Bagian 7

35 11 2
                                    

Suara riuh dari kelas 10 Ips 3 tiba-tiba berubah menjadi hening karena kedatangan Bu Endang. Bu Endang adalah guru Geografi sekaligus wali kelas 10 Ips 3.

"Anak-anak hari ini saya akan membagi tempat duduk" ucap Bu Endang.

"Huhhh.."

"Kan udah punya tempat sendiri-sendiri bu"

"Padahal udah nyaman"

Begitulah sorakan-sorakan murid Ips 3. Karena pasalnya mereka sudah memilih tempat dan teman sebangku tersendiri. Mereka juga merasa sudah berada pada zona nyaman dengan pilihannya. Bukankah sulit keluar dari zona nyaman?.
Tapi, beginilah Bu Endang, ia suka melakukan apapun sesukannya. Meskipun sebenarnya sudah terlalu terlambat, karena mereka berada di kelas Ips 3 juga sudah sekitar satu minggu lebih.

"Tidak perlu protes, saya akan bacakan siapa pasangan kalian duduk" ucap Bu Endang, dengan nada tidak ingin di bantah.

"Bel, kalo kita gak sebagku gimana?" ucap Selda dengan pelan.

"Yang penting kita masih satu kelas Sel" ucap Abel.

"Elvano dan Samuel, Elvaro dan Mareta, Lingga dan Abel" ucap Bu Endang, membaca kertas yang ia pegang.

Abel membulatkan matanya sempurna, sedangkan Lingga hanya bersikap biasa saja.
Bagi Abel, duduk bersama Lingga adalah sebuah petaka. Karena seluruh murid Ips 3 pun tahu bagaimana mulut pedas Lingga.

Abel mengacungkan tangannya, "bu" ucap Abel.

"Iya Abel?" tanya Bu Endang.

"Bu, saya boleh duduk sama yang lain aja bu?" ucap Abel.

"Tidak bisa Abel, ini sudah keputusan saya" ucap Bu Endang.

Abel hanya mendengus kesal, dan pasrah. Setelah ini ia akan menyiapkan telinganya agar kuat mendengar ucapan Lingga yang pedas.

"Sabar" ucap Selda, sambil mengelus punggung Abel.

Kini Selda harap-harap Cemas. Ia takut jika mendapat teman satu bangku yang membosankan.

"Dan yang terakhir, Selda dan Alden" ucap Bu Endang.

Deg.

"Saya gak mau!" ucap Selda dan Alden bebarengan.

"Kompak sekali kalian" ucap Bu Endang.

"Ciee.." ucap Elvano dan Elvaro bearengan. Lalu di ikuti murid yang lain ikut menyoraki.

"Adek sakit hati mas lihatnya" ucap Samuel dengan dramatis, sambil memegang dadanya.

"Alay lo" ucap Lingga sambil memberikan jitakan gratis pada Samuel.

Seluruh murid Ips 3 langsung tertawa melihat drama receh Samuel.

"Baiklah anak-anak, tidak perlu ada yang protes. Silahkan duduk bersama teman sebangku yang sudah saya sebutkan" jelas Bu Endang, "setelahnya kalian kerjakan buku paket Geografi halaman 15, jika sudah kumpulkan di meja saya" lanjut Bu Endang lalu melenggang pergi.

"Alden lo maju, duduk di bangku gue aja" ucap Selda dengan setengah berteriak, karena kelas mulai riuh lagi.

"Males" ucap Alden.

"Wah, ngajak ribut lo" ucap Selda dengan wajah menantang. Meskipun sebenarnya wajah Selda tidak ada tampang seram-seramnya sama sekali. Mungkin bagi setiap cowok tatapan Selda yang seperti itu malah membuatnya terkesan imut, tapi bagi Alden?. entahlah.

"Yaelah Sel, Alden mah mana mau duduk di depan" sahut Samuel.

Sebenarnya tempat duduk Selda berada di bagian depan sendiri, tepatnya di sebelah pintu. Karena kata Abel biar bisa lihat cogan lewat?. Sedangkan Alden duduk di meja paling pojok dan paling belakang.

"Terus maksud lo gue harus duduk di belakang gitu?" ucap Selda pada Samuel. Samuel hanya menganggkat bahunya acuh.

Selda mengedarkan pandangannya sebentar, dan melihat Abel sudah berada saf kedua meja paling belakang, tepatnya meja sebelah meja Alden. Abel terlihat sibuk membaca novel, sedangkan Lingga sibuk dengan handphonnya.
Di meja depan Lingga dan Abel sudah ada Elvano dan Samuel, sementara di meja depan Alden sudah ada Elvaro dan Mareta.

"Oke fine!" ucap Selda lalu melenggang dengan membawa tasnya menuju kursi kosong yang berada di sebelah Alden.

"Bel" panggil Selda pada Abel yang berada di sebelah kanannya, meskipun tidak satu meja dengan Abel.

Mendengar panggilan dari Selda, Abel menutup novelnya.
"Apa Sel?" ucap Abel sambil menghadap ke arah Selda.

"Ke kantin kuy" ajak Selda.

"Kuylah" ucap Abel sambil berdiri dan di ikutin oleh Selda.

"Kalian mau kemana?, gue ikut" ucap Mareta tiba-tiba.

"Kuy" ucap Selda dan Abel bebarengan.

Sebenarnya Selda dan Abel tidak terlalu dekat dengan Mareta. Karena Mareta adalah cewek paling pendiam di kelas. Hanya saja mereka tahu alasan Mareta ikut pasti karena ia belum terbiasa duduk dengan Elvaro. Sama seperti Selda dan Abel yang ogah-ogahan duduk dengan Alden dan Lingga.

***

Jam istirahat kedua di habiskan dengan membaca novel dan mendengarkan musik melalui earphone, di taman sekolah oleh Selda.
Kini ia sedang larut dalam kisah novel yang ia baca, apalagi lagu yang ia putar sesuai dengan kisah novel yang ia baca.

Tiba-tiba earphone Selda di tarik oleh seseorang, seketika Selda terkejut dan mengarahkan padangan pada seseorang yang menarik earphone nya.

"Lo berani-beraninya pengaruhin Grandpa gue"

"Gue gak pengaruhin Grandpa lo, lagian lo lagi di skors kenapa bisa ada di sini?" ucap Selda.

"Lo lupa kalo gue Davian Ananta Praharja, cucu pemilik sekolah. Gak ngaruh meskipun gue di skors gue tetap bisa ke sini, lagian siapa yang berani larang gue" ucap Davian dengan sombong.

"Ternyata di skors gak bikin sombong lo hilang ya" Selda tertawa sinis.

"Bagus kalo lo mulai tahu sifat gue" ucap Davian dengan bangga, "jangan harap gue mau bersikap baik sama cewek kayak lo cuma karena ancaman Grandpa sama gue" lanjut Davian dengan memandang remeh Selda.

Selda mengkerutkan alisnya, "apa maksud lo?" tanya Selda dengan binggung.

"Gak usah sok binggung lo. Gue tahu kalo lo yang minta sama Grandpa buat skors gue dan teman-teman gue" ucap Davian, "gue juga tahu kalo lo yang minta Grandpa nyuruh gue bersikap baik sama lo atau fasilitas gue bakalan di cabut" lanjut Davian.

Selda sedikit terkejut dengan pernyataan Davian, "yang pertama emang bener gue yang minta Grandpa lo, buat skors lo dan teman-teman lo. Tapi gue gak pernah minta Grandpa lo, buat nyuruh lo bersikap baik sama gue apalagi dengan dengan ancaman fasilitas lo di cabut" ucap Selda.

Davian tertawa sinis, "bagus drama lo. Dan lo kira dengan lo pura-pura gak tau gue bakal percaya gitu aja sama lo?" Davian menjeda ucapannya, "Sorry gue gak gampang di akalin, apalagi sama cewek kayak lo" lanjut Davian.

"Gue emang gak tau apa-apa" ucap Selda dengan sedikit berteriak.

"Gue bakal pastiin lo gak bakal tenang selama sekolah di sini" ucap Davian lalu melangkah pergi.

"Lo ngancem gue" ucap Selda.

Adriano menghentikan langkahnya, "Terserah lo mau nganggep itu sebuah ancaman" ucap Davian, lalu melanjutkan langkahnya.

Jangan lupa VotMen😊💋

SeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang