Bagian 12

95 5 0
                                    

Setelah Alin dan Rey mengambil semua barang Alin di rumah Anna, mereka kembali ke kos-kosan yang telah Rey sewakan untuk Alin tadi. Rencananya, mereka akan menyusun barang-barang yang ada. Tapi, karena berhubung barang Alin hanyalah pakaian, jadi Rey tak perlu untuk membantunya. Karena ditakutkan, Rey akan menemukan harta karun dalam tas Alin. Heheh. Tau sendirikan? Bagaimana pakaian wanita sampai ke dalam-dalamnya?

Rey memilih untuk menunggu di teras kos yang ada sambil menikmati makanan yang baru saja ia beli di ujung jalan sana. Kata Alin, setelah ini ia akan mencari kerja paruh waktu untuknya.

"Rey, makanan lo udah habis?" Tanya Alin yang keluar dengan pakaian casual. Berbeda dengan Rey yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Iya, ini udah habis" jawabnya sambil meneguk sisa minumnya.

"Jadi gimana? Lo udah tau bakalan cari kerja di mana?" Tanya Rey yang melihat Alin sedang mengunci pintu kosnya itu.

Alin berbalik lalu mengambil duduk yang nyaman di samping Rey "emm.. Ada, tapi belum tau bakalan keterima apa nggak"

Rey mengernyit "Emangnya di mana?"

"Di cafe Griendy yang deket rumah gue" jawabnya enteng membuat Rey menyerngit mencoba mengingat-ingat.

"Yaudah Ayok" ajaknya lalu berjalan ke arah motornya berada, diikuti Alin dari belakang.

•••

Di sinilah mereka sekarang. Di sebuah warung soto yang lumayan ramai. Tempatnya memang tidak terlalu besar. Namun mampu membuat suasana hati Alin bertambah ceria. Bagaimana tidak? Ia baru saja di terima kerja dengan waktu kerja yang sesuai dengan keinginannya tanpa harus melalui interview.

Sebenarnya ia juga bingung. Mengapa dirinya bisa diterima tanpa syarat seperti itu?. Tapi, Ah.. Sudahlah. Yang penting ia sudah memiliki pekerjaan dan tidak harus merepotkan orang lagi.

"Seneng banget mukanya" goda Rey.

Alin tersenyum ke arah Rey "Ya iyalah seneng, coba lo pikir! Semua Planning yang gue buat di taman belakang sekolah itu berjalan mulus tau nggak"

Rey mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyantap makanan yang ia pesan sebelumnya.

"Lo ngerasa aneh nggak sih Rey? Kok bisa yaa, pemilik cafe tadi nerima gue tanpa seleksi apa-apa? Apa karena gue cantik?"

Rey tiba-tiba berhenti menyantap makanannya lalu memandang Alin heran. Kenapa Alin tiba-tiba narsis seperti itu?. Rey hanya berdehem dan mengacak rambut Alin gemas.

"Ihh... Jangan diberantakin Reynand Arkaregaaa.. " eluhnya manja.

Rey terkekeh mendengar itu "Lo lucu" gumamnya yang masih bisa didengar Alin, walaupun sedikit tidak jelas.

Alin menatap Rey kepo "apa lo bilang? Apa? Gue nggak denger"

Rey menyudahi makannya lalu bangkit untuk membayar makanannya. Ia tidak bisa lagi seperti ini. Degupan kecil dalam dadanya selalu menyerang tiba-tiba dan membuatnya ingin selalu tersenyum. Ia tidak mungkin selalu senyum sendiri di hadapan Alin. Nanti dikiranya sinting lagi.

"Ehh.. lo mau kemana? Ini makanan gue masih ada dikit" panggilnya namun tak dihiraukan oleh Rey.

"Rey.." panggilnya lagi tapi tetap tak digubris, ia akhirnya bangkit dan memilih untuk menyusul Rey.

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang