10

196 39 13
                                    


Jam terlihat menunjuk ke angka 12. Malam hari. Langit terlihat sangat gelap. Hanya ada cahaya rembulan yang samar. Kelelawar yang saling bertebaran. Seakan malam adalah kesenangan tersendiri untuknya. Jim mengusap sisa darah yang tercecer di sudut bibirnya. Ya, Taehyung mengajaknya berburu dan bodoh jika Jin menolaknya.

"Ada apa?" Jin bertanya, melihat kilatan merah di mata Taehyung.

"Kau tau? Iblis itu benar-benar hina. Kehidupan ini terlalu berharga untuknya. Sudah seharusnya dia musnah dari muka bumi ini." Kata Taehyung.

Jin terkekeh, "Ya. Dia membunuh adikku. Dan karena dia juga, Joy menangis. Dia berselingkuh dengan Sujin. Benar benar bodoh."

"Sekarang aku tau. Iblis itu sengaja berpacaran dengan Joy demi melindungi Sujin. Dia tidak ingin kita membunuh Sujin."

Jin terkekeh, "Tsk. Lalu dia pikir apa berpacaran dengan Joy kita akan membunuh Joy? Benar benar bodoh!"

Taehyung menyeringai, "Malam masih panjang. Mari, kurasa ini akan menyenangkan."

Mereka sama sama menyeringai. Berlari secepat hembusan angin menuju rumah Sehun. Taehyung menyeringai, melihat Sehun yang sudah berdiri angkuh di depan rumahnya. Seakan tau jika Taehyung akan datang.

"Wah, rupanya si tuan rumah menyambut kedatangan kami." Kata Jin.

"Katakan! Apa yang kalian inginkan!" Bentak Sehun.

Taehyung terkekeh, "Keinginan kami? Tentu saja kematian mu dan kekasih bodohmu itu!"

Sehun menyeringai sinis, "Jadi, kalian akan membunuhku bersama Joy, begitu?"

"Bagaimana jika aku membunuh mu bersama Sujin? Menyenangkan bukan mati bersama kekasih?" Sinis Jin.

Sehun terdiam. Sial. Rupanya dua Vampire ini sudah mengetahui rencananya.

"Kenapa? Kau terkejut?" Taehyung terkekeh.

Jin tidak tahan. Pria itu melayangkan beberapa pukulan pada Sehun. Pertarungan keduanya benar benar sengit. Tidak ada Chanyeol. Pria itu menghilang dan Sehun tidak tau dia dimana. Great! Sehun terpental beberapa meter ke belakang dengan nafas terengah.

"Jadi, ada pesan terakhir, Tuan Iblis?" Kata Taehyung.

"Tidak! Kalian tidak akan bisa membunuhku. Membunuhku sama saja dengan kalian menyakiti Joy."

Jin mengernyit, "Apa maksudmu?"

Sehun menyeringai, "Aku sudah memberi tanda pada Joy. Jadi jika ada yang menyakitiku, maka Joy juga akan merasakannya."

"Tidak! Kau pasti berbohong, Iblis. Kau tidak mungkin melakukan Argumen Darah itu dengan Joy." Taehyung panik. Sehun menyeringai puas.

------------


"Apa yang kau lakukan disini?"

Suara Joy parau. Gadis itu terjaga begitu melihat Sehun yang tertidur di sampingnya. Pria itu tersenyum, dengan tangan yang terus mengusap rambut Joy.

"Tidurlah. Hari masih malam. Aku akan menemani mu disini."

Namun Joy beringsut menjauh. Bayangan kejadian Sehun dan Sujin tadi pagi kembali terlintas di otaknya. Joy terisak, menatap benci Sehun.

"Sayang, kau kenapa? Ada apa denganmu?" Sehun panik.

"Kau! Menyakitiku! Harusnya dari awal aku mengikuti kata-kata Taehyung untuk menjauhi mu. Taehyung benar. Kau memang Iblis yang bodoh!" Sentak Joy.

Sehun panik. Apa Joy sudah mengetahui semuanya? Kalaupun iya, bukankah itu bagus? Jadi Sehun tidak perlu untuk berpura-pura mesra dengan Joy, kan? Tapi sungguh. Demi Tuhan. Rasanya Sehun tidak rela melihat Joy menangis.

"Untuk apa kau masih berdiam disini, hm? Pergilah. Temui Sujin. Aku yakin dia sudah menunggumu di ranjangnya. Nikmati malam panas kalian. Dan... Jangan pernah temui aku lagi." Joy melirih.

Sehun tersentak. Lidahnya serasa kelu untuk berucap. Perkataan Joy benar-benar menusuk hatinya. Tidak. Demi Tuhan. Sehum tidak ingin jika harus menghindari Joy. Tunggu! Ada apa dengannya? Harusnya dia merasa senang.

Ataukah... Sehun mulai mencintai Joy?

"Apalagi yang kau tunggu Joy? Sudah cukup. Aku tau jika selama ini kau tidak pernah mencintaiku. Kau hanya mencintai Sujin, Sujin, dan Sujin. Aku tak apa jika seandainya kau tidak bisa membalas perasaanku. Tapi mengapa kau harus membohongi ku, Hun?" Lirih Joy.

Sehun menghela nafas, mengusap air mata Joy. "Jangan menangis. Jangan membuatku semakin merasa bersalah dengan air mata ini. Tapi sungguh Joy. Demi tuhan aku sama sekali tidak... Aku tidak ingin jika harus menghilang dari kehidupan mu."

"Tapi kau tidak mencintaiku. Kau mencintai Sujin, sahabat ku sendiri. Jadi Sehun, bisakah kau pergi dari hidupku? Ku mohon..."

Sehun meringis, "Aku sudah mengikat mu dengan tanda bulan sabit yang ku buat di lehermu tempo hari. Sebagian jiwaku ada pada dirimu. Jika aku mati, maka kau juga akan mati."

"Kenapa harus aku? Kenapa bukan Sujin?"

Sehun tersenyum, "Haruskah aku memberi tau alasannya? Aku tau sekarang kau tidak lagi mencintaiku. Kau membenci ku. Tapi biar bagaimanapun, izinkan aku untuk tetap berada di sekitarmu. Mengawasimu. Dan menjaga jiwa kita." Gumamnya.



Bersambung.....



Shoot MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang