Entah apa yang di pikirkan pak Tikno. Rasa kekalahannya belum terobati. Semua yang ia lakukan adalah untuk mengacaukan. Pak Tikno tak berpengaruh apapun tentang bencana ini. Soalnya dia tak punya sawah. Apapun yang terjadi di masyrakat dia tidak apa-apa. Satubulan lagi akan diadakan gasd eso. Sepertinya pak Tikno harus bisa menyusun rencana agar gagal lagi melaksanakan Gasdeso.
Selama hidup di desa gedangdowo sebenarnya pak Tikno mengetahui kebenaran tentang Gasdeso. Jika tidak dilaksanakan akan terjadi bencana. Ia sudah tahu sejak lecil kejadian waktu Gasdeso
Tapi rasa sakit hatinya karena kegagalan itu, membuat dia kurang puas dengan kekalahan.
"Bagaimana sekarang to pak keaadaan makin terpuruk."
"Mana ada to bu, la wong hidup kita baik-baik saja, tidak usah urus orang lain."
" Tu salahnya bapak, makanya Allah yang ijinkan jadi lurah. Bapak tu seharusnya peduli dan peka dengan orang disekitar kita." Ujar istrinya marah.
"Ibu kok malah mojokan bapak." Sambil mengerutkan kening.
"Makanya, bapak harus berubah jangan seperti ini sikapnya. Berikan rasa simpatik bapak kepada banyak orang."
Pak Tikno hanya terdiam tidak melayani omongan istrinya. Ia sambil menyeruput wedang jahe buatan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASDESO
General FictionSemenjak adanya pemilihan lurah antara pak Daud dan pak Tikno, keadaan desa Gedangdowo sangat mencekam. Masyarakatnya saling curiga, bermusuhan dan berbeda pendapat. Meskipun pemilihan lurah dimenangkan oleh Pak Daud, tapi keadaan masih belum aman d...