taeyong menundukan pandangannya ke bawah, mencengkram erat hanbok lusuh yang di gunakannya.
Semua mata menatapnya dengan tatapan menghakimi, seolah semua yang terjadi adalah kesalahannya.



"Aku sudah memintamu untuk tidak keluar dari sini bukan ? "


Suara itu, suara dari kakaknya, putri jisun.
Anak kedua dari permaisuri.
Gadis cantik itu menatapnya dengan tatapan murka, untuk kesekian kalinya lelaki 'sialan' ini. Mengacaukan segalanya, merebut apa yang akan jadi miliknya dan membuatnya kembali merasa terhina.




"Kau sengaja benarkan ? "



Ucap Jisun pada akhirnya dengan nada sarkas.
Taeyong, lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan mencoba membela dirinya.





"A-aku.. tidak.."

"SIAPA YANG MENYURUHMU BERBICARA ! "





BUUAKKK...



Jisun melempar teko berisi air panas di hadapannya ke arah Taeyong, tidak sampai mengenai wajahnya namun cukup untuk membuat lelaki manis itu merasakan sakit karena tangan dan kakinya terasa melepuh, menyebabkan perih yang teramat sangat.
Lelaki itu hanya bisa mengigit bibirnya kuat, mencoba menahan sakit yang kini di rasakannya, dia tidak ingin lagi melakukan kesalahan karena orang-orang yang berada di hadapannya ini bisa saja mencabut nyawanya kapanpun mereka mau.

" Berkali-kali.. Aku sudah sabar dan kau ? Kau masih saja mempermainkanku ! Apa kau puas melihatku di tinggalkan oleh calon suamiku karena dia jatuh cinta denganmu hah ! Jalang sialan ! Brengsek ! Kau sama saja seperti ibumu ! "



Jisun murka.
Gadis itu menarik rambut taeyong, berdiri hanya untuk menginjak tubuh ringkih itu dan membenturkan kepala Taeyong ke lantai kayu yang di pijakinya.
Gadis itu berada di ambang kesabarannya, berulang kali dia gagal menikah karena 'jalang' ini dengan sengaja menunjukan wajah di hadapan calon suaminya, membuat dia di campakan begitu saja.




"Jisun, sayang ini sudah cukup"


Sebuah suara lembut mengintrupsi kegiatanya. Taeyong terbaring lemah dengan kepala yang berdenyut sakit dia mencoba membuka matanya perlahan.
Hanya untuk melihat Yeonmi sang permaisuri, ibunda jisun.
Menyunggingkan senyum lembut ke arah anaknya, beranjak dari tempatnya. Menarik lengan anaknya dengan lembut dan mengusap rambutnya sayang.
Terkadang Taeyong akan lupa bahwa wanita tua yang masih terlihat cantik itu adalah orang yang sama yang menyiksanya selama ini.



"Hanya tinggal beberapa bulan lagi dan tidak akan ada yang mengganggumu Jisun-ie.. Kematiannya hanya tinggal menghitung hari, Baginda raja sendiri yang akan menyeretnya dan memenggal kepalanya."




Permaisuri itu menyunggingkan senyum manis ke arah anaknya yang terlihat sangat kacau. Dalam hati dia memaki Taeyong.

"Kajja, kita pergi"



Ajak Yeonmi pada anaknya.
Dia berjalan keluar, membanting pintu , dan meninggalkan Taeyong di dalam sana.


"Hiks.."

Satu isakan pilu keluar dari bibir mungilnya.
Taeyong berbaring meringkuk memeluk dirinya.. matanya berkaca-kaca dan wajahnya memerah menahan tangis.
Pikirannya melayang bertanya-tanya di mana letak kesalahannya kali ini, dia sungguh tidak tau jika calon suami Jisun melihatnya saat sedang mengambil air di sumur pagi itu lalu malam harinya dia di seret paksa memasuki kamarnya dan di sudutkan tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

Selalu seperti ini,
Padahal dia sama sekali tidak tertarik menjalani hubungan dengan siapapun apalagi menggoda mereka. Tidak, dia bersumpah tidak ingin terlibat dengan para penerus tahta itu..
Dia tidak mau lagi..
Keinginannya adalah untuk hidup sedikit lebih lama dari apa yang di tetapkan ayahnya.
Ah..
Bolehkan Taeyong memanggilnya begitu ?
Lelaki yang di sebutnya ayah itu bahkan tidak pernah sekalipun menginjakan kaki kekediamannya setelah memponis dirinya beberapa tahun lalu.

Taeyong yang saat itu menyaksikan ibunya di penggal atas tuduhan penghinaan terhadap permaisuri karena telah menggoda dan bercinta bersama baginda raja.

Dia yang saat itu melihat sendiri tatapan dingin sang ayah yang di tunjukan padanya, sebenarnya dia bisa saja hidup dengan layak seperti putra dan putri ayahnya yang lain.

Tapi memangnya ayahnya itu iblis macam apa ?
Lelaki tersebut malah memilih menjebloskan anaknya sendiri di sebuah bangunan tua di belakang kerajaannya, mengasingkannya,menutup semua tentang dirinya seolah dia tidak pernah lahir kedunia.

Satu-satunya kebaikan ayahnya adalah membiarkannya hidup sampai usia 19 tahun
Dia sedikit berterimakasih karena hal itu atau mungkin tidak, karena pada akhirnya dia juga akan mendapatkan hukuman yang sama dengan ibunya.

Menutup matanya lelah taeyong tertidur di atas lantai kayu itu, tanpa alas ataupun selimut untuk menghangatkan tubuhnya.
Dia lelah dan berharap besok, saat dia membuka mata, kebahagiaan akan menghampirinya.

.
.
.
.
.
.

" Segala puji dan hormat kepada baginda raja Silla"



Lelaki dengan perawakan tinggi, tubuh tegap dan wajah tampan itu berdiri dihadapan Raja Silla.
Membungkuk untuk memberi hormat dan tersenyum saat dia kembali menegakan tubuhnya.

"Aku merasa senang kau mau mengajar di istanaku, kau adalah pelajar terbaik dari kerajaan kita.
Aku harap kau bisa membantu putra dan putriku agar menjadi cerdas sepertimu"



Raja kerajaan Silla tertawa lepas setelah menyelesaikan ucapannya.
Lelaki muda di hadapannya itu kembali tersenyum, membuat kedua dimple yang berada di pipinya muncul.

"Saya merasa terhormat yang mulia.
Jung jaehyun, cukup panggil saya Jaehyun."

.
.
.
.
.
.
.







Ngenggg....
Entah ya ini apa.. 😂😂
Yang penting keinginan menulis saya terlampiaskan...
😂😂😂

FORBIDDEN ROSE [ DISCONTINUED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang