Bab 2

67 2 0
                                    

Terlihat simbok Sunti sedang melayani pembeli yang sedang menikmati kopi santan khas Blora yang nikmat. Warung kopi simbok  Sunti terlihat ramai, meski pendukung pak Tikno tak terlihat semenjak tadi.

"Yang penting kalau sudah selesai pilihan lurahnya dan sudah tahu pemenangnya, kita harus pada rukun dan damai" ucap biyung Sunti dengan senyuman.

Nggak bisa begitu Simbok. Aku nggak terima. Aku mau buat perhitungan dengam mas Kamto. Di bayar berapa kok mau jadi pendukung pak Tikno sampai mengacaukan semua tatanan yang ada? Dulu kita baik-baik saja, tapi gara-gara dia kerukunan desa ini terusik.

" Udah jangan diperpanjang, pokoknya damai saja mas Badrun." Tambah biyung Sunti.

Beberapa saat mas Kamto dan teman-temanya, Jono, Legito, Sarno dan Sunar datang, langsung memesan masing-masing kopinya kepada biyung Sunti.

"Biyung, biasa ya kopi santannya sedikit gulanya,"dengan nada sinis dengan tatapan mata tajam, mas Kamto terdiam dan menikmati kopi yang sudah dihidangkan di hadapanya.

Keakraban yang dulu pernah ada sebagai penikmat kopi santan biyung Sunti telah sirna, yang ada hanyalah saling membenci.

"Mas kamto harus bertanggung jawab atas semua kekacauan keamanan masyarakat desa Gedangdowo." Ucap Badrun dengan nada kesal. Mas Kamto dan teman-temanya hanya terdiam mendengar ocehan Badrun.

"Aku dan teman-temanku nggak  akan terima kekalahan ini.  Dan akan terus seperti ini."

"Tak seharusnya mas Kamto seperti ini. Masyarakat desa Gedangdowo merasa kuatir akibat ulah mas Kamto sendiri.

Mas Kamto tak memperdulikan ucapan Badrun. Lalu mas Kamto bersama teman-temannya segera meninggalkan warung biyung Sunti. Sebenarnya Badrun ingin menghajar dan memberi satu pukulan ke wajah mas Kamto, tapi ia tahan agar keaadaan tak tambah kacau lagi. Akhirnya Badrun melanjutkan minum kopi santannya sambil menenangkan diri.

GASDESOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang