0012

36 3 0
                                    

"Vi...Viona adalah murid umi saat umi jadi guru nak. . iyakan mi!" Yunita mengangguk.

"Oh gitu... baiklah mi, bi Davina pergi dulu ya!"

"Iya!". Davina melangkahkan kakinya dan mulai keluar kamar. Hatinya begitu sesak saat tadi ia mendengar tangis uminya, ya dia mendengar semua perkataan uminya itu, ia benar-benar bersalah.

Davina segera muju dapur ia mengambil cemilan dan memasukkan nya di mulutnya satu persatu.

Kraukk...

Bunyi cemilan terdengar lezat saat Davina menggigit nya, kakinya segera beralih ke arah ruang tv ia meraih remote dan menyalakan tv jari-jemari cantik Davina begerak menyentuh di tombol-tombol remote itu.

"Abi sudah...!" Davina segera menengok ke arah sumber suara.

"Sudahlah mi sedikit saja!"ucap Abi mengerucutkan bibirnya. "Cium ya!"ucap Abi lagi, sekarang Abi sudah menggenggam tangan umi iya mendekatkan wajahnya ke wajah umi.

"Ehemmm...!"Davina berdehem mengagetkan kedua insan itu

"Eh ada jomblo Bi!"ucap umi Yunita

"Kalian lagi ngapain mesra-mesraan ya?" Ucap Davina. Kedua orangtuanya saling menatap

"Iya kita saling...!"ucap Ami Yunita dan Abi Ahmad mendekati Davina

"Umi Abi mau ngapain!"ucap Davina memundurkan tubuhnya

"Mau ngapain ya Bi....!"ucap umi Yunita dan tiba-tiba

Cup...

Umi dan Abi Davina mencium pipi Davina secara bersama-sama warna merah segera terlihat di pipi Davina, ia sangat malu dan terkejut menyaksikan perlakuan ke dua abinya itu.

"Lihat mi ...pipi anak kita merah seperti kepiting di rebus!"ledek abi.

"Buka. Kepiting rebus tapi....cabe rawit bi!" Tambah umi menimpali

"Umi.. !"ucap Davina menunduk kan kepalanya

Allahuakbar... Allahuakbar
Adzan isya berkumandang, davina, Yunita dan Ahmad terdiam.

"Yaudah mi...Abi mau solat isya dulu yah!"

"Hati-hati Bi!"ucap umi Yunita ia mencium punggung tangan Abi dan di ikuti oleh Davina

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Balas Davina dan umi Yunita serentak.

Setelah membalas salam, umi Yunita segera melangkah kaki dan duduk di depan tv tatapan nya kembali kosong. Seperti hatinya masih mengganjal, ia ia masih merasa tidak enak dengan sikap yang dulu tidak pernah ada di sisi Davina. Davina menatap uminya dengan sendu...

"Nya....!" Davina dan umi Yunita menengok dan melihat sumber suara

"Ada apa bi Minah?"

"Saya mau izin pulang non!"

"Oh pulang silahkan!"

"Nya saya duluan assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!" Jawab Davina, Davina segera menatap kembali pada uminya yang masih termenung dan tak menjawab salam bi Minah.

"Umi....!"panggilnya lembut, umi menoleh. "Umi maafin Vina!"ucapnya memeluk umi Yunita dengan erat. Umi Yunita membalas pelukan anak semata wayangnya. "Vina udah salah....Vina bodoh udah berbicara seperti itu! Hiks hiks!" Ucap Vina mulai terisak, ia tidak mau membuat uminya sedih karena ulahnya. Umi Yunita tersenyum, ia tau arah pembicaraan Davina ke mana.

"Siapa yang bilang Vina salah?"ucap umi Yunita, Yunita mendongkakan kepada nya. "Vina kan udah besar, udah 21 tahun... Mahasiswa lagi wajar dong Vina memberikan unek...unek nya sana umi hmm!"ucap uminya mengatupkan kedua tangannya di pipi Davina.

"Tapi seharusnya Vina ngga ngomong kaya gitu!" Air mata davina, kembali menetes, ia benar-benar menyesalinya.

"Emang, nggak boleh tapi umi... Seneng Vina ngomong kaya gitu, ya emang umi awalnya terkejut tapi... Dengan Vina ngomong kaya gitu setidaknya...umi bisa tau isi hati gadis cantik di samping i ini!". "Jadi..
Hapus air mata Vina, dan mulai tersenyum lagi dan...umi udah maafin Vina kok!"Jawab umi Yunita tersenyum.

"Maafin Vina mi....!"

"Udah-udah jangan nangis nanti mukanya jelek kaya bebek!" Davina menarik bibirnya, ia tersenyum.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang