Bagian 6

34 10 3
                                    

Selda dan Abel berjalan beriringan melewati koridor. Banyak tatapan mata yang menatap mereka dengan sinis, lebih tepatnya mentapa Selda dengan sinis.
Selda tidak heran, mungkin ini terjadi karena masalah itu.
Lagipula Selda sudah mempertimbangakan sebelumnya, dan sudah tahu jika konsekuensinya dari kesepakatannya bersama pemilik sekolah kemarin akan seperti ini. Karena ia tahu penggemar Vambloss terutama Davian sangat banyak.

"Sel kenapa mereka lihatin lo kayak gitu?" tanya Abel dengan penasaran.

"Nanti aja gue ceritain waktu istirahat" ucap Selda.

"Terus yang kemarin gimana?, lo ketemu pak Praharja?" tanya Abel yang masih penasaran.

"Nanti aja Bel, nanti gue ceritain semuanya" ucap Selda.

"Lo mah Sel, suka banget bikin gue penasaran" ucap Abel dengan kesal.

"Ck!, Nanti gue ceritain Anabelku" ucap Selda dengan menekankan kata terakhir.

Abel yang sudah biasa dengan panggilan dari Selda yang selalu memanggilnya 'Anabel' hanya memutar bola matanya malas.
"Sekarang aja Sel, gue bisa mati penasaran kalo lo gak cerita, lagipula istirahat masih lama" ucap Abel dengan lebay.

"Lebay lo Bel, penasan gak bakal bikin lo mati" ucap Selda dengan memutar bola matanya malas.

"Bangsat" ucap Abel.
Selda hanya tertawa jenaka melihat Abel yang terlihat sangat penasaran.

***

"SERIUS LO?" teriak Abel yang mendengar cerita Selda.

Mereka berdua sempat menjadi pusat perhatian karena teriakan Abel, pasalnya kini mereka sedang berada di kantin, dan saat ini kondisi kantin sangat ramai.

"Anjir malu gue Bel punya temen kayak lo" ucap Selda dengan pelan.

Abel menyengir kuda, "hehehe sorry Sel, lanjut deh lanjut ceritain" ucap Abel.

Selda mulai menceritakan apa saja yang ia bicarakan dengan pemilik Sekolah.
Dan yang terakhir ia menceritakan kesepakatannya dengan pemilik sekolah.

"Saya harap kamu yang akan merubah Davian"

Deg.
Bagaimana mungkin Selda merubah Davian jika mereka saja tidak saling mengenal, dan ia yakin setelah ini ia pasti akan di benci oleh Davian karena telah melaporkannya pada kakeknya.

"Saya tidak akan bisa pak" ucap Selda dengan jujur.

"Saya yakin kamu bisa" ucap Roy dengan yakin.

"Bagaimana caranya?, saya yakin setelah ini pasti Davian akan membenci saya" ucap Selda.

"Begini saja, bagaimana kalau kamu saya beri pilihan?" tawar Roy.

"Pilihan?" tanya Selda penasaran.

"Ya, pilihan pertama saya akan membuat Davian tidak membully kakak kamu lagi tapi dengan syarat kamu harus merubah Davian" Roy menjeda ucapannya, "pilihan kedua saya akan memberi hukuman pada Davian, Tapi saya tidak menjamin ia tidak akan membully kakak kamu lagi" lanjut Roy.

Selda tampak berpikir, ia bimbang harus memilih yang mana. Di satu sisi ia tidak ingin kakaknya di bully lagi, tapi di sisi lain ia tak mungkin bisa melakukan syarat dari Roy.

Setelah beberapa menit kemudian Selda telah mengambil keputusan.
Ia menghela nafas sebentar lalu menyampaikan keputusannya, "saya memilih pilihan yang kedua" ucap Selda.

"Baiklah jika itu sudah keputusan kamu, saya tidak bisa memaksakan kehendak saya" ucap Roy dengan tersenyum, meskipun ia sebenarnya sedikit kecewa dengan keputusan Selda.

"Semoga bapak menemukan orang lain yang bisa merubah Davian" ucap Selda.

"Kenapa gak lo coba aja Sel?" tanya Abel.

