Keep Distance -1

57 20 16
                                    

Pagi ini cuaca tidak mendukung. Awan mulai menghitam.

Mungkin akan turun hujan.

Benar saja, titik titik air mulai berjatuhan ke bumi.

Bagaimana jika kamu sedang dalam posisi yang terjebak di halte bus dalam cuaca hujan. Sendiri dan dingin. Memimpikan seseorang datang membawa payung dan melepaskan jaketnya untuk di sampirkan di bahu mu. Mimpi tak akan nyata.

Gadis yang memakai seragam sekolah lengkap berada dalam posisi yang terjebak.

Duduk dan menatap kosong pada jalan raya yang tepat berada di hadapannya. Saat ini, gadis tersebut menginginkan satu hal.

Sampai di sekolah tepat waktu. Namun, apakah ia harus melewati derasnya hujan.

Masa bodo dengan basah kuyup. Ia melangkah kan kaki dengan tas yang berada pada bahu kirinya.

Ia hanya perlu menyeberang jalan raya dan berjalan ke arah barat sekitar 100 meter.

Hujan semakin lama semakin deras. Hampir saja gadis itu tertabrak mobil yang melaju dari arah timur.

Dinginnya pagi dan air hujan membuat gadis tersebut akan tumbang di tengah jalan raya.

Untung saja saat ini ia dapat melihat bangunan sekolah yang menjulang tinggi, namun gerbang utama SMA Harapan Bangsa tertutup.

Alessa Hendrat Dinata.

Gadis yang saat ini mendudukan dirinya di atas jalan depan gerbang sekolah.

Dengan penampilan yang begitu mengenaskan, baju dan rok abu abu yang terkena noda, ia tak mungin pulang ke rumah dengan angkutan umum.

Apakah ia harus minta tolong kepada teman temannya? Tidak. Pasti teman temannya sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas.

Lebih baik ia berjalan kaki agar dapat sampai ke rumahnya dengan cepet.

Perlahan tapi pasti gadis tersebut menyeretkan kakinya menuju jalan raya.

Di pertengahan jalan ia mulai kehilangan kesadaran, saat ia merasakan sakit yang luar biasa pada bagian dadanya.

Pasti tidak akan ada yang menolong nya jika ia tidak menghubungi keluarganya. Ia harus cepat cepat memberi kabar sebelum kesadarannya benar benar hilang. Beberapa kali menghubungi ayahnya, tidak ada jawaban. Setelah panggilan yang ke 4, baru ada jawaban.

Gadis tersebut mengatakan agar di jemput dekat jalan raya di Jl. Merdeka no 2. Setelah ayahnya mengatakan agar gadis tersebut tidak pergi kemana mana sebelum ayahnya datang, gadis tersebut menutup panggilan.

Alessa duduk di salah satu bangku yang berada di pingir jalan raya.

Namun itu tidak dapat menutup kemungkinan membuat dirinya bertambah basah kuyup akibat derasnya hujan.

Dingin yang semakin lama semakin dingin membuat tubuh Alessa bertampah parah.

Terlihat sebuah sedan berwarna hitam berhenti tidak jauh dari Alessa berada.

Pintu pengemudi terbuka dan seseorang keluar dari sedan hitam tersebut dengan membawa payung berwarna hitam. Kakaknya.

Alessa dapat menebak bahwa yang saat ini sedang berlari mendekati dirinya adalah kakaknya.

Ananda Nadra Hendrat.

Perlahan lahan gelap mulai menghilangkan cahaya yang ada. Alessa pingsan?.

Adra yang melihat Alessa akan jatuh menghantam jalan pun langsung membawa Alessa dalam dekapannya.

#

Cahaya, angin, dan alunan musik klasik saat ini dapat terasakan. Alessa merasakannya.

Cahaya yang membawa kecerahan. Angin yang membawa kedamaian. Alunan musik yang membawa ketentraman.

Surga? Bukan. Ini seperti mimpi yang terasa nyata.

Namun satu yang membuat Alessa bingung.

Suara?

Terdengar seseorang memanggil namanya berkali kali. Sangat familiar di telinga Alessa.

'Alessa kamu sedang apa disini?' Tidak ada jawaban sama sekali dari Alessa.

'Hi ini aku' sambungnya.

Alessa merasakan seseorang megenggam tangannya.

Apakah ia hanya tidur saja dan memimpikan suasana yang tenang?

Namun jika benar ia hanya tertidur, mengapa kelopak matanya terasa sulit untuk dibuka.

Pelan pelan Alessa mencoba membuka matanya.

Berhasil.

Pertama yang menyambutnya adalah sebuah langit langit kamarnya.

Mana suara yang tadi mengganggunya, tetapi saat ini Alessa berada di dalam ruangan kamar sendirian.

Siapa?

Mungkin hanya sebagian mimpinya.

Pintu kamar terbuka, ayah dan kakaknya. Mereka menghampiri Alessa yang berbaring di atas ranjang. Salah satu tangan Adra penuh demgan buah buahan, sedangkan tangan satu nya Adra gunakan untuk membawa sebuah mangkuk berisi bubur.

Ayahnya tidak membawa apapun, tangannya kosong hanya ada benda pipih berwarna silver.
Hendrat Wirnaya.

Ayah Alessa dan Adra.

23/8/2019

 KEEP DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang