02. Tentang Rindu

238 24 4
                                    

❝Senja, bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tak saling jumpa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Senja, bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tak saling jumpa. Aku rindu. Mungkin hanya sebatas rintik hujan lah yang bisa menyampaikan perasaanku saat ini❞ -Felicia Alice, untuk seseorang yang entah sekarang pergi kemana.

Aku terdiam sesaat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Leona barusan.

Nama itu kembali menunjukan dirinya.

Bukankah aku sudah berusaha untuk melupakannya? Mengapa ia muncul kembali? Apa maksudnya semua ini. Mengapa ia hadir tanpa wujud.

"Alice lu nggak kenapa napa kan?"

"Nggak apa apa. Gue ingin menghirup udara segar dulu. Permisi," Jawabku sedikit sarkas kemudian berlari meninggalkan mereka yang masih berdiri menatapku.

Aku berlari menuju lapangan futsal masih dengan pakaian olahraga berwarna merah dengan balutan handuk yang masih menempel di leher.

Semua orang bisa terhitung berapa orang yang sudah ku lewati begitu saja tanpa sapaan. Mungkin kalian berpikir, aku sedang mencari perhatian saat menyapa hampir semua orang.

Tidak, bukan seperti itu. Ibuku mengajarkan sebuah sapaan terhadap orang lain merupakan sebagai wujud bentuk penghormatan dan agar tetap menjalin hubungan yang baik terhadap sesama.

Seperti aku dengannya saat beberapa bulan yang lalu. Kami saling menyapa walau terkadang sedikit ragu.

Ngomong ngomong membahas soal itu, aku mulai mengingat suatu hal yang lucu. Sangat benar benar lucu.

Tepatnya setelah pulang ekskul. Kebetulan kami memilih ekskul yang sama. Jadi pulangnya pada jam yang sama. Aku menyapanya saat pertama kali, sebelum kami saling kenal dekat.

"Kak Jean!"

Ia menatapku datar dengan sorot mata yang kebingungan. Setelah itu aku memalingkan wajah sesaat dan kembali menghadapnya lagi.

Setelah ku lihat kembali, wajahnya masih menatapku. Dengan tatapan yang membuatku lebih ingin tertawa kencang saat itu.

Aku tersenyum saat mengingat momen momen tersebut...

Dan menangis tanpa sadar...

Begitu cepatnya semua momen itu berlalu ya?

Akhir akhir ini kami jarang bertemu. Menurutku sangat mustahil sekali walau rumah kami saling berdekatan.

Mungkin memang tuhan tak akan pernah mengizinkan kami untuk dipertemukan.

Tapi untuk satu hal, Izinkan aku sekali saja untuk melihat sang senja yang kembali tersenyum. Sampai nanti hingga menjelang malam.

Astaga sudah berapa kali aku menangis? Air bening terus menetes tanpa henti dari sumbernya. Membasahi seluruh wajah hingga masuk kedalam hati.

Ku pikir kami akan selalu bersama. Hal itu ternyata sangat mengecewakan.

"Maaf gue nggak bermaksud ngebuat lu nangis." ucap Leona. Entah dari mana ia datang.

"Gue tau perasaan lu sekarang gimana. Sudah, relakan saja dia yang berada disana. Jangan diharapkan kembali." lanjutnya.

Aku kembali dengan mengusap air mataku sejenak dan kembali berdiri. "Alice harus kuat jangan seperti ini lagi" itulah yang ada dalam benaku.

ılı.lıllılı.ıllı.

Siang hari dipancari oleh sinar matahari yang sangat terik. Cuaca hari ini sangat panas. Lebih panas dari sebelumnya. Semua daun telah menggugurkan diri dari pohonnya.

Diiringi sorak beserta tawa anak anak kuliahan yang asik berlomba di sekitar lapangan. Lain dengan seorang diri yang sedang duduk bersantai sembari menatap handphone nya di bawah pohon.

"Bro, gak ikut lomba sekalian? Seru lho,"

"Ngapain amat. Mager gua."

Pria itu kemudian memutarkan kedua bola matanya seolah berkata gak asik ah lo dan meninggalkan sang empunya sendiri.

Suasana dengan terik matahari yang panas ditambah keramaian disekeliling nya memang merupakan hal yang sangat tidak disukai oleh pemuda bernama Jean Christian yang baru saja memasuki masa masa perkuliahannya.

Dari hasrat nya yang paling dalam selalu timbul rasa menyesal karena telah mendaftar di campus ini. Kini ia- rindu dengan sekolahnya yang dahulu.

Walau begitu ia masih bersyukur karena masih bisa menjalani perkuliahan.

Menurutnya, campus ini mungkin adalah pilihan terbaik dari ibunya. Ataupun ia sudah ditakdirkan ditempatkan disini. "Harus ikhlas Jen, jangan begini."

Terkadang, satu nama yang masih terus menyelimuti dalam pikirannya adalah

Felicia Alice

Itu saja tidak lebih. Perempuan dengan paras sederhana yang menerima Jean apa adanya. Tanpa memandang fisik ataupun harta. "Tck, Jean mikir apasih sampe harus nembus ke dia segala." batinnya.

Sampai sampai tanpa sadar ia telah dihadapkan oleh bendahara. Ngapain bendahara datang saat 17 agustusan?

Bendahara tersebut berkata bahwa anak lelaki dihadapannya belum membayar uang kas selama hampir satu bulan. Setelah dipikir pikir ternyata betul. Itu bukan karena Jean miskin.

Disini tak ada satupun cerita tentang 'Jean Miskin' mustahil bahkan. Keluarga nya sangat kaya raya. Ayahnya seorang penyanyi terkenal dari agensi KY Entertainment. Ibunya kerja di perusahaan ternama sebagai direktur.

Kurang apalagi? Tragedi belum membayar uang kas hanyalah karena pemuda tersebut malas. Malas karena tak niat ngampus disini.

Bendahara tersebut pergi setelah Jean membayarnya dengan sejumlah uang yang lebih.
Habisnya buat apa uang ditumpuk tumpuk? Tak ada habisnya selalu bertambah setiap waktu. Itulah yang dikepala Jean saat ini.

Hari ini merupakan hari tersial baginya.

Ting Tong ~

Hm? Ada notif dari siapa?

Instagram : @Felicialicez_ was started following you!

"Na- Na- NANIIII?!!!!"

To be continued...

Selamat siang para readers kembali lagi dengan saya! Ini adalah Eps. 02 melanjutkan yang kemarin. Bagaimana menurut kalian? Apakah ada kritikan? Berikan saja tak apa:) terima kasih yang telah membacanya dan jangan lupa selalu dukung dengan cara klik tombol Vote and Comment!

Menurut kalian, kapan tokoh Juno Christian akan datang?

-Angelicvenues

After Moon || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang