7

216 96 4
                                    

Sinar mataharinya sangat hangat. Aku dibangunkan oleh sinar matahari pagi yang menyilaukan mataku pagi ini.

Jihan menginap di apartemenku karena kurasa sudah terlalu malam untuk dia kembali ke rumahnya tadi malam. Jadi aku menyuruhnya untuk tidur dikamarku, dan aku tidur di ruang utama bersama Jisung.

Percakapannya dengan Jisung semalam sangat canggung. Mereka berdua tidak tahu harus bilang apa pada satu sama lain, dan akhirnya Jihan hanya bisa bertanya apa Jisung sudah makan atau belum, kemudian dia tidur tanpa mengatakan apa apa lagi.

Tapi ada yang aneh dengan cara Jisung menatap Jihan, dia menatap Jihan seolah mereka sudah pernah bertemu, bahkan sudah kenal lama, dia menatap Jihan seperti seorang kekasih dan seolah mereka memang ditakdirkan untuk bersama.

Aku tidak terlalu suka itu.

"Jisung, bangunlah." Kataku sambil memukul lembut bahu Jisung yang sedang tertidur lelap di sofa.

Dia dia hanya menggerutu kemudian mengibas ngibaskan tangannya seolah menyuruhku pergi.

Bocah sialan, apa dia tidak tahu aku sampai tidur di lantai agar dia bisa di sofa?! Batinku Kesal.

Lagipula dia terlihat lelah, jadi kuputuskan untuk membuat sarapan dan membiarkannya tidur lebih lama.

Gawat, aku lupa semua makanan sudah kuberi pada Jisung semalam. Batinku, kemudian aku buru buru mencuci muka, dan lari ke supermarket terdekat.

Supermarket itu adalah tempatku bertemu dengan Jihan dulu. Dengan nafas terengah engah akibat berlari dari apartemenku, aku masih sempat tersenyum saat melihat bangku tempatku melihatnya meminum minuman kaleng seperti alkoholik hari itu.

Aku masuk kedalam supermarket itu kemudian mengambil 6 bungkus mie instan, 6 butir telur, dan beberapa sosis. Aku juga mengambil beberapa minuman kaleng untuk Jihan dan sekotak susu cokelat untuk Jisung.

"Terima kasih." Kataku pada kasir supermarket begitu membayarnya seraya mengambil belanjaanku dan mulai berjalan keluar dari supermarket.

Aku tidak langsung kembali ke apartemenku. Setelah keluar dari supermarket itu, aku berjalan ke bangku tempatku dan Jihan bertemu kemudian duduk disana.

Aku jadi tertawa sendiri kalau mengingat bagaimana Jihan meneguk minuman itu. Itu yang membuatku sampai bisa berbicara padanya untuk menyuruhnya berhenti minum seperti itu.

Aku duduk cukup lama ditempat itu, lagipula matahari yang sangat cerah dan udara pagi yang segar saat ini seolah menyuruhku untuk tetap tinggal.

Tapi kupikir Jisung dan Jihan akan bangun kelaparan kalau aku tidak segera pulang. Saat ingin berdiri dari bangku itu, tiba tiba tanganku menyenggol sesuatu.

"Pensil?" Gumamku. Kuambil pensil itu dan kutatap dengan teliti. "Apa mungkin ini milik Jihan? Mungkin terjatuh dari tasnya hari itu."

Kumasukkan pensil itu ke kantong belanjaku, dan kembali berjalan pulang ke apartment ku.

***

"Pukul berapa ini...?" Tanyaku pada diri sendiri saat membuka mataku.

Aku mengambil ponselku dan melihat bahwa ini sudah pukul 8:45 pagi. Aku bangun dengan malas kemudian duduk di ujung tempat tidur.

Aku menatap ruangan asing itu dan tiba-tiba teringat bahwa aku sedang berada di apartment Felix.

Ruang kamar Felix terlihat rapi dan aroma ruangannya seperti apel hijau. Semalam kuingat tubuhnya yang beraroma stroberi, sekarang kamarnya malah beraroma apel hijau. Ada apa dengan obsesi Felix yang ingin tercium seperti buah-buahan?

aftermath | felixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang