Bagian 11

95 7 0
                                    

Bel jam istirahat kembali berbunyi dan membuat semua macan kelaparan kembali lepas dengan bebas. Namun, berbeda dengan seorang siswi yang ada dibangku paling belakang itu. Ya, Alin lebih memilih untuk melipat kedua tangannya kali ini dan menenggelamkan kepalanya di sana. Ia masih pusing memikirkan, ke mana ia harus melangkah lagi nantinya.

"Lin.. lo nggak mau ke kantin?" Tanya Anna yang merasa sedih melihat keadaan Alin.

Alin mendongak melihat Anna "nggak deh Sya, lo aja"

"Mau nitip nggak? Ntar gue bayarin deh" tapi tetap di tolak oleh Alin.

"Yaudah gue duluan ya, kalo lo butuh sesuatu, bilang gue aja ya.." tawar Anna lalu beranjak keluar menuju kantin.

Alin menghela napasnya kasar lalu memilih keluar kelas, mencari tempat yang dirasa cocok untuk menenangkan pikirannya. Dan pilihannya jatuh pada taman belakang sekolah yang lumayan sepi. Hanya ada beberapa siswa yang tampak sibuk dengan buku-buku mereka.

Alin duduk disalah satu bangku yang ada di pojokan, tepat di bawah pohon yang rindang dan jauh dari jangkauan mereka yang juga ada di sini.

Ia memejamkan matanya, meresapi suasana tenang yang ada di tempat itu. Dirasa cukup tenang, Ia mulai berpikir tentang apa yang akan dilakukannya nanti.

"Pertama, gue harus nyari tempat tinggal murah dekat sekolah, itung-itung buat ngurangin ongkos" gumamnya.

"Kedua, gue harus nyari kerja. Nggak mungkin kan, kalo gue nganggur? Siapa yang mau biaya-in gue coba?" Tanyanya pada diri sendiri.

Jika kalian melihat Alin sekarang, mungkin kalian akan berpikir jika Alin itu orang tidak waras karena berbicara sendiri. Untung tidak ada orang di sana.

"Tapi gue mau kerja apa? Gue masih SMA, gue belum punya pengalaman" tanya lagi.

"Lo punya gue kok"

Heh? Itu bukan Alin, percaya deh. Lalu siapa? Di sana hanya ada Alin dan beberapa siswa, namun jarak mereka berjauhan. Nggak mungkin hantu kan? Alin celingak-celinguk mencari asal suara itu. Tapi nihil, ia tidak menemukan siapa-siapa selain mereka-mereka yang sedang berkutat dengan bukunya. Apa mungkin itu benar-benar hantu?. Alin jadi takut sendiri sekarang.

"Rey? Sejak kapan lo di sini?" Tanya Alin kaget melihat Rey yang sudah ada di belakang bangkunya.

Rey terkekeh lalu ikut duduk di dekat Alin "Sejak sebelum lo datang, terus napas kasar, terus ngomong sendiri kek orang gila"

Alin memicingkan matanya tajam ke arah Rey yang tampak mencurigakan. Menurutnya.

"Tuh mata biasa aja kaliii" toyornya.

Alin berdecak sebal "lo kenapa sih? Suka banget noyor-noyor pala orang, sakit tauu"

Rey terkekeh kecil dibuatnya.

"Lo ngapain mau nyari kerja?" Tanyanya serius.

"A.. anu.. itu.."

Rey menggeleng pelan "Lo ada masalah? Cerita ke gue!"

"Gue nggak ada masalah kok" bohongnya.

Rey menatap lekat Alin "Gue tau lo ada masalah, lo cerita ke gue sekarang"

Alin memutar bola matanya malas "Gue nggak ada masalah Rey.. lagian lo kenapa pengen tau banget deh"

Rey berdecak sebal kepada Alin "Lo lupa? Gue kan pacar lo oon!"

Alin menatap Rey sekilas lalu memalingkan wajahnya. Gara-gara masalah yang ia hadapi, membuatnya lupa kalau malam itu ia juga sah menjadi pacar seorang Reynand Arkarega.

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang