Pak Daud menikmati secangkir kopi kothok diteras rumahnya, Pikirannya melayang jauh tanpa tujuan, ia merasa peduli dengan keaadaan Desa Gedangdowo saat ini.
Semakin hari tidak aman tapi semakin kacau saja. Apalagi yang ia kuatirkan Gasdeso yang gagal dilskasanakan akan membawa bencana 1 tahun kedepannya.
Desa-desa tetangga lain lebih baik keaadaanya dan juga menjaga tradisi serupa. Semua petani pun bisa menanam padi dan jagung dengan waduk yang dimiliki dengan hasil yang melimpah ruah.
Tak beberapa lama datanglah pak Rido lurah Desa Gersi yang merupakan sahabat karib pak Daud. Tanpa pak Daud bicara pun pak Rido tahu inti masalah yang terjadi di desa Gedangdowo.
"Begini pak Daud, memang zaman sudah modern, tapi tradisi tetap dijaga dan dihidupkan untuk anak cucu kita nanti. Gasdeso harus dilaksanakan, itu sudah tradisi nenek moyang kita. Gasdeso tahun depan saat awur-awuran harus di jaga ketat, agar tidak terjadi yang tidak kita inginkan."
Kali ini pak Daud akan berhati-hati agar tradisi Gasdeso bisa dilaksanakan dan di terusksn ke anak cucu kita nanti tanpa kekerasan.
"Ya persoalan ini memang perlu di selesaikan kepada semua masyarakat desa Gedang dowo." Kata Pak Daud dengan rasa yakin.
Akhirnya kelegaan hati pak Daud bisa teratasi dengan upaya perbaikan kualitas penduduk yang tidak main hakim sendiri saat tradisi GASDESO dilaksanakan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASDESO
General FictionSemenjak adanya pemilihan lurah antara pak Daud dan pak Tikno, keadaan desa Gedangdowo sangat mencekam. Masyarakatnya saling curiga, bermusuhan dan berbeda pendapat. Meskipun pemilihan lurah dimenangkan oleh Pak Daud, tapi keadaan masih belum aman d...