Bagian 10

100 6 0
                                    

•••

Alin sudah siap dengan seragamnya pagi ini. Ya, ini sudah hari ketiga semenjak kejadian malam itu. Tiga hari ini juga ia bersembunyi di dalam rumah Anna.

"Lo udah siap?" Tanya Anna yang dibalas anggukan oleh Alin.

Anna menghela nafasnya pelan lalu tersenyum tulus ke arah Alin "Gue yakin elo kuat Lin, semangat oke?"

Alin tersenyum "Thanks ya Sya"

Ya, semalam Alin telah menceritakan semua kejadian yang menimpanya kepada Anna. Mulai dari kepergian Ayahnya, pembullyan Gara, sikap beda Rey, hingga kejadian antara dirinya dan ibunya malam itu. Dan sebagai seorang sahabat, Anna hanya mampu menjadi pendengar setia Alin dan pemberi semangat untuknya. Ya, setidaknya itu bisa meringankan bebannya.

•••

Tawa kedua perempuan yang baru saja melangkahkan kakinya di koridor sekolah itu pecah karena lelucon absurd yang dilemparkan keduanya bergantian.

"Eh, lo masih ingat nggak waktu lo jatoh dari pohon mangganya pak Mamat, tetangga lo dulu?" Tanyanya.

Anna mencoba mengingat-ingat kejadian lucu beberapa tahun lalu itu "wahh.. gila lo, gue jatoh kan karena gue pengen nolong kucing kesayangan elo, dan lo gak mau manjat karena alesannya takut ketinggian kan?"

"Nahh.. itu lo ingat, sorry ya Sya, sebenarnya dulu gue cuma boong dan cuma pengen ngerjain elo doang haha.." tawa Alin pecah.

"Wahh gila lo" Anna hendak mencakar wajah Alin saat itu juga tapi terlambat karena Alin sudah lari sambil tertawa puas kearahnya.

Alin berlari sambil sesekali menengok kebelakang dan menjulurkan lidahnya untuk mengejek Anna dibelakang sana. Ia tidak sadar seseorang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

Bukk

"Aww..." Ringis Alin karena tersungkur ke belakang.

Anna yang melihat itu panik dan langsung berlari ke arah sahabatnya terjatuh "Lo nggak papa, Lin?"

Alin menggelengkan kepalanya lalu berdiri dan membersihkan roknya yang sedikit karena tersungkur ke lantai koridor.

"Makanya kalo jalan pake mata!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan kedua perempuan itu.

Alin melihat punggung orang tak bertanggung jawab tersebut. Amarahnya memuncak, namun ia tahan. Ia tidak mau merusak harinya kali ini.

Gara. Yang menabrak Alin adalah Gara. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Alin. Ia bingung, mengapa Alin tak melawan seperti biasanya?

Gara mengangkat bahunya acuh lalu kembali melangkahkan kakinya.

Suasana kantin begitu riuh kali ini. Para macan kelaparan memenuhi setiap sudut kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang ada di perut mereka. Tak terkecuali Alin dan Anna yang sudah mengeluh kelaparan sejak jam pelajaran kedua tadi.

"Akhirnya.. gue bisa makan juga..." Ucapnya sambil menghirup dalam-dalam aroma soto yang sudah tersaji di depannya.

Anna terkekeh melihat Alin "Alay banget lo"

ALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang