Satu minggu berlalu. Setiap harinya Joy selalu menggunakan waktunya untuk belajar, sekolah, mandi, makan, dan selebihnya hanya melamun. Semuanya sangat berbanding terbalik. Tidak ada Sehun yang selalu merengkuhnya. Tidak ada Sujin yang selama ini menjadi prioritas utama Joy. Beruntung sampai sejauh ini Jin dan Taehyung tetap setia menemaninya.
Sudah hampir jam tujuh. Namun Joy sama sekali enggan bangkit dari kasur empuknya ini. Tubuhnya benar benar lemas. Nafasnya terengah, terasa panas. Joy terisak dalam diam. Dia butuh seseorang. Dia butuh pelukan itu. Pelukan hangat yang sudah menjadi candunya.
'Sehun... Apa kau baik-baik saja? Apa kau bahagia bersama Sujin?'
'Apa yang sedang kau lakukan saat ini? Apa kau meminun darah dengan cukup?'
'Apa... Apakah kau juga merindukanku, seperti yang aku rasakan saat ini? Bisakah... Bisakah kau datang dan memelukku? Bisakah aku melihat senyummu lagi?'
Demi tuhan. Bohong jika ia berkata tidak merindukan Sehun. Iblis tampannya.
"Joy, apa kau baik-baik saja?"
Suara itu. Suara yang sangat di rindukan Joy. Suara yang selama satu minggu ini ingin Joy dengar. Benarkah... Iblis tampannya itu ada disini?
"Hey, kau menangis? Astaga, tubuhmu panas sekali." Sehun menyentuh kening Joy. Pria itu panik. Dia keluar sejenak, dan kembali membawa kompresan untuk Joy.
"Apa yang terjadi padamu, huh? Apa kau makan dengan cukup? Apa kau tidur dengan nyenyak? Ya tuhan. Bagaimana bisa kau demam seperti ini?" Sehun terus berceloteh. Dia menempelkan handuk hangat itu ke kening Joy.
Joy menatap sendu Sehun, masih terus mengeluarkan air matanya. "Bolehkah... Aku memelukmu?"
Sehun tersenyum, "Tentu saja."
Pelukan ini. Pelukan yang sangat ia rindukan. Rasa nyaman sekaligus sakit terkuar dalam pelukan ini. Joy memejamkan matanya. Melingkarkan lengannya kuat kuat di perut Sehun. Gadis itu terus terisak. Tak berbeda jauh dengan Sehun sendiri. Jantungnya seakan-akan ricuh ketika tubuh keduanya bersentuhan. Hatinya teriris melihat mata bening itu terus mengeluarkan air mata.
"Bodoh! Kenapa kau datang kembali disaat aku sedang berjuang keras untuk melupakanmu?" Joy melirih. Memukul punggung Sehun.
"Bagaimana bisa aku hanya berdiam diri sementara separuh jiwaku sedang sakit? Dan bukankah, kau juga merindukan ku?"
"Apa peduli mu jika aku sakit, ha? Biar saja aku mati! Dunia ini benar-benar kejam. Sungguh, aku benci semua ini!" Sentak Joy.
Sehun melepaskan pelukannya, menatap sayu wajah pucat Joy. "Kau menyerah? Kau benar-benar ingin mati? Baiklah. Kalau begitu, mari mati bersama."
Sehun menarik lengan Joy. Namun dengan cepat gadis itu menahannya. "Apa yang kau lakukan? Hidupmu abadi Sehun!"
"Ada kalanya sesuatu yang dianggap abadi juga akan musnah. Jadi sekarang, untuk apa aku hidup jika kau memilih untuk mati? Untuk apa aku hidup tanpa separuh jiwaku?! Ini benar-benar menyiksa, Joy. Berhentilah untuk menyalahi dirimu sendiri."
Tatapan Sehun kembali melembut. "Berjanjilah, ini terakhir kalinya kau menangis. Aku merindukan mu, sungguh."
'Sehun... Bisakah kau hentikan tatapan itu? Bisakah kau berhenti bersikap lembut padaku? Bisakah kau tidak mempedulikan aku?'
'Kau sangat sempurna. Dan itu semakin mempersulitku untuk melupakan mu'
'Sudah cukup, Sehun. Berhenti membuatku semakin jatuh ke dalam pesona mu. Kau tau jika aku tidak akan pernah bisa untuk keluar'
*
Sujin menyusuri trotoar menuju kediaman Sehun. Sudah terbiasa, dan Sujin tidak takut lagi meskipun dia harus berjalan sendirian di kegelapan. Namun dia memekik begitu ada yang menarik tubuhnya. Menghempaskannya ke batang pohon.
"Apa yang kau... Jin?!" Sujin terkejut. Jin benar benar menunjukan sosok Vampire-nya. Mata merah menyala. Taringnya yang runcing. Dan telinganya yang sedikit lebih lebar.
Jin menyeringai sinis melihat ketakutan Sujin, "Kau takut, huh? Bagaimana jika taring-taringku ini menancap di lehermu itu? Uh, pasti menyenangkan bukan?"
"Jelas itu pasti sakit, Jin!"
"Lalu, bagaimana dengan sahabat yang merebut kekasih sahabatnya sendiri? Bukankah itu lebih sakit?" Kata Jin. Pria itu melangkah maju. Menghimpit tubuh Sujin.
"Kau tau jika kau sama brengsek-nya dengan Iblis bodoh itu. Kalian benar benar pasangan yang serasi. Kejam. Sama sama tak punya hati." Jin mendesis. Lengannya beralih menyentuh tengkuk Sujin.
"Kekasihmu Vampire sedangkan kau manusia. Kau bisa mati sedangkan kekasihmu itu abadi. Jadi sekarang, apa ada pesan terakhir sebagai manusia sebelum aku menggigit mu, hm?"
Sujin semakin gemetaran. "Tidak. Kau tidak akan pernah bisa merubahku menjadi Vampire. Sehun pasti akan datang menolong ku."
Jin menyeringai, "Tapi kenyataanya aku bisa." Setelahnya, Sujin memekik begitu merasakan rasa sakit yang teramat sangat di lehernya.
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Me
FanfictionKetika perasaan bisa berubah, tujuan pun berubah. Itulah perasaan Sehun ketika bertemu Joy. Gadis manis berambut panjang hitam legam. Gadis yang berani mengungkapkan perasaannya pada sang pujaan.