Bagian 7

108 8 0
                                    


Rey mulai mendekatkan posisinya pada Alin lalu menatap Alin dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Lo..." Ucapnya menggantung.

"Jadi pacar gue" lanjutnya tanpa mengalihkan tatapan matanya pada Alin.

Alin diam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Ini terlalu tiba-tiba untuknya. Dan jujur.. dia tidak pernah membayangkan jika Rey akan menyatakan perasaannya. Tunggu! Rey belum menyatakan perasaannya, ia hanya mengajaknya berpacaran untuk melindunginya bukan?

Alin menatap mata Rey. Ada sebuah ketulusan yang ia tangkap dari mata hazel itu. Ia jadi bingung sendiri. Jujur, Alin belum pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini.

"Emm.. gu.. guee.." Ucapnya terbata.

Rey mengembangkan senyumnya "lo nggak perlu jawab sekarang kok. Anggap aja ini sebuah tawaran pertolongan dari gue. Gue cuma mau ngelindungin lo, gak lebih kok"

Alin menunuduk dalam. Ternyata ia salah. Rey tidak tulus mengajaknya berpacaran. Ia hanya ingin melindunginya dari Gara.

"Gue mau pulang" gumam Alin pelan namun masih bisa terdengar oleh Rey.

Rey mengangguk lalu menggandeng tangan Alin dan mengajaknya untuk beranjak dari tempat itu.

Alin melihat tangannya yang digenggam lembut oleh Rey.

"Andai aja lo nembak gue karena lo beneran sayang sama gue, dan bukan karena mau ngelindungin gue dari Gara doang, mungkin gue bakalan nerima penawaran lo langsung" -batinnya.

Rey langsung menunggangi motornya diikuti oleh Alin dan segera meninggalkan lokasi taman tersebut.

Rey melihat ada raut kesedihan yang nampak di wajah Alin sejak tadi. Ia hanya diam dan tidak bicara. Rey merasa semakin khawatir terhadap apa yang telah diperbuat Gara kepada Alin. Ia berpikir bahwa Gara lah yang telah membuat Alin seperti ini.

"Lin.." panggil Rey.

"Eh.. iya?" Jawabnya.

"Rumah lo di mana?" Tanya Rey.

"Depan, lo tinggal belok kanan. Rumah pagar hitam, itu rumah gue" jawab Alin tanpa mau melihat kearah Rey.

Rey mengangguk mengerti dan mengikuti instruksi dari Alin.

"Yang itu?" Tanyanya lagi tanpa menghentikan laju motornya.

Alin terlihat mengangguk pada spion.

Rey berhenti di depan sebuah gerbang hitam menjulang tinggi. Rey melihat ke sekeliling. Tampak halaman yang luas dengan kolam ikan yang ada pada sudutnya juga dengan rumah berlantai dua berwarna putih krem yang tampak elegan dan terkesan mewah.

"Lo tinggal di sini?" Tanya Rey.

Alin mengangguk.

"Kok sepi?" Tanyanya lagi.

Alin menunduk "Gue anak tunggal, bokap gue udah nggak ada. Nyokap gue sibuk kerja" ucapnya dalam.

Rey menjadi merasa bersalah telah menanyakan hal yang sensitif kepada Alin.

"Gue minta maaf" ucapnya.

Alin mendongak dan tersenyum tipis "lo nggak perlu minta maaf. Lo nggak salah"

"Tapi-"

"Udah ya.. gue masuk dulu, lo hati-hati di jalan. Dan.. makasih udah dianterin" potong Alin lalu segera berlalu memasuki rumahnya tanpa mau berbalik lagi kepada Rey.

Rey hanya bisa menatap punggung Alin yang mulai menjauh dari hadapannya.

"Gue harap lo bisa nerima penawaran gue" gumamnya lalu bergegas meninggalkan rumah Alin.

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang