Prolog

3.6K 240 17
                                    

Di empat musim aku bertahan.

***

Menulis sudah menjadi bagian dari hidupku. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh para sastrawan bahwa kenangan paling indah untuk orang yang kau cinta itu adalah karyamu sendiri.

Kamu boleh mencintai siapapun, asalkan kamu bisa memberikan ia kenangan yang tak bisa ia lupakan darimu, walau nanti ragamu tak lagi abadi. Tahu apa yang seharusnya kamu beri untuknya? Ya, tentu saja tulisan. Aksara indah yang disusun, yang dirangkai, dan yang disematkan beberapa maknanya, akan selalu menjadi rentetan karya semesta yang indah, yang dicipta di bumi, demi kebahagiaan para manusianya.

Pena, diary mini, dan sebuah macbook berwarna abu-abu menemani malam yang cukup panjang di hari rabu. Hari di mana aku merasa cukup sial. Tahu kenapa? Aku sangat menyesal jika di setiap hariku, waktuku terbuang sia-sia hanya untuk berpikir kosong, tidak menghasilkan satu bentuk tulisan apapun. Oh, ayolah, otak ini tak mau kuajak bergelut ria dengan prosa maupun sajak puitis yang kutulis seperti malam senin minggu lalu.

Satu lagi, ada sebuah kamera kuno dengan tali yang terus menggelantung manja di leherku. Mungkin aku butuh berlibur, mencari spot foto terbaik musim ini. Tentunya, di tempat yang paling indah di bumi, dan tentunya, hanya seorang diri aku berkelana mencarinya. 

Bersama dengan barang-barang favoritku, aku berdiam diri menerka apa yang akan terjadi selanjutnya di ruang sepi, dan bagaimana kisah seorang imaginer yang bermetamorfosa untuk mendapatkan tempat dan orang favorit di bumi ini, yang sedang bertahan di empat musim yang berbeda.

—5 September, 21.09

METAMORFOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang