Bagian 4

43 15 3
                                    

Rafka berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke kelasnya, ia baru saja dari kamar mandi.
Sepanjang berjalan ia hanya menundukkan kepalanya, sesekali ia membetulkan kacamata minus yang ia kenakan.
Setiap orang yang memandang Rafka memberikan tatapan yang berbeda-beda. Mulai dari tatapan iba sampai ingin membully.

Tiba-tiba Rafka menghentikan langkahnya saat ia melihat lima cowo yang menghalangi jalannya. Di tangan lima cowok itu terdapat gelang yang bertuliskan 'Vambloss'.
Rafka menghela nafas sejenak lalu kembali melagkahkan kakinya, tapi salah satu cowo itu mencekal tangannya.

Rafka tahu apa yang selanjutnya akan terjadi, ini bukan pertama kalinya terjadi. Tapi ini sering bahkan hampir setiap hari ia alami. Bullying.

"Cupu, berani lo ya menghindar dari kita" ucap cowo yang ber name tag Alta Petter Mahesa. Ia adalah anggota geng Vamboloss.

"A-- aku ga-- gak menghindar" ucap Rafa terbata.

"Terus lo ngapain terus jalan kalo lo udah tahu di sini ada kita" sambar cowo yang ber name tag Bilman Radika Aditama. Ia juga anggota geng Vambloss.

"Aku mau ke kelas" ucap Rafka dengan menunduk.

Dua cowo ber name tag Aland Alano Pradipta dan Juwan Reynaldi Wijaya, menyandarkan tangannya di bahu Rafka. Aland di bahu kiri Rafka sedangkan Juwan di bahu kanan Rafka.

"Pak bos, enaknya di kasih pelajaran apa nih" ucap Aland sambil melirik Rafka.

Cowo yang di pastikan ia adalah Davian Ananta Praharja, bad boy dan Leader geng Vambloss. Ia mendekat menuju Rafka dengan gaya Cool.

"Kita kunciin di kamar mandi aja" ucap Davian atau yang kerap di sapa Dave.

"tapi lebih seru lagi kalo kita kasih pelajaran dulu sama si cupu ini" ucap Alta dengan tersenyum licik.

"Boleh, apalagi si cupu udah mulai berani sama kita" ucap Davian dengan memandang tajam ke arah Rafka.

"Enaknya kita mulai dari mana?" Tanya Bilman.

Kini mereka semua menjadi tontonan murid-murid Sma Praharja, tidak ada yanga berani melerai karena mereka tahu akibatnya akan buruk. Karena bisa saja mereka di keluarkan dari sekolah.

"Kita mulai dari sini" ucap Juwan sambil mengambil kacamata yang Rafka pakai.

"Tolong jangan ambil kacamata aku, aku gak bisa liat" ucap Rafka.

"Lo mau kacamata lo?, ambil dong" ucap Juan sambil mendekatkannya pada Rafka.

Rafka ingin mengambil kacamata itu tapi tapi tapi Juwan memberikannya pada Alta.
Rafka mendekati Alta ingin mengambil kacamata itu, tapi Alta malah melemparkannya pada Aland, lalu Aland mempar kacamata itu pada Bilman, dan yang terakhir Bilman memberikan Kacamata itu pada Davian.

"Lo mau ini?" tanya Davian.

Rafka mengangguk berharap Davian tidak mempermainkannya.

Davian menjatuhkan kacamata Rafka ke lantai, "tuh ambil" ucap Davian.

Rafka berjongkok lalu dengan pandangannya yang buram ia meraba lantai untuk mencari kacamatanya.

Davian dan anggota gengnya tidak sedikitpun merasa kasihan pada Rafka, mereka malah tertawa melihat Rafka.

Abel yang ingin menuju kantin menghentikan langkahnya karena penasaran dengan gerombolan yang ada di koridor.
Ia mendekat dan seketika ia terkejut melihat siapa yang di bully.

'Gue harus kasih tahu Selda' batin Abel lalu berlari menuju kelas dengan panik.

"Sel" panggil Abel, saat sudah sampai di kelas.

"Gak jadi ke kantin?" Tanya Selda, melihat Abel yang tidak membawa apapun di tangannya.

"Ada kabar buruk" ucap Abel dengan panik.

"Ada apa?" Tanya Selda dengan bingung.

"Ikut gue" ucap Abel sambil menarik tangan Selda.

***

"Kak Rafka"

Seketika semua pandangan tertuju ke arah sumber suara.
Beberapa orang berbisik-bisik bertanya-tanya siapa dia.

"Lo gak punya otak ya?" ucap Selda pada Davian dan gengnya.

Selda mengampiri Rafka, lalu mengambil kacamata Rafka dan mengajak Rafka berdiri.

"Kak Rafka punya salah apa sama lo semua, sampai lo semua bully dia?" Teriak Selda dengan emosi yang meluap-luap.

"Bukan urusan lo dan terserah gue mau ngapain, lo gak usah sok nolongin dia" ucap Davian.

"Bakal jadi urusan gue kalo lo bully orang yang lemah, terutama lo bully kak Rafka" ucap Selda dengan berani, bahkan ia berani menatap tajam Davian.

Davian mengepalkan tangannya, "Gak usah belain dia kalo lo masih mau sekolah di sini" ucap Davian.

"Lo punya hak apa bisa ngeluarin gue dari sekolah?" tantang Selda.

"Lo salah kalo mau berurusan sama kita, terutama Davian" ucap Alta dengan menatap Selda sinis.

"Gue cucu dari pemilik sekolah ini, jadi lo jangan bikin masalah sama gue kalo lo masih mau sekolah di sini" ucap Davian dengan gaya sombongnya.

"Lo pikir gue takut?, gue gak perduli meskipun lo cucu pemilik sekolah" ucap Selda, "lagian masih jaman ya bangga-banggain kekayaan orang tua buat bully orang?" Tanya Selda dengan sinis.

"Lo bakal dapet masalah udah berurusan sama kita" sambar Bilman.

"Kalian semua banci!, gue akan laporin lo ke kapsek" ancam Selda.

"Gue gak bakal dapat hukuman" ucap Davian dengan sombong.

"Kita lihat aja" ucap Selda lalu pergi dengan menggandeng Rafka.

Semua orang yang ada di sana terperangah dengan apa yang di lakukan oleh Selda. Pasalnya baru kali ini ada seseorang yang berani menghentikan aksi bullying Davian dan gengnya.

***

"Jadi mereka geng Vambloss itu?" Tanya Selda dengan wajah kesal.

Kini Selda berada di kelas bersama Abel. Setelah kejadian itu ia mengantar Rafka menuju kelasnya, lalu kembali ke kelas.

"Iya Sel, itu mereka" ucap Abel, "dan yang paling kelihatan Bad boy tadi, itu yang namanya Davian" lanjut Abel.

"Jadi dia si Davian" ucap Selda.

"Iya, lebih baik lo jangan cari masalah sama mereka" ucap Abel memperingatkan.

"Gak bisa Bel, dia yang udah bikin masalah duluan dengan bully kakak gue" ucap Selda, menginggat apa yang terjadi tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi ia terlambat datang, pasti Rafka akan di bully dengan lebih parah lagi.

"Tapi Sel, lo udah cari masalah sama Alden, terus sekarang lo cari masalah sama Davian" ucap Abel, "gue gak bisa pastiin Sel kalo besok lo gak bakal di kerjain habis-habisa sama mereka, atau mungkin lo bakal di labrak sama fensnya mereka karena udah berani sama mereka" lanjut Abel.

"Gue gak perduli Bel, gue cuma gak mau kalau kak Rafka di bully" ucap Selda dengan tatapan sendu.

Abel menghela nafas, "terserah lo aja deh Sel, yang penting lo harus siap mental juga jika nantinya lo ikutan di bully" ucap Abel.

"Gue akan kasih mereka pelajaran, supaya mereka kapok dan gak bakal bully orang lagi" ucap Selda dengan semangat.

"Jangan bikin masalah lagi deh Sel" Abel memutar kedua bola matanya.

"gue harus kasih pelajaran sama mereka semua" ucap Selda.

"Gimana caranya?" tanya Abel dengan penasaran.

"Gue akan temuin pemilik sekolah"

SeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang