"Ku dengar sekarang Iblis pembunuh itu sudah memiliki kekasih. Benar begitu?"
"Ya, kau benar."
"Bagus. Itu artinya, aku harus secepat mungkin membalaskan kematian Irene."
"Apa tidak bisa jika sebaiknya kita melupakan dendam itu?" Tanya Taehyung. Sedang pria disampingnya yang diketahui bernama Jin hanya mendelik.
"Apa maksudmu?"
Taehyung menghela nafas, "Aku... Kau tau jika selama ini aku sangat mencintai Joy. Sedangkan saat ini kekasih Iblis itu adalah Joy. Dan kau tau bukan? Itu artinya sama saja aku akan melihat gadis yang kucintai mati untuk kedua kalinya."
"Jadi, kau takut?" Jin menyeringai. Menatap sinis Taehyung.
"Aku tau kau sangat terpukul karena kematian Irene saat itu. Tapi demi Tuhan,Tidak bisakah kau lupakan itu semua? Sungguh, aku tak sampai hati jika harus membunuh orang yang kucintai." Taehyung melirih.
"Irene adikku. Dan apa kau tau bagaimana rasanya kehilangan seorang adik yang sangat kau sayangi hanya karena sebuah cinta? Cinta bodoh yang berakhir semu. Saat itu, harusnya aku tidak membiarkan Irene membawa manusia bodoh itu." Kata Jin.
"Kau tau? 100 tahun lalu, aku juga sangat mencintai Irene. Kami bersahabat. Namun naasnya, Irene malah mencintai Sehum. Manusia yang ditemukannya di pinggir jalan. Aku merasa ini seperti dejavu. Ini sangat persis seperti kejadian 100 tahun lalu. Hanya saja bedanya, sekarang posisi Irene digantikan oleh Joy." Ucap Taehyung.
Hening sesaat. Namun Jin tetaplah Jin. Vampire yang kejam. Vampire yang tidak mengenal apa itu belas kasihan. Kim Seokjin atau biasa dipanggil Jin si Vampire Gen Suci yang akan tetap membalaskan kematian adiknya. Irene.
"Tae kau sedang apa? Eh, bukankah kau Jin? Hm, kenapa aku baru melihatmu sekarang ya?"
Lamunan Taehyung dan Jin buyar ketika suara Joy menyapa gendang telinga keduanya. Joy datang bersama Sujin, menatap aneh Taehyung yang terlihat seperti habis menangis.
"Seminggu yang lalu aku ikut Ayah ke Kanada. Dia menjual rumah kami dan alhasil sekarang, aku tinggal sementara dirumah Taehyung. Benar begitu kan, Tae?" Taehyung terlihat mengangguk ragu.
"Ayo masuk. Bukankah sebentar lagi bel akan berbunyi, tapi kenapa kalian malah berdiam diri di depan gerbang seperti ini?" Tanya Sujin. Sekali lagi, Taehyung hanya tersenyum kikuk.
"Dasar Aneh!"
-------------
"Jadi kau benar benar menggunakan Joy sebagai alat?"
"Kau tau jawabannya." Kata Sehun.
"Bodoh! Kau membuatnya dalam bahaya Sehun! Bagaimana jika Taehyung benar benar akan membunuh Joy?"
"Justru itu. Taehyung tidak mungkin membunuh Joy karena mereka bersahabat."
Chanyeol mendelik, "Tapi, bagaimana dengan Jin? Bagaimana dengan kakak Irene itu? Ingat, bukankah dulu mereka berjanji akan membalaskan kematian Irene? Aku yakin, Taehyung tidak mungkin membunuh Joy. Tapi, bagaimana dengan Jin, hm?"
Sehum terdiam. Chanyeol benar. Bagaimana jika Jin benar benar akan membunuh Joy. Ruangan ini gelap, namun Chanyeol masih bisa melihat cukup jelas raut khawatir di wajah Sehun.
"Kau benar. Kalau begitu aku harus memastikan keadaan Joy." Chanyeol tesenyum.
Sehun memejamkan matanya disusul dengan tubuhnya yang menghilang. Begitu membuka mata, pria itu sudah ada di dalam rumah Joy.
"Joy... Apa kau baik baik saja?" Suara Sehun memanggil.
"Astaga!" Joy memekik. Terkejut melihat Sehun yang sudah berada di dalam kamarnya.
"Ya tuhan, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau selalu datang tiba-tiba dan mengejutkanku, sih?" Gerutu Joy. Tampaknya gadis itu baru saja selesai mandi.
"Memangnya tidak boleh aku berkunjung ke rumah kekasihku sendiri?" Sehun mendekati Joy yang duduk di atas ranjang.
Joy berdecih, "Bukan begitu... Hanya saja-- kenapa kau masuk begitu saja ke kamarku? Bagaimana jika aku sedang berganti pakaian?"
Sehun tidak menjawab. Pria itu mendekatkan tubuhnya memeluk Joy dari samping. Setidaknya, hatinya cukup tenang mengatahui gadis ini baik-baik saja. "Kau harum. Aku jadi haus. Bolehkah... Aku mencicipi darahmu, sedikit saja?"
Jog mendelik, "Tidak lucu Sehun."
Pemuda itu terkekeh. Lengannya menyisir tiap helai rambut Joy yang basah akibat keramas. "Ini sudah malam tapi kenapa kau baru mandi? Kalau begitu tidurlah."
"Ya, dan kau juga harus pulang jika besok tidak ingin terlambat ke sekolah." Kata Joy. Gadis itu tersenyum. Mengusap surai kecoklatan milik Sehun.
"Entah mengapa rasanya aku tidak bisa berjauhan denganmu. Jadi, biarkahlah aku bermalam disini. Kita bisa berbagi tempat tidur di ranjang ini." Sehhun berucap lembut. Secepat kilat mengecup bibir Joy.
"Tidak Sehun. Kau harus pulang." Joy menolak halus.
Sehun menggeleng, "Tidak sayang. Sekarang tidurlah. Jangan menggodaku dengan tatapan seperti itu. Atau kau ingin kita saling menghangatkan lebih dulu sebelum tidur?"
Makasih yang udah baca cerita ini, karena aku udah lama ga update jadinya hari ini bakal double update😁
Please comment & like❤
Thank you🙏🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Me
Fiksi PenggemarKetika perasaan bisa berubah, tujuan pun berubah. Itulah perasaan Sehun ketika bertemu Joy. Gadis manis berambut panjang hitam legam. Gadis yang berani mengungkapkan perasaannya pada sang pujaan.