Bagian 15

95 6 2
                                    

".... Dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai"

"Bagaimana saksi, sah?"

Sahhhh..

Alhamdulillah....

Byarrrr....

Sebuah bongkahan batu besar rasanya menghantam kepala seorang Alin Cahya Adyatama yang sedang duduk termenung menyaksikan sosok bidadari tak bersayapnya itu telah sah menjadi seorang istri dari Tuan Rowi, ayah dari Gara Putra Rowi yang kini juga telah sah menjadi saudara tirinya.

Alin menyaksikan sebuah kebahagian terpancar dari keduanya. Tidak.. tidak.. tak hanya mereka yang berbahagia. Seorang pria bejat yang tidak tau belas kasih juga ikut tersenyum miring ke arah dirinya.

"Bunda..." Lirihnya lalu memilih untuk keluar dari gedung pernikahan itu.

Air matanya kembali ia tumpahkan dari matanya yang masih sembab akibat semalaman juga menangis.

"Alin.." panggil seseorang.

Alin berbalik dan langsung memeluk erat pria berbadan atletis itu yang langsung dibalas dengan pelukan erat pula.

"R..Rrr.. Rey.." ucapnya sesenggukan.

"Hey.. jangan nangis, di sini ada gue" kata Rey menenangkan.

Alin melepaskan pelukannya dan menatap Rey lekat dari atas sampai bawah. Rey menggunakan tuxedo dengan tatanan rambut yang lebih rapih dari biasanya membuat dirinya tampak lebih tampan menurut Alin.

Rey terkekeh "lo jangan liatin gue mulu, gue tau kalo gue emang ganteng"

Alin langsung saja memelototkan matanya lalu memukul lengan Rey pelan "ishh apaan sih"

Rey tertawa terbahak-bahak karena tingkah Alin yang membuatnya gemas sendiri.

"Iiih... Kok ketawa sihh, kan lagi sedihh inii" ngambek Alin membuat Rey menghentikan tawanya dan memilih tersenyum hangat.

"Maaf.."

Alin mengangguk "lo kok pake baju begituan?" Tanya Alin.

"Kepo banget, ikut gue yuk!" Bukannya menjawab Alin, Rey malah membawa Alin menuju mobilnya dan meninggalkan gedung pernikahan itu.

Gara yang melihat keduanya hanya mendengus kesal dan memilih masuk kembali ke dalam pesta pernikahan Papa dan Mama barunya.

•••

Sepanjang perjalanan yang tujuannya entah ke mana itu, Alin hanya termenung melihat keluar jendela mobil. Memperhatikan lalu lalang kendaraan yang tidak ada habis-habisnya.

"Rey.. kita mau kemana sih?" Tanya Alin akhirnya.

"Gue juga nggak tau mau ke mana Lin, hehe" dengan cengiran tak berdosanya membuat Alin berdengus kesal.

"Iss.. kirain lo mau bawa gue jalan ke mana gituu.. taunya lo sendiri juga bingung mau kemana. Gimana sihh" omelnya membuat Rey seketika menghentikan mobilnya mendadak.

"Reyyyyy... Lo mau bikin gue jantungann??" Geram Alin.

Rey hanya diam dan mengubah posisinya menghadap Alin.

"Rey.." panggil Alin.

"Rey...." Lagi, namun Rey hanya diam menatap dalam manik mata Alin.

"R..reyy.." gugup Alin yang kebingungan akan sikap Rey yang tiba-tiba berubah.

"R..re..reyy.. Lo kena--" ucapan Alin terhenti karena Rey yang tiba-tiba memeluknya erat.

Alin hanya diam melongo. Ia bingung harus berbuat apa. Apakah Alin harus balik memeluk atau diam saja?. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang