Bagian 4

134 8 0
                                    

Setelah membersihkan mobilnya dari sampah dedaunan itu, Alin bergegas meninggalkan area Sekolahan. Tidak, Alin tidak langsung pulang ke rumahnya. Alin menuju ke suatu tempat, untuk mencurahkan segala keluh kesahnya hari ini.

Tidak butuh waktu lama, Alin akhirnya sampai ke tujuan. Ia pun segera turun dari mobilnya dan berlari menuju sebuah gundukan tanah yang masih di hiasi bunga walaupun sudah setengah layu.

Alin luruh, ia kembali meneteskan air mata yang sudah sejak tadi ia tahan "hai Ayah!" Seru Alin.

Ya.. ia sedang berada di pemakaman Ayahnya. Ia tidak punya tujuan lain selain di sini. Teman curhat? Alin bahkan hanya mengenal intan sebagai temannya di sini. Tapi, apakah intan masih bisa dianggap seorang teman? Ahh.. sudahlah, itu tidak penting untuk dibahas.

"Yah.. Alin di bully.. Alin takut yah.. hikss" adunya walau tak ada jawaban.

"Alin takut, Alin takut menjadi lemah di hadapan mereka Yah.. hikss" isaknya masih tidak ada jawaban.

"AYAH!!" Bentak Alin "Ayah jawab Alin! Alin enggak tau yah, apa Alin Harus bertingkah sok kuat atau Alin harus terlihat lemah di hadapan mereka?" Lanjutnya.

Sadar ia tidak akan mendapatkan jawaban apapun di sini, Alin bangkit dan berlari ke arah mobilnya. Tujuannya hanya satu. Rumah!

Sebelum Alin benar-benar sampai di mobilnya, tiba-tiba kepalanya berdenyut. Alin memukul-mukul kepalanya guna meredam sakit yang ia rasa, tapi....

•••

"Gar.. lo enggak keterlaluan apa?" Tanyanya.

"Keterlaluan apa sih Rey?" Tanyanya pada Rey yang tiba-tiba angkat bicara.

"Soal cewek yang lo bully di kantin tadi. Gue pikir itu udah keterlaluan banget tau nggak" tuturnya.

"Keterlaluan gimana? Seperti biasa kan, yang gangguin gue pasti kena imbasnya" balas Gara.

"Yoi man ! Ya nggak bran?" Tanya Liam pada Gibran membenarkan ucapan Gara.

"Tapi emangnya lo nggak kasian apa? Tadi lo siram tuh cewek pake kuah panas, terus lo dorong. Lo nggak ngeliat gimana cara dia lari? Dia kayak nahan tangis Gar!" Kesal Rey yang tidak mengerti dengan pola pikir teman-temannya yang selalu melalukukan bullying itu.

Gara menatap Rey dengan tatapan curiga. Tumben sekali seorang Rey care dengan korban bully Gara. Atau jangan-jangan...

"Lo kok jadi care banget sama tuh cewek? Lo suka ya?" Tanya Gara.

Rey kaget dengan apa yang dikatakan oleh Gara barusan, dilihatnya ke empat temannya menatap curiga pada dirinya.

"Engg.. enggaklah, lo pada bercanda kali yah.. enggak mungkinlah gue suka sama tuh cewek!" Elaknya lalu memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"Tapi kok lo jadi salti-"

Drrtt drrtt

"Halo pah" sapa Rey.

"..."

"Pemakaman? Ngapain?"

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang