Coffee shop dengan nuansa romantis itu memang memiliki pelanggan yang lumayan banyak. Tempatnya—yang kata orang instagramable—juga membuat nyaman para pengunjungnya. Ditambah free Wi-Fi, pengunjung menjadi sangat betah berada di sana.
Pegawai-pegawai tetap di coffee shop itu tidak menunjukkan sifat bahwa ia tidak menyukai Ara. Bahkan, Ara diperlakukam seakan mereka sudah kenal sejak lama. Mungkin dikarenakan tempat ini tidak jauh dari kost Ara, dan gadis itu memang sering berkunjung ke sana. Biasanya Ara menikmati kopi saat sore menjelang malam atau malam hari ditemani tugas yang ringan-ringan. Kalau tugas yang banyak dan berat-berat, Ara lebih suka mengerjakan di kost saja, ia membutuhkan tempat yang tenang.
Orang-orang akan meninggalkan kedai saat kopi yang dipesan sudah habis tapi hal itu tidak berlaku untuk anak-anak sekolah. Anak-anak sekolah biasanya anak SMA, mengunjungi kedai sampai berjam-jam. Kebanyakan dari mereka memainkan ponsel. Entah itu untuk surfing di internet, atau ber-selfie-selfie ria. Hal tersebut membuat Ara menggeleng-gelengkan kepala. Di zaman sekarang ini jika berkumpul bukan saling tanya kabar, tapi tanya follower. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.
Ara paling anti sibuk sendiri dengan ponsel saat bersama teman-temannya. Waktu itu tak bisa diputar, dan tak bisa diulang. Jadi, sebisa mungkin Ara menggunakan waktu sebaik-baiknya. Waktu kuliah, waktu bersama teman, waktu bersama pacar, dan waktu bersama tugas yang selalu menyita perhatian.
Sejujurnya Ara jarang bertemu dengan Yogi. Ara sibuk dengan tugas, sedangkan Yogi sibuk dengan tugas dan organisasi yang digandrunginya. Namun, dalam seminggu mereka pasti menyempatkan waktu untuk bertemu, meski sekadar bertanya kabar. Meski begitu Ara tidak seperti kebanyakan perempuan yang banyak menuntut. Ia memahami keadaan Yogi yang memang sibuk. Ara juga bukan gadis pecemburu hanya karena sesuatu sepele. Mungkin karena Ara yang dewasa, Yogi dapat menjalin hubungan dengannya sampai dua tahun.
Aryana Atmaja pulang ke kost sekitar pukul sepuluh malam. Sebenarnya Ara mendapat shift malam, tapi ia salah baca mendapat shift siang. Jadi tadi siang Ara memutuskan untuk pulang, tidur, lalu mulai bekerja ba'da maghrib.
Walaupun Ara berjalan kaki tapi ia tidak merasa takut karena memang wilayah di sini masih ramai, dan selalu ramai. Lagi pula jarak dari kedai ke kost hanya dibutuhkan waktu lima menit. Itu sudah cukup.
Sesampainya di kost Ara langsung membersihkan diri. Tidak mungkin ia langsung tidur begitu saja dalam keadaan gerah. Setelahnya, ia hendak tidur. Namun, Ara teringat dengan Yogi. Ara berpikir untuk menghubungi Yogi, tapi tidak jadi. Ara takut jika ia hanya akan menganggu.
Ara tidur di samping Ola yang sepertinya sudah tidur dari tadi. Ola adalah orang tersantai yang pernah ia lihat. Entah dia tidak pernah dapat tugas kuliah atau dia tak pernah mendapat masalah, Ola tetap santai saja menjalani hidupnya. Putus dengan pacarnya pun biasa saja. Dalam sekejap Ola bisa mendapat pacar baru.
Begitu juga dengan masalah keuangan. Jika Dinar memiliki official store, dan Ara memilih kerja part time, beda lagi dengan Ola. Ola tidak berniat kerja di mana-mana. Liburan ya liburan. Diisi untuk menyenangkan hati dan menyegarkan pikiran. Ola juga sering meminjam uang Ara dalam jumlah yang besar—untuk ukuran mahasiswa—lalu melunasinya dalam waktu yang cukup lama. Dia juga termasuk orang yang boros, apalagi saat bersama pacarnya.
Ara membuka mata, lalu menguap dengan lebar. Ia membuka jendela kamar dengan malas lalu menutup matanya karena cahaya matahari membuatnya silau. Seperti biasa jika Ara telat tidur pasti akan bangun kesiangan. Untung saja tidak ada jadwal apa-apa hari ini. Ia cukup santai untuk pergi mandi dan mempercantik diri.
Ara meraih ponsel lalu menelfon Yogi tanpa pikir-pikir lagi. Ini pukul tujuh lebih, pacarnya pasti sudab bangun. Ara menunggu suara Yogi tapi yang terdengar adalah suara operator. Ia mencoba sekali lagi, siapa tahu tadi Yogi sedang tidak di dekat ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Life is Mine
Teen FictionHidup di tengah-tengah lingkungan yang hangat, memiliki banyak teman dan selalu dicintai tak selamanya menyenangkan. Pasalnya hidup itu berubah, bertemu dengan orang yang berbeda-beda. Ketika sudah terbiasa dengan lingkungan hangat, maka akan kaget...