Terlihat Badrun sedang memanen padinya yang subur. Tahun ini memang panen padi masyarakat desa Gedangdowo melimpah. Hasilnya di luar dugaan, sangat memuaskan sekali.
Masyarakat Gedangdowo meyakini Gasdeso (Sedekah Bumi) yang merupakan tradisi turun temurun, awur-awuran yang merupakan rebutan hasil panen berupa nasi, jajan pasar berupa dumbek, bugis, gemblong, tape daun dan kucur yang di lakukan masyarakat yang mau ikut itu, sangat meriah dan membawa suasana syukur yang luar biasa
Tradisi tersebut di lakukan di sebuah pohon besar dalam areal sentono atau pemakan masyarakat desa Gedangdowo.
Tahun ini bisa dikatakan semua seragam menanam padinya. Sawah-sawah seperti pasar, sangat ramai. Terlihat saling gotong royong membantu dengan yang lain, menunjukkan sebuah kerukunan yang dibina sejak dulu. Disisi lain masyarakat ada yang antri mengambil jerami untuk pakan ternak, persiapan musim kemarau yang kadang tidak bisa di predeksi, bisa tiga bulan, empat bulan dan paling lama enam bulan lamanya. Rumput kering, tanah kering tapi bisa ditanami jagung. Itulah kelebihan tanah di daerah blora tepatnya di desa Gedangdowo.
***
Setelah semua masyarakat mengambil hasil panennya. Dan menyimpan di tempat lumbung padi masing-masing rumah. Tibalah waktunya Gasdeso diadakan.Jam tuju pagi semua berkumpul di balai desa untuk menyimpan semua makanan dan jajan di sebuah Ancak tempat untuk menyusun seperti kerucut. Biasanya setiap lorong atau dukuh membuat ancak juga, ada sekitar 50 ancak. Dan dua ancak khusus untuk awur-awuran juga telah dipersiapkan. Semua masyarakat dan ancak dibawa di sebuah sentono buyut Noyo yang merupakan orang pertama yang mendiami desa Gedangdowo. Biasanya jika ada Gasdeso ada pertunjukan wayang kulit yang di gelar di tempat itu.
Terlihat pak Daud memberi sambutan agar acara Gasdeso berjalan dengan lancar, tidak ada perkelahian antar masyarakat, selalu menjaga kerukunan. Setelah pak Daud memberi sambutan, mulailah 2 ancak itu dikeluarkan oleh Badrun dan masyrakat lain yang memikulnya. Berapa warga dan masyarakat yang ikut berpartisipasi mulai siap mengeroyok ancak. Terlihat mas Kamto juga ikut bersiap juga.
Akhirnya semua berebut saling melempar satu sama lain, tapi badrun roboh bersimbah darah perutnya. Dia tidak tahu siapa yang melakukanya. Akhirnya awur-awuran tidak bisa dilanjutkan. Badrun dilarikan di rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Semua masyarakat panik. Salah satu orang berkata.
"Bakal ada bencana."
Pak Daud memberi aba-aba untuk menghentikan awur-awuran dan segera membagi makanan dan jajan yang ada diancak dan segera pulang untuk melaksanakan jumatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASDESO
General FictionSemenjak adanya pemilihan lurah antara pak Daud dan pak Tikno, keadaan desa Gedangdowo sangat mencekam. Masyarakatnya saling curiga, bermusuhan dan berbeda pendapat. Meskipun pemilihan lurah dimenangkan oleh Pak Daud, tapi keadaan masih belum aman d...