Angin berhembus mulai kencang. Awan menyelimuti langit kini terlihat menampakkan kesedihannya. Bahkan, rerintikan hujan mulai menciptakan jejak di jendela kelas. Namun, tak membuat para siswa sedikitpun terusik dari zona nyamannya. Mereka semua terlihat damai di alam mimpinya. Semua siswa terlelap di atas meja dengan tangan sebagai alas kepalanya.
Perempuan yang menutupi kepalanya dengan jaket terlihat mulai sadar dan terbangun dari alam mimpinya. Ia terlihat beberapa kali menggerakkan kepalanya untuk menemukan rasa nyamannya yang menghilang.
Ia menyingkirkan jaket yang bewarna kuning itu dengan kasar. Lalu menegakkan kepalanya dan perlahan membuka matanya untuk melihat sekitar. Ia terkejut bukan main.
Keterkejutan itu datang bukan karna melihat teman-temannya yang masih tertidur dengan pulas, itu sangat biasa menurutnya. Bahkan itulah kewajiban dirinya dan teman-temannya.
Ia melihat ada guru yang sedang duduk di meja guru dengan tenang.
Mereka saling bertatap-tatapan. Jujur, perempuan itu bingung siapa guru itu. Ia memakai seragam seperti guru yang ada di sekolahnya. Namun, wajah itu terlihat sangat asing.
"Sudah bangun?" tanya Beliau dengan tenang.
"Su-sudah mas."
"Ehh—maksut saya sudah pak," jawabnya dengan berusaha memperbaiki kalimatnya dan mengumpulkan nyawanya. Ia berusaha sangat keras mengingat wajah orang yang saat ini bertatap-tatapan dengannya.
"Tolong bangunin temen kamu, bentar lagi jam pulang!"
Perempuan itu hanya menganggukan kepalanya dengan patuh. Ia belum memutuskan tatapannya. Masih menatap dengan bingung sekaligus takjub. Bagaimana bisa orang tersebut begitu tenang ketika melihat semua siswa terlelap.
Kalo dilihat-lihat sebenarnya lumayan ganteng sih. Masih muda juga.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran cabenya. Ia segera bergegas membangunkan teman-temannya ketika melihat orang dengan seragam guru itu terlihat menanti.
"WOYYY BANGUNNN!"
"BANGUNNN!!"
Perempuan itu terlihat terengah-engah setelah meneriaki teman-temannya yang tak sedikitpun terbangun dari tidurnya. Hanya beberapa gerakan yang menunjukkan ketidaknyamanan lalu terlelap kembali.
"WOYYYY!" Teriak perempuan itu lebih keras dari biasanya.
Perempuan itu tak menyerah. Ia mencoba sekali lagi.
"BANGUNN ANJINGGG!" Ucapnya dengan lebih keras lagi.
Ia menutup mulutnya ketika menyadari ada orang seragam guru di sana.
PLAKK
Ia menampar mulutnya dengan kasar karna menyesali ucapannya. Gawat.
Perempuan itu kembali lagi menatap orang berseragam guru itu. Tak ada raut yang beliau tampakkan. Terkejut pun tidak. Hanya diam dan sama seperti tadi, datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost
Teen Fiction"Semua orang berhak jatuh cinta, semua orang juga berhak meninggalkan. Seolah, rasa bukanlah suatu hal yang menakjubkan. Bisa ada dan menghilang begitu saja karna sebuah kesalahan. Aku adalah Caca. Manusia yang tak akan pernah lagi jatuh cinta. Kar...