20

350 86 4
                                    

"Bunuh dia." Bisik pria itu ditelingaku. Aku tidak bisa apa apa, ada pisau yang siap mengiris leherku kalau aku sampai berbuat macam macam.

"Aku tidak bisa..." Jawabku lemah, rasanya aku ingin menangis dan Jihan juga terlihat tidak percaya akan apa yang sedang disaksikannya.

Dia masih menutup mataku dengan tangannya. Nafasnya terasa sangat dingin di leherku dan begitu pula tangannya, dingin seperti es.

"Ayo Felix, dia sudah rela memisahkanmu dari Jihan demi uang. Apa kau tidak marah padanya?" Bisik Jinyoung ditelingaku. "Kau anak baik kan? Menurutlah dan bunuh dia."

"Do it, Felix." Chris tiba tiba bicara, aku terkejut dia masih bisa berbicara dengan keadaan seperti itu. "I'm hurting, please kill me so i don't have to feel this pain anymore..."

"No..." Air mata sudah keluar dari mataku, aku tidak sanggup mendengar Chris berkata seperti itu. "I can't Chris, you're my brother..."

"I know it's hard to do, little brother. But this is the only way." Jawabnya. "Lakukan Felix..."

"Sudah kubilang aku tidak bisa!" Bentakku. "Aku mencintaimu! Aku tidak peduli seberapa besar kau mengkhianatiku, kau tetaplah kakakku!"

"FELIX!" Chris berteriak padaku. "Dengarkan kakakmu sekali saja. Kau selalu saja membandel dan melawan perkataanku, aku tahu aku sering keras terhadapmu. Tapi kau pasti tahu aku melakukan semuanya karena sayang padamu. Jadi tolonglah, akhirilah penderitaan kakakmu ini..."

"Chris..." Rengekku. "Maaf aku sudah sering nakal padamu, maaf aku sering membuatmu jengkel, maaf aku sering mengejekmu, maaf—"

"Aku selalu memaafkanmu, adik kecilku." Selanya. "Jadilah anak baik kali ini dan bunuh kakak, okay?"

"Hyung..." Mataku perih karena air mata, jantungku berdetak begitu cepat sampai kurasa benda itu akan melompat keluar dari dadaku. "Saranghaeyo..."

BANG!

"TIDAK—!" Aku menembakkan peluru bersamaan dengan teriakan Jihan. Aku telah membunuh kakakku.

"Pintar sekali!" Seru Jinyoung yang dilanjuti oleh tawa bangga dan langsung melepaskan tangannya dari mataku, membiarkanku melihat kakakku yang sudah mati. Rasa penyesalan langsung menyelimuti tubuhku, aku serasa ingin lari kearah Chris dan memeluknya, aku ingin menukar hidupku dengannya kalau itu bisa. Kumohon, biarkan dia hidup...

"Pertunjukan yang mengharukan sekali." Jinyoung masih menahan leherku dengan pisau. "Ternyata kau benar benar anak pintar, Felix."

"Lepaskan aku..." Pintaku lemah.

"Oh? Kenapa aku harus melepaskanmu?"

"Aku sudah membunuh kakakku untukmu, sekarang lepaskan aku."

"Aku tidak ingat sudah berjanji akan melepaskanmu kalau kau membunuhnya." Seringai muncul di wajahnya. Pisau yang tadinya berada di depan leherku sekarang sudah di dalam perutku. Aku seperti tidak bisa bernafas saking terkejutnya.

Aku berteriak kesakitan dan Jihan hanya menatap kosong kearah kami, dia terlihat sangat shock sampai sampai tidak mampu bergerak.

Dia mengeluarkan pisau itu dari perutku dan menusukku kembali didekat bekas tikaman tadi. Darah sudah keluar dari mulutku, rasanya nyeri dan aku bahkan tidak bisa bernafas. Dia menatapku senang dan akhirnya menancapkan tusukan ketiga di dadaku. Penglihatanku kabur, Jihan sedang berteriak seperti orang gila, dan kulihat dia sedang berlari kearahku.

BANG!

Aku mendengar suara tembakan. Suara itu terdengar sangat lantang dan jelas. Apa Jinyoung menembakku? Tapi kenapa aku masih hidup?

aftermath | felixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang