Semanis Kopi #5

638 134 45
                                    

Saat baru saja sampai diparkiran Apartement milik Rena, Iqbal melihat Mark berjalan dengan lesu ke arah mobil cowok itu..

Dia buru buru keluar dan menyapa Mark. "Woy Mark."

Mark noleh.

"Ntar gua telpon lagi Jen." Ucap Ibang lalu memutuskan panggilannya ke Jeno, setelah itu dia tersenyum ke arah Mark. "Mau kemana?"

Mark bales senyum.

Dan disinilah mereka sekarang..

Starbucks yang ada didekat Apartement Rena.

"Kontrolnya jam berapa emang Bal?" Tanya Mark ke Iqbal dengan wajah khawatirnya.

"Masih ntar jam 5an kok." Saut Iqbal dengan santai.

Dia kenal Mark..

Mark temen deketnya juga..

Iqbal juga tahu perjalanan cinta Mark sama Rena..

Iqbal paham betul gimana dan seperti apa masalah Mark sama Rena.

Tapi dia gapernah mau ikut campur..

Sedeket apapun Iqbal sama Mark.

Mark ngangguk. "Ga parah banget tapi kan?"

"Lumayan parah sebenernya, soalnya tulang keringnya retak. Jadi posisi dia jatoh nindihin undakan kamar mandi gitu... Terus pergelangannya juga terkilir." Jelas Iqbal.

Mark agak meringis ngeri denger penjelasan Iqbal.. cowok itu bahkan berubah jadi gelisah.

Iqbal tahu banget kenapa Mark nanya ke dia bukan ke Rena langsung.. ya karena cewek itu ga akan cerita apapun ke Mark.

Dan dengan senang hati Iqbal akan menceritakan detil kejadiannya.. agar bisa sedikit mengurangi rasa khawatir dari teman didepannya itu.

Iqbal maklum dengan sepasang pemuda labil ini..

Mereka sama sama keras kepala..

Mark dan Rena..

Dan sekarang posisi Iqbal ada diantara mereka berdua.

Meskipun Rena gapernah bahas tentang Mark didepannya.. tapi Iqbal jelas tahu banget kalau Rena masih sangat mencintai temannya ini.

"Tapi lo gausah khawatir.. kakinya udah mulai pulih kok."

"Thanks Bal."

Iqbal malah ketawa. "Thanks buat apaan nih?"

"Buat semuanya lah.. semua yang udah lo lakuin untuk Rena, gua tulus bilang makasih." Ucap Mark.

Iqbal ngangguk. "Sama sama Mark.. tapi, lo tadi udah ketemu sama dia?"

Mark ngangguk.. dengan senyum kecutnya. "Iya.. tapi dia bilang mau istirahat."

"Lo mau nganter dia kontrol?"

Mark yang tadinya nunduk langsung angkat kepalanya dan menatap Iqbal dengan wajah yang sumringah. "Boleh emang?"

Iqbal ngangguk. "Kenapa enggak?"

Tapi ga lama wajah Mark kembali berubah lesu. "Tapi dia pasti gak mau Bal."

Mudah bagi Iqbal untuk memberi pertanyaan yang menjebak Mark.. untuk mencari tahu perasaan Mark yang sebenernya ke Rena itu seperti apa.

Dan Iqbal ga salah nebak..

Cowok didepannya ini juga ternyata masih punya rasa yang sama dengan Rena.

Egois sesekali ga masalah Bal, Lo berhak bahagia

Tapi sekali lagi..

Iqbal memlilih mengesampingkan perasaannya sendiri..

"Pasti mau kok." Saut Ibang.. kemudian cowok itu menandaskan kopinya.. juga perasaannya.. untuk yang kesekian kali.

☕☕☕

Saat bangun, nana sudah tidak menemukan keberadaan Iqbal diseluruh penjuru rumah.

Padahal cewek itu sudah tidak sabar akan menanyakan apa yang kiranya membuat kakaknya itu bisa sebahagia itu sampai bersenandung seperti cerita sang bibik.

"Udah pergi lagi bik?"

Bibik ngangguk. "Iya mbak. Katanya bakalan pulang malem gitu."

Nana mendengus. "Kemana sih sibuk banget ya? Punya pacar baru ini mah fiks." Gumam cewek itu terus masuk ke kamar mandi.

Setelah mandi dandan Nana berniat akan kerumah Chanda..

Tapi saat dirinya membuka pintu garasi.. mobil punya Iqbal sudah terparkir disebelah mobil merah miliknya.

Nana lalu berbalik arah dan teriak. "BAAAANG?"

Ga lama ada sautan pelan dari arah dapur. "Gausah teriak teriak."

Nana berhambur ke arah Iqbal. Lalu memeluk Iqbal beberapa detik. "Ih lo tuh dari mana aja sih? Punua cewek baru ya? Jahat ga cerita."

Iqbal agak mendorong Nana menjauh dari badannya. Terus jalan gitu aja ngelewatin Nana menuju ke lift. "Mau kemana lo? Pulang jam berapa tadi?"

"Kerumah Chan.. kangen.. lo sih gua pulang malah tidur."

" Capek banget gua anjir."

Mereka terus ngobrol didalam lift maupun pas udah keluar dan jalan ke arah sofa ruang tengah lantai tiga rumah mereka.

Lantai tiga yang udah di hak milik oleh mereka berdua.

"Berapa kali sama Ojun?"

Nana nganga. "Ha?"

"Pake kondom ga si bangsat itu?"

Nana langsung geplak mulut Iqbal sekenceng yang dia bisa. "ASTAGA BUSUK BANGET YA OTAKNYA."

"Sakit anjir." Keluh Iqbal sambil megangin bibirnya. "Kalau engga ya biasa aja gausah ngegas gitu."

"Ngeselin sih."

"Ya terus apa yang lo pake buat ngebujuk dia mau balik lagi ke Jakarta? Terus mau kuliah lagi juga?"

"Ya cuma gua suruh aja gitu."

Iqbal geleng geleng. "Dikira gua bego kali ya?"

Nana terus ngedikin bahunya aja, pasrah mau dipercaya apa engga yang penting dia ga ngerasa bohong.

Tapi emang bener.. Juna ga dia kasih apa apa mau aja gitu.

"Lah ga sadar pak?" Nana ngeletakin lagi kopi punya Iqbal yang udah setengah abis dia minum.

Iqbal ngedecak.. ngambil paksa gelas kopinya. "Pesen sendiri elah."

"Ntar aja sekalian kerumah Chan."

Terus mereka diem

Yang ada cuma suara dari Instagram punya Nana karena cewek itu lagi scrolling instagram.. liat liat akun lucu lawak kesukaan dia.

Terus setelah lebih dari 5 menit cuma diem.

Iqbal ngucap. "Satu aja Na. Pilih bang Yuta apa Ojun. Jangan dua duanya.. lo bakalan nyakitin semuanya kalau gitu.. termasuk nyakitin diri lo sendiri juga. Jangan main main sama harapan."

☕☕☕

Semanis KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang