Satu

18 2 0
                                    

Suasana ruang kelas terlihat sangat tenang, semua mahasiswa mengerjakan soal-soal dari dosen dengan seksama. Beberapa dari mereka menampilkan tampang lesu dan tak bersemangat. Bisa ditebak, mereka pasti pusing memikirkan jawaban untuk soal-soal itu.

Begitu juga untuk Aryana Atmaja, mahasiswi yang juga sedang pusing saat ini. Dari semua mata kuliah, di hari terakhir inilah soal-soalnya begitu sulit. Tak heran, karena sang dosen memang terkenal menakutkan. Dan, jangan harap akan mendapat nilai A, karena sangat mustahil.

Selesai mengerjakan, Ara—nama panggilan gadis itu—mengumpulkan lembar kerjanya ke meja dosen lalu pergi keluar kelas. Ara melebarkan tangannya lalu berkata "Yeah! Selesai!"

"Berisik!"

Bukannya mendapatkan ucapan karena telah selesai mengerjakan, Ara justru mendapat tatapan mengerikan dari beberapa mahasiswa lain, lantaran suara Ara sangat berisik. Tanpa membalas perkataan orang lain, gadis ini memilih pergi meninggalkan ruang kelas. Ia pergi ke kafetaria untuk mengisi perutnya yang kosong.

Seharusnya selesai kuliah ini Ara bertemu dengan Yogi, pacarnya sejak setahun lalu. Namun, Yogi bilang tidak bisa bertemu karena masih banyak hal yang harus lelaki itu selesaikan. Ara tidak tahu apa yang membuat pacarnya sibuk, yang jelas memang Yogi biasa sibuk seperti biasanya. Pacarnya itu masuk kategori mahasiswa aktif di kampus. Bahkan, salah satu dosen sangat mengenal Ara karena Ara adalah pacar dari mahasiswa terdekatnya.

Bukannya senang, hal tersebut membuat Ara menjadi dikenal banyak orang. Padahal Ara sebisa mungkin tidak mencolok, tidak seperti masa SMA-nya. Menjadi pusat perhatian tidaklah membuatnya bahagia.

"Ara!"

Ara menoleh ke sumber suara di sana ada Dinar yang sedang menuju ke tempat duduknya. Kemudian Dinar duduk di samping Ara.

"Enggak bareng Yogi, Ra?" tanya Dinar setelah memesan makanannya.

"Enggak. Dia sibuk katanya, masih banyak yang harus dikerjakan," jawab Ara sambil meminum jus mangganya.

Dinar, gadis yang beberapa bulan lebih tua darinya ini sudah menjadi teman dekat Ara sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus. Ia merupakan tipe gadis baik yang kadang memberi masukan ketika ada masalah dengan Yogi.

Dulu, saat pertama kali bertemu dengan Dinar, Ara pikir Dinar adalah gadis yang galak, dan juga bossy. Perawakan Dinar yang tinggi dan tatapan yang dingin, sudah cukup dijadikan alasan sutradara untuk menunjuknya sebagai pemain antagonis. Ara berdoa untuk itu.

Lama-lama, setelah perkenalan, mereka menjadi akrab. Bahkan Dinar membantu mencarikan Ara kamar kost yang nyaman untuknya. Dari situlah Ara mengenal teman baik—selain Dinar tentunya—yaitu Ola. Sejak saat itu Ara, Dinar, dan Ola menjadi teman baik. Dinar juga sering menginap meski kost-nya jauh dari kost Ara dan Ola.

Kebaikan Dinar yang lain yaitu sangat dermawan. Ara dan Ola sering dibelikan sesuatu, atau dibayarkan sesuatu saat mereka main bersama. Sifat Dinar yang baik ini berlaku untuk semua orang, entah itu mahasiswa biasa atau mahasiswa terkenal. Yogi juga bilang saat awal-awal berada pada satu kelas yang sama dengan Dinar, Dinar adalah orang yang sangat baik di kelas.

"Oh, terus lo mau ke mana sekarang?" tanya Dinar.

"Pertanyaan bagus!" pekik Ara sambil menjentikkan jari. "Sekarang gue part time di coffee shop deket kost, yey!"

"Lo liburan mau kerja, Ra? Serius?"

"Ya masa mau …," Ara menggantung kalimatnya.

"Rebahan, rebahan, rebahan. Hahaha," lanjut Ara dan Dinar bersamaan, lalu mereka tertawa.

This Life is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang