Tak pernah bertengkar hebat, tak pernah disakiti atau menyakiti, dan selalu merasa dicintai, membuat Ara merasa semua yang baru saja ia lihat adalah mimpi. Ia tahu betul bagaimana sifat Yogi dan Dinar. Bagaimana Yogi mencintainya, bagaimana Dinar selalu baik dengannya, semua kebaikan itu ia dapat selama dua tahun ini. Selama dua tahun itu juga ternyata Dinar menyukai Yogi, atau bahkan mereka sudah berpacaran sejak lama.
Jadi selama ini Dinar begitu senang menjadi teman cerita Ara bukan karena ia adalah teman Ara, melainkan Dinar senang jika Ara dan Yogi bertengkar, meski pertengkaran kecil. Pada saat itu lah Dinar datang ke kehidupan Yogi, memanfaatkan kerenggangan yang ada. Jika begitu lalu mengapa Dinar memberi solusi-solusi yang dapat mendekatkan kembali Ara dan Yogi?
Dinar … Dinar, kenapa?
Memikirkan semua ini di waktu sekarang adalah hal yang melelahkan, lebih baik Ara cepat-cepat mengemas pakaian dan barang-barang lain ke dalam tas. Sudah tidak ada waktu untuk berdiam diri di kost ini. Sudah diputuskan ia akan pulang saat ini juga.
Brakk
Ara mengelus dadanya yang terkejut lantaran suara gebrakan pintu yang secara tiba-tiba. Ara pikir itu adalah Ola, ternyata Dinar lah yang membuka pintu dengan sembarangan. Perempuan itu sangat tidak sopan, memasuki tempat orang lain tanpa izin dan tanpa sopan santun.
Ara mengatupkan mulutnya lalu berusaha untuk bersikap santai meski itu susah. Yang ada di pikiran Ara, jika ia marah maka Dinar sukses menyakiti Ara. Maka dari itu ia harus tegar dan berlagak seakan yang Dinar lakukan tidak ada apa-apanya.
Walaupun malas melihat wajah Dinar, tapi ia harus melihatnya sekali lagi lantaran Dinar berdiri di tengah-tengah pintu. Doakan saja semoga Ara masih dapat menahan emosinya agar tidak meledak-ledak di depan Dinar.
"Minggir, mau gue kunci," ucap Ara dengan suara khas orang setelah menangis.
"Enggak perlu, kunci aja hati lo biar Yogi enggak bisa masuk."
"Enggak perlu lo suruh," kata Ara. "Yogi emang cocok sama lo."
"Kalo lo tau, kenapa enggak lo serahin dia buat gue dari dulu, bego!" Dinar melipat tangan di depan dada, raut kesombongan yang baru Ara lihat di wajah Dinar kini terpasang dengan jelas.
"Lo cocok sama dia, sama-sama titisan setan!"
Dinar sedikit kaget karena baru kali ini ia mendengar Ara berbicara kasar seperti tadi. Sepertinya sakit hati yang dialami Ara lebih dari yang Dinar bayangkan. Dengan begini Ara pasti tidak akan pernah kembali dengan Yogi. Soal Yogi tak perlu khawatir, lelaki itu gampang.
"O-ow, seorang Aryana Atmaja bisa berkata kasar juga ternyata. Wow hebat, semesta baru tahu!"
"Mau lo apa sih? Hah? Gila tau enggak?!" Suara Ara terdengar bergetar, sesekali ia mengusap air matanya agar Dinar tak melihatnya menangis tapi semua itu sia-sia.
"Mau gue lo bener-bener jauh dari Yogi!" jawab Dinar dengan menekan beberapa kata terakhir.
"Gampang!" Ara menjawab dengan intonasi tinggi sambil meninggikan dagunya. Setelah itu ia dengan cepat melewati pintu sehingga menabrak Dinar yang tidam berniat berpindah tempat dari tengah-tengah pintu tersebut.
Ara sempat mendengar pekikan Dinar tapi ia tidak peduli. Mulai sekarang ia tidak akan peduli lagi dengan Dinar. Dinar bukan sahabatnya lagi, bukan kenalan sekampusnya, dan bukan siapa-siapa. Ia tidak mengenal Dinar dan akan beranggapan seperti itu hingga nanti.
"Ara!"
Yogi berteriak memanggil Ara, lalu melajukan motornya menjadi lebih dekat dengannya. Ara yang kaget langsung berjalan menjauh sambil membuka ponsel untuk memesan ojek online. Ia jadi merasa tidak enak lantaran tadi sempat men-cancel ojek.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Life is Mine
Teen FictionHidup di tengah-tengah lingkungan yang hangat, memiliki banyak teman dan selalu dicintai tak selamanya menyenangkan. Pasalnya hidup itu berubah, bertemu dengan orang yang berbeda-beda. Ketika sudah terbiasa dengan lingkungan hangat, maka akan kaget...