"Gue gak mau Bel, lo tahu sendiri gue gak suka orang yang suka bully orang yang lemah" jawab Selda.

Abel menghela nafas, "terserah lo aja Sel" ucap Abel, "tapi saran gue sih seharusnya lo terima tawaran pak Roy, lo kan gak suka Davian dan teman-temannya bully orang, seharusnya lo yang turun tangan buat ngerubah dia, kalau masalah teman-temannya gue yakin kalau Davian berubah pasti mereka ngikut, tapi kalau lo aja gak mau ngerubah dia, ya gimana bisa dia berubah" lanjut Abel.

"Gue gak bisa Bel" ucap Selda.

"Kenapa gak bisa?" tanya Abel.

Brakk..
Tiba-tiba seseorang mengebrak meja Selda dan Abel. Mereka sempat terkejut tapi langsung mengarahkan padangannya pada penggebrak meja.

Di depan Selda dan Abel sudah ada 3 cewek dengan seragam super ketat, yang memasang wajah ingin mencakar.

"Lo yang udah bikin Davian di skors kan?" tanya Belfina, ia adalah salah satu penggemar berat Davian.

Selda menjawab pertanyaan Belfina dengan tersenyum miring.

"Punya mulut di manfaatin dong" ucap Amanda, ia adalah teman Belfina.

Selda masih tetap diam, sedangkan Abel sudah ingin membalas karena tak terima, tapi Selda mencegahnya.

"Lo gak denger tadi Belfi nanya apa?" ucap Alda, teman Belfina dan Amanda.

"Gue rasa kalian udah tahu apa jawabannya, terus buat apa tanya?" Selda menjeda ucapannya, "punya otak di manfaatin" lanjut Selda.

"Lo berani sama kita" ucap Belfina, sambil mendorong bahu Selda.

Selda berdiri dari tempat duduknya, "Lo bukan tuhan yang harus di takutin" ucap Selda dengan santai.

"Gak ada sopan-sopannya banget lo, kita kakak kelas lo" ucap Alda, dengan bangga.

"Terus kenapa kalo lo kakak kelas?" sahut Abel, yang sudah gatal untuk meladeni Belfina dan antek-anteknya.

"Lo masih tanya kenapa?, jelas lo harus hormat sama kita" ucap Amanda.

"Coba deh lo belajar dulu gimana caranya menghormati orang lain, habis itu baru lo minta di hormati" ucap Abel.

"Berani lo cari masalah sama kita" ucap Amanda, dengan menuding Selda.

"Ralat, bukan gue yang cari masalah. Tapi kalian" ucap Selda, dengan sinis.

"Gue pastiin lo akan di keluarin dari sekolah" ucap Alda, dengan sombong.

"Kalian pikir gue takut?" Selda menganggkat satu alisnya, "gak ada gunanya kalian ngancam gue, karena gue gak ngaruh sama ancaman kalian" ucap Selda, lalu menarik tangan Abel untuk pergi.

"Asal lo tahu, gue pacarnya Davian. Dan gue pastiin pasti lo akan keluar dari sekolah ini" teriak Belfina.

Selda menghentikan langkahnya sebentar, dan memandang sinis Belfina.
"Gue gak yakin kalo pacarnya Davian modelnya kayak ondel-ondel" ucap Selda, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Gue akan kasih pelajaran buat lo, sampek lo gak bakal lupa seumur hidup lo" teriak Belfina frustasi.

"Ngapain kalian lihat gue kayak gitu?, mau gue keluarin dari sekolah?" teriak Belfina kembali. Karena sebenarnya sejak tadi Belfina dan temannya datang melabrak Selda, mereka sudah menjadi pusat perhatian seisi kantin.

Sebenarnya Belfina adalah salah satu penggemar berat Davian. Ia selalu mengejar Davian, sampai akhirnya ia mengaku-ngaku menjadi pacar Davian. Padahal Davian tidak pernah menganggap Belfina, apalagi Davian tidak suka cewek yang agresif.

Jangan lupa Votmen😊💋

Buat yg pengen tau sosmed aku, aku kasih tau yaa😂
FB: Rinaa II
IG: Rinarachma14

SeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang