12

242 39 6
                                    

Suasana duka tengah menyelimuti keluarga termasuk beberapa kerabat Sujin. Ibunda gadis itu terlihat masih saja setia menangis. Seakan masih tidak percaya jika putri satu-satunya kini telah pergi. Menyusul ayahnya ke surga. Beberapa orang berpakaian serba hitam datang silih berganti, mendekati peti mati Sujin. Memberikan penghormatan terakhir untuk si gadis.

Joy tersedu. Melangkah pelan, mengamati peti mati itu dari jarak satu meter. Meski Sujin sudah merebut sebagian kebahagiaannya, namun kenangan mereka cukup banyak. Dan Joy akan sangat jahat jika tidak hadir ke tempat peristirahatan terakhir sahabatnya.

"Apa kau membenci ku? Apa kau marah karena aku berpacaran dengan Sehun? Demi tuhan Sujun. Aku sama sekali tidak tau jika kau juga mencintai Sehun. Selama ini aku terlalu egois. Aku tak pernah memikirkan bagaimana perasaan mu. Aku cukup senang ketika Sehun menjadi kekasihku. Tapi kenyataannya? Aku tidak bisa. Aku sakit ketika mendengar Sehun tidak mencintaiku. Dia hanya mencintaimu, Sujin. Jadi ku mohon. Sadarlah. Ayo bangun. Kau sudah terlalu lama tertidur. Kau harus menemui Sehun. Apa kau tega membiarkannya menunggu lama?" Joy melirih.

"Kau bahkan pernah berjanji akan mentraktirku makan gratis di caffe dekat sekolah. Kalau begitu, ayo. Ayo kita pergi, Sujun. Aku sudah sangat lapar." Bahu Joy semakin bergetar. Gadis itu tak memiliki kekuatan lagi. Tubuh ringkihnya ambruk di depan peti mati Sujin. Semua orang menatapnya iba. Bastian tidak tega. Dia bergerak, merengkuh Joy.

"Kau harus tenang, Joy. Aku tau ini sulit untukmu. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Takdir sudah menjemput Sujin. Jadi ku mohon, ayo, jangan terpuruk seperti ini. Masih banyak hal yang bisa kau lakukan meskipun tanpa Sujin." Kata Taehyung.

"Aku hanya tidak percaya jika Sujin sudah pergi. Bahkan ini terkesan mendadak. Banyak luka cakaran di tubuhnya. Bahkan lehernya hampir putus. Dia juga seperti kehabisan darah. Apa kau pikir ini tidak aneh? Kecelakaan seperti apa yang meninggalkan jejak seperti itu?"

Jin yang berdiri di sebelah Taehyung tampak menghela nafas, "Kau sudah terlalu lelah Joy. Sebaiknya kau pulang. Mari aku antar."

*

Joy mencoba memejamkan matanya. Mengingat hari yang sudah sangat larut. Namun otaknya terus berpikir, dimana Sehun sekarang? Di rumah duka, bahkan hingga di pemakaman sekalipun Joy sama sekali tak melihat keberadaan Sehun. Mendengar jendela yang di ketuk, Joy sedikit terkejut. Dia bergerak membuka gorden.

"Astaga, Sehun! Kau mengejutkanku! Apa yang kau lakukan disana?"

"Bolehkah aku masuk?" Joy membuka jendela, membiarkan Sehun memasuki kamarnya. Pria itu duduk di tepi ranjang.

"Apa yang terjadi? Kenapa... Ah, aku tau. Kau pasti sangat sedih karena kepergian Sujin. Memang benar, kematian yang paling menyakitkan itu bukan kematian dirinya sendiri. Melainkan kematian orang yang kita sayangi." Kata Joy.

Sehun tersenyum getir, "Ya, kau benar. Aku sangat terkejut dengan semua ini. Aku sangat mencintai Sujin tapi dia malah pergi meninggalkanku. Ya tuhan, bagaimana bisa ini terjadi? Mungkin takdir memang benar, tak akan ada manusia dan Vampire yang bisa bersatu. Meskipun cinta mereka sangat indah, tetap saja. Salah satu diantaranya pasti akan pergi lebih dulu."

Joy tersenyum. Meringis mendengar semuanya. Pengakuan Sehun. Pria itu benar-benar mencintai Sujin. Baru kali ini Joy melihat sisi rapuh seorang Oh Sehun.

"Lalu mengapa kau tak datang, untuk melihat Sujin yang terakhir kalinya?" Lirih Joy.

"Haruskah aku beri tahu alasannya? Kau tau jika aku sangat mencintai Sujin. Tapi, salahkah jika aku mengatakan bahwa aku juga mencintaimu?" Kata Sehun.

"Berhenti membohongi dirimu Sehun. Aku tau kau hanya mencintai Sujin. Kau sama sekali tidak mencintaiku. Jadi jangan bersikap seolah-olah kau mencintaiku jika hanya karena kasihan. Atau kau malah menjadikan aku pelampiasan atas perginya Sujin?"

Sehun menggeleng, "Apa sehina itu kah aku di matamu?"

"T-Tidak Sehun. Bukan begitu. Hanya saja, aku tidak ingin merasakan sakit untuk yang kedua kalinya." Kata Joy.

Sehun beralih, menangkup wajah Joy. "Bodoh. Memang kau pikir untuk apa aku menyimpan sebagian jiwaku dalam dirimu? Aku tau mungkin ini terlalu cepat. Aku juga tak tau apakah sekarang kau masih mencintaiku atau malah membenciku. Tapi melihatmu menangis seperti kemarin, aku sangat sakit. Rasanya aku menyesal telah menipu mu, membuatmu menangis. Dan aku berani menyimpulkan jika itu perasaan cinta. Ya, aku mencintaimu. Lucu bukan?"

"Bagaimana jika itu hanya sebatas rasa kasihan?"

Sehun tersenyum, "Jika memang itu hanya sebatas rasa kasihan, biarlah semuanya tetap seperti ini. Dan, bantulah aku agar rasa kasihan itu berubah menjadi perasaan cinta." Bisiknya.

Bersambung......

Happy Birthday untuk kakak kesayangan aku❤❤

#Happyjoyday

Shoot MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang